Pernahkah kita mencoba suatu pekerjaan sampai berulang-ulang kali dan selalu gagal? Ataukah setiap urusan yang kita kerjakan 90% selalu gagal?. Bahkan tidak ada yang pernah berhasil. Terkadang kita pusing memikirkan sesuatu untuk mencapainya, bekerja keras untuk mengerjakannya. Namun hasilnya selalu bertolak belakang dengan keinginan kita. Terkadang kita kecewa dengan hasil yang kita dapatkan, padahal kita telah berusaha dan bekerja keras untuk melakukannya.
Perlu kita ketahui kehidupan manusia di dunia sebagai makhluk yang berstatus sebagai hal yang diciptakan maka semua yang akan terjadi pada setiap sendi-sendi kehidupan manusia merupakan hak pencipta-Nya. Sang Pencipta akan menentukan apa yang terjadi selama makhluk tersebut hidup didunia. Sedangkan dunia adalah tempat manusia yang juga sementara yang dimana dunia ini adalah ibarat air, yang dimana air tersebut akan terus mengalir dan tidak akan tinggal pada suatu tempat, dan begitulah kehidupan dunia jikalau bukan kita yang meninggalkannya maka dia yang akan meninggalkan kita.
Sehingga begitu naifnya manusia jikalau mementingkan kehidupan dunia dibandingkan kehidupan akhirat yang merupakan tempat tinggal mereka yang akan kekal selama-lamanya, diibaratkan kita hidup didunia untuk menanam amal-amal kebaikan dalam hidup kita, karena di akhirat kelak sangat merugilah golongan manusia yang tidak pernah menanam kebaikan didunia, dan memetik hasil apa yang dia telah tanam, yang merupakan sebuah syarat untuk diselamatkan dari api neraka. Janganlah kita mengejar kesenangan duniawi dengan menghalalkan berbagai macam cara. Misalnya membeli kedudukan, korupsi, nepotisme, melakukan berbagai maksiat (akrab dengan gemerlapnya malam, minuman keras, narkoba, seks bebas, dan lain-lainya).
Hal ini memang merupakan suatu bentuk kesenangan, namun biasanya akan bersifat sekejap saja. Selanjutnya, akan diganti dengan penderitaan yang teramat penjang. Kita semua seringkali menyaksi-kan buah yang dipetik orang yang menyukai berbagai maksiat, diperolehnya didunia ini. Begitu banyak orang yang dulunya terpandang karena kedudukan dan kekayaan, sekarang ‘dihinakan’ dengan terbongkarnya berbagai kasus yang dilakukanya sehingga mereka harus menempati tempat yang khusus didalam penjara. Begitu banyak dahulu orang yang begitu cantik dan ganteng, sekarang begitu menderita dikarenakan penyakit HIV dan AIDS yang diperolehnya dari seks bebas. Begitu banyak orang yang dulunya pintar, sekarang menderita ‘keterbelakangan’ karena kerusakan otak yang diakibatkan mengomsumsi minuman keras, narkoba obat-obatan dan lain sebagainya.
Imam Nawawi Al-Batani rahimahullah berkata, “Hiduplah engkau seberapa pun lamanya, namun engkau pasti akan mati. Cintailah siapa saja yang engkau suka, namun engkau pasti akan berpisah dengannya. Berbuatlah semaumu, namun engkau pasti akan mendapat balasan-nya. Barangsiapa ridha dengan rezeki yang Allah telah berikan, maka ia akan tenang di dunia dan akhirat. Barangsiapa dapat menundukkan nafsu syahwatnya, maka ia akan menjadi mulia di dinuia dan akhirat. Barangsiapa merasa cukup, sehingga tidak mengharapkan pemberian orang lain, sehingga tidak mengharapkan pemberian orang lain, maka dia akan selamat di dunia dan akhirat. Barangsiapa dapat memelihara lisannya, maka dia akan selamat di dunia dan akhirat.
Allah memang menyegerakan hukuman bagi orang-orang yang menyukai perbuatan maksiat. Itu baru hukuman yang berlaku di dunia, belum termasuk hukuman yang telah menanti di akhirat kelak. Kedua asumsi mengenai manusia dan dunia, sama-sama bersifat fana dan akan saling meninggalkan antara keduanya. Sehingga, bisa ditarik benang merah bahwa manusia tidak mempunyai daya selain menyandarkan diri kepada Sang Pencipta dan ridha terhadap ketetapan yang telah digariskan.
Ridha disini berarti berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan Allah dan menerima dengan ikhlas segala ketetapan-Nya. Namun tetap berusaha ‘keluar’ dari permasalahan yang ada (tetap ikhtiar), disertai dengan doa sebagai bentuk memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah . Dengan cara ini, hidup manusia akan selamat dan selalu merasa bahagia. Semua kesenangan sebetulnya bisa kita nikmati, asalkan sabar dengan berbagai aturan main dari Allah , pasti semua kesenangan itu bisa kita peroleh.
Bukankah kedudukan bisa kita raih dengan bekerja keras, selalu menambah ilmu dan keterampilan, sehingga kita bisa menjadi pribadi yang unggul? Orang bijak mengatakan ‘’No pain no gain.’’ Artinya, tiada suatu pencapaian tanpa pengorbanan. Yah ‘pengorba-nan’ adalah kata yang tak lagi asing ditelinga-telinga kita. Jikalau hidup kita dipenuhi dengan pengorbanan maka kita akan menjadi pribadi yang unggul. Segala pengorbanan yang telah kita kerjakan, pengorbanan waktu, tenaga dan bahkan perasaan. Ketika kita memiliki prinsip hidup untuk selalu berkorban maka sifat yang seperti ini tidak akan ada kesempatan untuk ‘melamar pekerjaan’, namun akan segera ‘dipinang’ oleh berbagai perusahaan, bahkan sebelum lulus kekayaan pun akan mengiringi kedudukan yang berhasil kita raih.
Kenikamatan lain yang juga bisa kita nikmati, dalam hidup ini adalah dengan memamfaatkan waktu yang sebaik-baiknya yang diberikan kepada kita, untuk mengangkat masalah-masalah yang ada dalam diri kita, karena sesungguhnya permasalahan yang Allah berikan kepada kita, karena hasil atau ulah tangan kita sendiri. Sebagaimana firman Allah didalam Al-Quran.
Artinya: ”Kebajikan apapun yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah, dan keburukan apapun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi’’. (QS. An-Nisa : 79).
Ayat ini menerangkan bahwa apapun masalah yang menimpa kita adalah akibat dari kesalahan kita sendiri. Oleh karena itu, sebagai manusia hendaknya kita senantiasa berlatih melakukan intropeksi diri atas berbagai permasalahan yang menimpa kita. Karena ternyata kitalah sumber penyebab dari permasalahan itu. Begitupula dengan kesuksesan dan kegagalan memang bersumber dari diri kita kita sendiri sesuai dengan kemampuan dan kualitas diri kita, namun ada hal lain yang ikut menyumbang kesuksesan dan kegagalan kita, yaitu berkenan dengan daya dukung lingkungan dan campur tangan Allah . Untuk lebih jelasnya, marilah kita gali satu per satu, sehingga kita lebih menyadari apa saja sumber-sumber kegagalan yang sering kita alami dalam mencapai sebuah kesuksesan.
“Orang yang menarik kembali pemberiannya itu seperti orang yang menelan kembali muntahnya.” (HR. Muslim)
***********
Bersambung, Insya Allah…
Penulis: Muhammad Akbar, S.Pd
(Penulis Buku, Aktivis Media Islam, Pimpinan Mujahid Dakwah Media, Pendiri Madani Institute dan Pembina Daar Al-Qalam)
Sumber: Buku Meraih Kesuksesan dalam Benih Kegagalan
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)