Anak muda itu hebat. Kekuatannya penuh, kecerdasannya dalam dan semangatnya menyala tinggi. Tapi bagaimana kalau ada anak muda masih takluk oleh kemalasan? Bahasan kali ini tepat untuk pemuda yang butuh melemahkan kemalasan dalam dirinya.
Sebenarnya apa malas itu? Saya melihat malas itu adalah kekosongan batin dan kesadaran seseorang dari keinginan melakukan pekerjaan, aktivitas atau membentuk diri menjadi lebih baik.
Ketika Adzan Subuh berkumandang, anak muda sadar dan sempat membuka mata, lalu tidur lagi. Begitulah kemalasan. Apalagi kalau peristiwa itu terjadi setiap Subuh sepanjang tahun. Fix, ya, itu kemalasan.
Namun, diam-diam ada kekuatan “penyadar” dari lubuk hati terdalam. Bahwa kemalasan itu harus dilemahkan, bahkan dibasmi. Apalagi kalau ingat teman yang sudah berhasil, karena sejak awal sukses melemahkan kemalasan. Rasanya ingin segera melompat. Tapi seperti orang yang tergesa-gesa, tak ada yang benar-benar bisa ia capai.
Lenturkan Kegiatan Tegaskan Pemanfaatan Waktu
Seni pertama membuang malas adalah dengan melenturkan kegiatan. Misalnya, seorang pemuda ingin membaca buku setiap hari. Apakah waktu pagi, siang, sore, atau bahkan malam, jangan jadi acuan. Prinsipnya membaca setiap hari. Waktu bebas.
Namun, begitu sudah malam dan aktivitas membaca belum dilakukan. Segera berhenti, ganti kegiatan apapun itu dengan komitmen pada niat: membaca buku.
Meskipun demikian ada ketegasan pemanfaatan waktu yang harus benar-benar jadi pegangan. Seperti waktu shalat. Karena shalat adalah ketentuan Allah. Jadi, kita mutlak harus tunduk.
Singkatnya, kalau mau bangun Tahajjud, ya, jangan sampai baru pejamkan mata pada pukul 00:00.
Mendaki ke Atas Satu Kaki
Seni kedua adalah dengan mendaki satu kaki ke anak tangga lebih tinggi.
Misalnya, seseorang berhasil membaca buku setiap hari selama 1 jam. Kalau puas, ia akan tetap di level itu. Jika berhenti, kemalasan kembali menyerang. Jadi harus ada upaya meningkat satu level.
Caranya adalah dengan menambah durasi membacanya. Dari awalnya 1 jam menjadi 1 jam 15 menit. Terus lakukan itu. Pada akhirnya kita akan mengalami peningkatan produktivitas yang tinggi. Syaratnya satu, sadar, bertahap dan konsisten.
Perpendek Deadline
Seni ketiga. Kadang seseorang merasa waktu masih panjang untuk mengerjakan satu tugas. Namun, begitu ia menunda, terus menunda, tiba waktu dia akan kelabakan.
Jadi, berapa waktu yang kita terima untuk satu tugas, kita mesti memperpendeknya.
Pengalaman pribadi, dahulu saya kerap membantu senior membuat makalah untuk seminar. Ia biasa meminta sepekan sebelum jadwal keberangkatan. Kalau ia menyebut Kamis sudah harus siap, maka saya antarkan makalah itu ke hadapannya pada Rabu pagi.
Pertama, kita sukses mengelola waktu dan kegiatan. Kedua, orang yang meminta bantuan kita juga senang. Kita pun bisa semakin leluasa mengelola waktu dan kegiatan.
Kalau sudah baca artikel ini baik-baik dan masih sulit move on dari kemalasan. Fix, perjuanganmu melemahkan kemalasan harus lebih ekstra lagi!
***********
Penulis: Ustadz Imam Nawawi, M.Pd.I
(Kepala Humas BMH Pusat, Eks Ketua Umum Pemuda Hidayatullah dan Pengasuh masimamnawawi.com)
Demikian Semoga Bermanfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)