Seringkali banyak orang yang keliru dan menganggap bahwa Ibadah adalah sekedar gerakan jasad yang terlihat oleh mata, padahal masih ada hal lain yang tidak kalah penting dan mesti kita hadirkan. Sebagaimana seseorang yang sedang melaksanakan sholat, ia tidak hanya bergerak untuk melaksanakan setiap rukun dan wajib sholat, tetapi juga harus menghadirkan hati sebagai ruh sholat tersebut. Bahkan jika seseorang menampakkan kekhusyukan badan dan hatinya kosong dan bermain-main maka ia terjatuh dalam kekhusyukan kemunafikan.
Perlu kita ketahui bahwa, Ibadah seseorang tidaklah akan benar dan sempurna kecuali dengan adanya tiga hal. Bahkan sebagian ulama mengatakannya sebagai ‘rukun ibadah’. Tiga hal itu adalah “cinta, takut dan harap”. Sehingga seorang salaf berkata, “Barang siapa beribadah kepada Alloh dengan cinta saja maka dia seorang zindiq, barang siapa beribadah hanya dengan khouf (takut) saja maka haruri (khowarij), barang siapa beribadah hanya dengan rasa harap saja maka dia seorang murji’ dan barang siapa yang beribadah dengan cinta, takut dan harap maka dia seorang mukmin.”
Bahkan, rasa cinta, takut dan harap ini merupakan bagian dari dasar-dasar aqidah Islam yakni rasa cinta kepada-Nya, rasa takut akan azab Allah Ta’ala, dan rasa pengharapan akan rahmat Allah Ta’ala. Ketiga hal ini adalah inti pokok ajaran agama kita yang agung, dan ketiganya pula harus berdampingan secara seimbang di dalam hati seorang muslim, tidak boleh salah satunya melebihi yang lain, Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas.” (QS. Al-Anbiya: 90).
Cinta, Takut dan Pengharapan adalah Ibadah
Cinta adalah rukun ibadah yang terpenting, karena cinta adalah pokok ibadah. Makna cinta seringkali disalah artikan bahkan kebanyakan orang mengartikan cinta dengan begitu sempit. Perlu diketahui bahwa sesungguhnya makna dari cinta itu begitu luas dan dalam.
Tahukah kita? Bahwa kecintaan yang paling tinggi dan mulia kedudukannya di dalam kehidupan ini adalah kecintaan kita kepada sang pencipta yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dimana jika seorang hamba mencintai Allah, maka dia akan rela untuk melakukan seluruh hal yang diperintahkan dan menjauhi seluruh hal yang dilarang oleh yang dicintainya tersebut. Itulah buah cinta yang sesungguhnya. Oleh karena itulah, Alloh menguji setiap muslim dalam firman-Nya,
“Katakanlah (wahai muhammad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31).
Ayat diatas, menjelaskan kepada kita bahwa bukti kecintaan kita kepada Allah hanya dengan mengikuti Rasulullah dalam segala hal. Bahkan kecintaan kita terhadap beliau harus lebih dari kecintaan kita terhadap diri sendiri dan keluarga. Beliaulah teladan baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, muamalah dan sebagainya. Allah berfirman,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)
Sejauh ini kita mengerti bahwa memang rasa cinta ialah sebuah ibadah yang kemudian mampu menggerakkan jiwa-jiwa yang dipenuhi olehnya untuk beribadah dengan benar kepada Rabb-Nya sesuai dengan apa yang kemudian dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Selain cinta, rasa takut menjadi satu diantara beberapa hal yang mesti ada dalam setiap ibadah seorang muslim. Dimana dengan adanya rasa takut, seorang hamba akan termotivasi untuk rajin mencari ilmu dan beribadah kepada Alloh semata agar bebas dari murka dan adzab-Nya. Selain itu, rasa takut inilah yang juga dapat mencegah keinginan seseorang untuk berbuat maksiat. Allah berfirman,
“(Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.” (QS. Al Anbiya: 49)
Rasa takut ada bermacam-macam, namun yang rasa takutnya seorang muslim ialah takut akan pedihnya sakaratul maut, rasa takut akan adzab kubur, rasa takut terhadap siksa neraka, rasa takut akan mati dalam keadaan yang buruk (mati dalam keadaan sedang bermaksiat kepada Allah), rasa takut akan hilangnya iman dan lain sebagainya. Rasa takut semacam inilah yang harus ada dalam hati seorang hamba.
Ibadah bukanlah sekedar gerakan jasad yang terlihat oleh mata, namun juga harus menyertakan yang lain. Sebagaimana seseorang yang sedang melaksanakan sholat, ia tidak hanya bergerak untuk melaksanakan setiap rukun dan wajib sholat, tetapi juga harus menghadirkan hati sebagai ruh sholat tersebut. Bahkan jika seseorang menampakkan kekhusyukan badan dan hatinya kosong dan bermain-main maka ia terjatuh dalam kekhusyukan kemunafikan.
Rasa harap yang dimaksud disini adalah antara lain harapan akan diterimanya amal kita, harapan akan dimasukkan surga, harapan untuk berjumpa dengan Alloh, harapan akan diampuni dosa, harapan untuk dijauhkan dari neraka, harapan diberikan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat dan lain sebagainya.
Rasa harap inilah yang dapat mendorong seseorang untuk tetap terus berusaha untuk taat, meskipun sesekali dia terjatuh ke dalam kemaksiatan namun dia tidak putus asa untuk terus berusaha sekuat tenaga untuk menjadi hamba yang taat. Karena dia berharap Alloh akan mengampuni dosanya yaitu dengan jalan bertaubat dari kesalahannya tersebut dan memperbanyak melakukan amal kebaikan. Sebagaimana firman Allah
“Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Takut dan Pengharapan juga harus disertai perasaan cinta kepada Allah Ta’ala [al-mahabbah], sehingga ketiga hal ini menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Cinta pada Allah Ta’ala, takut akan azabnya yang pedih, serta pengharapan akan rahmatNya yang mahaluas. Rasa Cinta, Takut dan Harap harus sama-sama ada dalam ibadah seorang muslim. Tidaklah benar ibadah seseorang jika satu saja dari ketiga hal tersebut hilang. Seseorang yang memiliki rasa takut yang berlebihan akan menyebabkan dirinya putus asa, sedangkan jika rasa takutnya rendah maka dengan mudahnya dia akan bermaksiat kepada Tuhannya.
Kebalikannya seseorang yang berlebihan rasa harapnya akan menyebabkan dia mudah bermaksiat dan jika rendah rasa harapnya maka dia akan mudah putus asa. Sedangkan kedudukan cinta, maka cinta inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sehingga diibaratkan bahwa kedudukan ketiga pilar ini dalam ibadah bagaikan kedudukan seekor burung, dimana rasa takut dan harap sebagai kedua sayapnya yang harus seimbang dan rasa cinta sebagai kepalanya yang merupakan pokok kehidupannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling cinta kepada Allah. Meski demikian, beliau senantiasa memotivasi sahabatnya dengan surga, bahkan menjaminkannya kepada beberapa dari mereka, Juga memperingatkan akan pedihnya api neraka.
*******************
Penulis: Wahyuni Subhan
Demikian Semoga Bermanfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)