Akhir tahun, apa yang identik? Bagi sebagian orang dan ini tampaknya juga mendapat dukungan media adalah liburan.
Sebuah berita memotret kondisi masyarakat yang bingung karena tidak ada perayaan tahun baru.
Judulnya seperti ini: “Tidak Ada Perayaan Tahun Baru di Palembang, wisatawan Bingung.”
Menurut berita itu, Pemkot Palembang memang membatasi kegiatan masyarakat di 7 pusat pedagang dan masyarakat berkumpul pada hari ini (31/12/23) hingga pukul 22.00 WIB.
Mendapati kebijakan seperti itu, wisatawan mengaku bingung. Kenapa bingung, itu kan yang menjadi pertanyaan.
Ada yang Siap
Kalau di Palembang pembatasan wisatawan pada pergantian malam tahun baru pemerintah batasi. Berbeda halnya dengan Jawa timur.
Berita menampilkan judul “menggembirakan” bagi yang mau berlibur.
Yaitu: “Tempat Wisata di Jatim Siap Sambut Libur Tahun Baru 2024.”
Bahkan kesiapan itu telah dilakukan jauh-jauh hari. Upaya persiapan meliputi mempercantik lokasi wisata, menyiapkan wahana bermain, hingga menyediakan fasilitas tambahan, seperti pemeriksaan kesehatan gratis.
Bahkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Pangdam V/ Brawijaya Mayjen TNI Rafael Granada baay, Kapolda Jatim, Irjen Pol Imam Sugianto, dan Pangkoarmada II Laksamana Muda TNI Yayan Sofiyan meninjau beberapa lokasi wisata di Jatim tersebut pada Sabtu (30/12/2023).
Esensial
Tentu saja kita bisa melihat dengan terang, masing-masing daerah punya cara tersendiri dalam menyikapi pergantian tahun.
Bagi daerah yang memang tidak mau ada hal-hal buruk terjadi saat pergantian tahun, mereka memilih membatasi masyarakat.
Sedangkan daerah yang punya data, berpengalaman dan siap dengan langkah-langkah antisipatif, mereka justru mendorong tempat wisata harus lebih siap.
Sebab, momentum akhir tahun, memang kesempatan masyarakat berlibur. Sisi lain, ini bisa mendorong kenaikan keuntungan dari sisi ekonomi.
Akan tetapi, kalau kita mau merenungkan perihal waktu, maka sebenarnya waktu tidak begitu kuat relevansinya dengan kegiatan liburan. Meskipun orang tentu butuh untuk berlibur. Pertanyaannya apakah harus pas pergantian tahun.
Apalagi kalau liburan itu pada akhirnya melalaikan kewajiban, seperti sholat.
Sebuah teladan menarik bisa kita peroleh dari Ibn Jauzi kala membaca salah satu tulisan dari Ibn Aqil (513 H).
“Aku tidak boleh menyia-nyiakan umurku sesaat saja. Hingga jika lisanku lelah untuk berdiskusi dan mataku lelah dalam membaca maka aku akan menggunakan pikiranku di waktu istirahatku sambil berbaring. Kemudian tidaklah aku bangkit dari istirahatku kecuali aku telah mendapatkan apa yang harus aku tulis. Sungguh aku mendapatkan semangatku dalam menuntut ilmu di usia delapan puluh tahun lebih besar daripada ketika aku berusia 20 tahun.”
Artinya waktu itu secara esensial harus menjadi sarana diri menjadi lebih baik, bahkan dalam kondisi beristirahat pun ada produktivitas kita hadirkan.
Lalu bagaimana dengan yang memilih liburan di akhir tahun? Tidak masalah, yang penting setelah liburan mereka semakin kuat dalam melakukan ibadah dan amal-amal kebaikan. Oleh sebab itu judul bahasan kita sekarang adalah “Akhir Tahun dan Energi Kebaikan.”