Kepahitan hidup adalahpengalaman yang tidak diinginkan oleh kebanyakan orang. Akan tetapi jangan takut menghadapi kapahitan hidup. Karena dari situlah kita belajar untuk tumbuh dan menjadi kuat. Perjuangan yang melelahkan akan terbayar dengan kebahagiaan yang sejati di masa depan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿ ٦﴾
Terjemahnya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah/94:6)
Allah Azza wa Jalla menciptakan makhluk-Nya untuk memberikan cobaan dan ujian. Sebuah konsekuensi dari kesenangan, yaitu bersyukur dan konsekuensi dari kesusahan, yaitu sabar. Seseorang benar-benar beriman, maka segala urusannya merupakan kebaikan. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur dan ketika susah, ia bersabar.
Sabar menurut Ibnul Qoyyim rahimahullah adalah menahan diri jangan sampai panik dan sedih berlebihan menahan lisan jangan sampai berkeluh-kesah, dan menahan anggota badan jangan sampai melakukan tindakan jahil seperti menampar pipi dan menyobek-nyobek baju.
Sedang syukur adalah terlihatnya nikmat Allah Ta’ala pada lisan seorang hamba berwujud pujian dan pengakuan, dihatinya berwujud kesaksian dan kecintaan dan pada anggota badannya berwujud ketundukan dan ketaatan. Sebagaimana Allah jelaskan dalam firmannya,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Terjemahnya: “Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”
(QS. Al Baqarah/2:155)
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Terjemahnya: “Maka ingatlah kepada-Ku, Akupun akan ingat kepadamu, bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku” (QS Al Baqarah/2 :152)
Adapun bentuk-bentuk sabar yang seharusnya kita ketahui yaitu sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam melaksanakan ketaatan, dan sabar dalam menjauhkan diri dari kemaksiatan.
Jika dalam bersabar kita perlu menahan diri dari sikap murka terhadap segala ketentuan Allah, menahan lisan dari keluh kesah, dan menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang Allah. Maka dalam bersyukur sendiri kita dianjurkan untuk senantiasa mengakui dalam hati bahwa semua nikmat itu dari Allah Ta’ala, menyebut-nyebut nikmat tersebut secara lahir dengan memuji Allah, dan menggunakan nikmat tersebut dijalan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sabar bukanlah sesuatu yang mudah, semudah mengucapkannya. Begitu banyak orang yang ketika ujian datang padanya, hatinya seketika dipenuhi dengan segala prasangka buruk pada Rabb-Nya, menyalahkan takdir dan bahkan tidak sedikit yang memilih untuk mengakhiri hidupnya. Agar bisa meraih kesabaran, kita perlu meyakini bahwa Allah memilih yang terbaik bagi kita, mengingat bahwa dengan adanya musibah akan menghapuskan dosa, memandang musibah sebagai bentuk kasih sayang Allah, melihat akibat dari musibah yang semakin mendekatkan kepada Allah, dan mengingat balasan sabar begitu besar.
Hampir sama halnya pada perkara syukur. Menganggap kekuatan dan diri sendirilah segalanya bisa tercapai dan lupa dengan adanya ketetapan nikmat Allah atas dirinya. Rasa angkuh dan sombongpun muncul disepanjang nikmat yang diterima serta enggan untuk berdo’a serta memohon kepada Rabb-Nya. Sepatutnya setiap kita bersyukur dengan memuji Allah dan mengakui semua kenikmatan semuanya berasal dari Allah, mengakui kelemahan diri dihadapan Allah, memohon pertolongan Allah agar mampu senantiasa bersyukur padaNya, berterimah kasih kepada orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita, dan senantiasa mengingat bahwa hanya dengan syukur segala kenikmatan Allah akan bertambah, bertahan bahkan meningkat. Terdapat sebuah kisah wanita seorang wanita yang disebutkan oleh Rasulullah sebagai wanita penghuni surga. Dia adalah Su’airah Al Asadiyyah.
Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.”
Ia berkata, ”Wanita berkulit hitam ini (orangnya). Ia telah datang menemui Nabi shallallahu’alaihi wasallam lalu berkata:
“Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka tanpa disadari auratku terbuka. Do’akanlah supaya aku sembuh.”
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Jika engkau kuat bersabar, engkau akan memperoleh surga. Namun jika engkau ingin, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.”
Maka ia berkata: ”Aku akan bersabar.” Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya aku (bila kambuh maka tanpa disadari auratku) terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka.” Maka Beliau shallallahu ’alaihi wasallam pun mendo’akannya. (HR Al-Bukhari 5652)
Betapa tingginya keimanan su’airah yang berusaha menjaga hak hak Allah terhadap dirinya, meski ditimpa penyakit, ia tidak putus asa dari rahmat Allah dan bersabar terhadap musibah yang menimpanya. Begitu indahnya kehidupan dengan sabar dan syukur yang seringkali tidak kita sadari.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda : “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”. (HR Muslim)
**********
Penulis: Wahyuni Subhan
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)