MUJAHIDDAKWAH.COM, UNITED KINGDOM – Prof. Dr. Abd al-Fattah El-Awaisi, pendiri Proyek Peradaban Pengetahuan Global Baitul Maqdis dan salah satu pemikir terkemuka dalam isu pembebasan Palestina, menyatakan secara tegas bahwa ia telah berlepas diri dari para penguasa Arab.
Sikap ini diungkapkannya sebagai bentuk kekecewaan dan keputusasaan terhadap kelambanan mereka dalam menghadapi genosida dan bencana kemanusiaan yang tengah menimpa Gaza.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu, 19 Juli 2025 (bertepatan dengan 24 Muharram 1447 H), El-Awaisi mengungkapkan bahwa sejak beberapa dekade lalu ia telah “mencuci tangan” dari para penguasa Arab yang dinilainya otoriter, korup, dan bergantung pada kekuatan luar.
Ia juga menyatakan kehilangan harapan terhadap elit gerakan Islam Arab serta para dai dan syekh yang bernaung di bawah badan-badan keilmuan syariat.
“Saya telah mencuci tangan saya dari semua badan keilmuan para ulama syariat Islam Arab tersebut,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa meski masih menghormati sebagian kecil ulama yang ia anggap memiliki “pendirian istimewa,” pengalaman pribadinya bersama berbagai lembaga keilmuan Islam di Turki dan negara-negara Arab telah membuatnya sampai pada kesimpulan bahwa kerja sama dengan mereka adalah “pemborosan waktu, tenaga, dan potensi.”
Dilansir dari pernyataannya, El-Awaisi menyesalkan bahwa selama lebih dari 650 hari terakhir, badan-badan tersebut gagal tampil memimpin umat dan turun langsung ke medan aksi untuk membela Gaza.
“Mereka tidak memberikan teladan nyata yang mampu membangkitkan kesadaran dan menggerakkan masyarakat untuk memberikan dukungan praktis bagi saudara-saudara kita di Gaza,” kritiknya.
Ia menyebut aksi-aksi mereka terbatas pada konferensi pers dan penerbitan pernyataan, tanpa langkah konkret di lapangan.
Prof El-Awaisi menegaskan bahwa dirinya tidak akan pernah mencari keridaan badan-badan keilmuan tersebut jika harus menukar keridaan Allah dengan kemurkaan-Nya.
Ia mengutip sabda Nabi ﷺ yang diriwayatkan dalam Sunan At-Tirmidzi (no. 2414): “Barangsiapa mencari keridaan Allah dengan kemurkaan manusia, niscaya Allah mencukupkan baginya urusan manusia; dan barangsiapa mencari keridaan manusia dengan kemurkaan Allah, niscaya Allah menyerahkan dia kepada manusia.”
Sebagai bentuk tanggung jawab pribadi dan pembebasan diri di hadapan Allah, El-Awaisi menyatakan bahwa ia akan menilai kembali seluruh relasi sosial dan profesionalnya, berdasarkan sikap nyata mereka terhadap pembelaan Gaza, Baitul Maqdis, dan Masjid Al-Aqsha yang diberkahi.
“Selama sisa umur saya, saya akan lebih fokus pada kerja-kerja persiapan pengetahuan untuk pembebasan Baitul Maqdis dan Al-Aqsha yang diberkahi, serta mendukung secara langsung dan praktis perjuangan saudara-saudara kita di Jalur Gaza,” ujarnya.
Ia menutup pernyataannya dengan mengutip firman Allah dalam Surah Yusuf ayat 21: “Dan Allah Mahakuasa atas urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Prof. Dr. Abd al-Fattah El-Awaisi merupakan salah satu tokoh yang dikenal dengan gagasan “maqdisiyah”-nya, yang memadukan ilmu pengetahuan, peradaban, dan strategi pembebasan Palestina dari perspektif global. Ia juga menjabat sebagai profesor hubungan internasional di berbagai universitas dunia.
Laporan: Saladin Comunity


















































































