• Tentang Kami
  • Kontak
  • Support Jurnalis Muslim
  • Kirim Tulisan
Kamis, September 11, 2025
  • ARTIKEL
    • All
    • Adab & Ibadah
    • Al-Qur'an & Hadits
    • Aqidah & Manhaj
    • Fiqih Islam
    • Sirah Nawabiyah
    Apa Hukum Membaca Mushaf Al-Qur’an dalam Shalat?

    Apa Hukum Membaca Mushaf Al-Qur’an dalam Shalat?

    Mendikdasmen Prof Abdul Mu’ti: Guru Adalah Ujung Tombak Pendidikan Indonesia

    Fatwa MUI: Mengapa Memanfaatkan Dana Hasil Investasi Setoran Awal untuk Jamaah Lain Haram?

    9 Tanda dan 11 Peristiwa, Bumi dan Alam Semesta Tak Lagi Punya Ruang untuk Manusia

    9 Tanda dan 11 Peristiwa, Bumi dan Alam Semesta Tak Lagi Punya Ruang untuk Manusia

    Bagaimana Cara Menyambut Tahun Baru Hijriyah??

    Bagaimana Cara Menyambut Tahun Baru Hijriyah??

    Diantara Keistimewaan Bulan Muharram Yang Perlu Umat Islam Ketahui

    Diantara Keistimewaan Bulan Muharram Yang Perlu Umat Islam Ketahui

    Apakah Diperbolehkan Berkurban Dengan Hewan yang Sedang Hamil?

    Apakah Diperbolehkan Berkurban Dengan Hewan yang Sedang Hamil?

    Materi Khutbah Jumat: Keutamaan dan Kemuliaan Ibadah Qurban

    Qurban Satu, Diterima Untuk Suami Istri Dan Seluruh Keluarganya?

    Loyalitas Kepada Allah Diatas Segalanya

    Mengapa Perlu Menghadirkan Hati Dalam Beribadah?

    Pahit Sementara, Bahagia Selamanya

    Pahit Sementara, Bahagia Selamanya

  • KHAZANAH
    • All
    • Biografi
    • Islam & Indonesia
    • Pendidikan & Ilmu
    • Sejarah Islam
    • Tazkiyatun Nafs
    Kuliah, Ini Strategi Jitu untuk Lulus Tepat Waktu!

    Kuliah, Ini Strategi Jitu untuk Lulus Tepat Waktu!

    Mewujudkan ’Kepulangan’ Husnul Khatimah dengan Taubatan Nasuha

    Mewujudkan ’Kepulangan’ Husnul Khatimah dengan Taubatan Nasuha

    Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 1)

    Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 2)

    Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 1)

    Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 1)

    Inilah Kunci Sukses Setiap Anak

    Inilah Kunci Sukses Setiap Anak

    Mas Imam Nawawi: Akhir Tahun dan Energi Kebaikan

    Mas Imam Nawawi: Akhir Tahun dan Energi Kebaikan

  • NASIONAL
    • All
    • Berita Nasional
    • Feature
    • Info Kegiatan
    • Kabar Kampus
    • Kabar Ummat
    • Sekolah & Universitas
    FMDKI Bulukumba Hadirkan Ruang Aman bagi Muslimah Kampus, Bahas Overthinking, FOMO, dan Mental Breakdown

    FMDKI Bulukumba Hadirkan Ruang Aman bagi Muslimah Kampus, Bahas Overthinking, FOMO, dan Mental Breakdown

    Walikota Makassar Siap Hadiri Tabligh Akbar Pelepasan Dai Wahdah Islamiyah

    Walikota Makassar Siap Hadiri Tabligh Akbar Pelepasan Dai Wahdah Islamiyah

    Komitmen Meneguhkan Persatuan, Tujuh Pesan MUI Kepada Presiden Prabowo

    Komitmen Meneguhkan Persatuan, Tujuh Pesan MUI Kepada Presiden Prabowo

    Menyelami Dunia Kelautan dan Perikanan Sejak Dini, SDIT Rabbani Bone Melaksanakan Outing Class

    Menyelami Dunia Kelautan dan Perikanan Sejak Dini, SDIT Rabbani Bone Melaksanakan Outing Class

    16 Ormas Islam Bertemu Presiden, Ustaz Zaitun Rasmin Sampaikan Komitmen dalam Menjaga Persatuan

    16 Ormas Islam Bertemu Presiden, Ustaz Zaitun Rasmin Sampaikan Komitmen dalam Menjaga Persatuan

    Tim Kapal Kemanusiaan Indonesia Siap Berlayar ke Gaza, KITA Palestina dan WIZ Kirim Bantuan Ratusan Juta

    Tim Kapal Kemanusiaan Indonesia Siap Berlayar ke Gaza, KITA Palestina dan WIZ Kirim Bantuan Ratusan Juta

  • KALAM
    • All
    • Akhir Zaman
    • Ghazwul Fikr
    • Jihad Fisabilillah
    • Khutbah Jum'at
    • Siyasah Syar'iyyah
    Materi Khutbah Jumat Palestina: Refleksi Kemerdekaan Indonesia untuk Palestina

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Refleksi Kemerdekaan Indonesia untuk Palestina

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Rasa Kenyang Kita dan Jeritan Kelaparan Anak-Anak Gaza

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Gaza Kelaparan, Tanggung Jawab Kita

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Gaza Kelaparan, Tanggung Jawab Kita

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Kita Adalah Gaza

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Kita Adalah Gaza

    Materi Khutbah Jumat: Menyambut Kemenangan Al-Aqsha dengan Semua Pengorbanan

    Materi Khutbah Jumat: Menyambut Kemenangan Al-Aqsha dengan Semua Pengorbanan

    Materi Khutbah Jumat: Memaknai All Eyes on Rafah, Buka Mata Dunia Atas Genosida di Gaza

    Materi Khutbah Jumat: Memaknai All Eyes on Rafah, Buka Mata Dunia Atas Genosida di Gaza

    Materi Khutbah Jumat: Generasi Shalahuddin Pembebas Al-Aqsa dari Penjajahan Tentara Salib

    Materi Khutbah Jumat: Generasi Shalahuddin Pembebas Al-Aqsa dari Penjajahan Tentara Salib

    Materi Khutbah Jumat: Tragedi Gaza, Apakah Kita Masih Ada?

    Materi Khutbah Jumat: Tragedi Gaza, Apakah Kita Masih Ada?

    Materi Khutbah Jumat: Gaza Masih Berdarah, Jangan Tinggalkan

    Materi Khutbah Jumat: Gaza Masih Berdarah, Jangan Tinggalkan

    Materi Khutbah Jumat: Kita Bisa dan Wajib untuk Berjuang bagi Al Aqsha, Gaza dan Palestina

    Materi Khutbah Jumat: Kita Bisa dan Wajib untuk Berjuang bagi Al Aqsha, Gaza dan Palestina

    Materi Khutbah Jumat: Pentingnya Etika dalam Kehidupan

    Materi Khutbah Jumat: Pentingnya Etika dalam Kehidupan

    Materi Khutbah Jumat: Inilah Cara Membebaskan Palestina

    Materi Khutbah Jumat: Inilah Cara Membebaskan Palestina

    Materi Khutbah Jumat: Mengakhiri Penjajahan Zionis Yahudi

    Materi Khutbah Jumat: Mengakhiri Penjajahan Zionis Yahudi

  • LIFESTYLE
    • All
    • Cinta Dunia
    • Gender & Feminisme
    • Jendela Hati
    • Parenting
    • Ramadhan
    • Tips Bahagia
    Seni Melemahkan Kemalasan

    Seni Melemahkan Kemalasan

    Ramadhan Bulan Pembelaan Terhadap Islam

    Imam Shamsi Ali: 9 Langkah Menjadikan Ramadan Sebagai Bulan Transformasi

    Hindari Bau Mulut Saat Puasa, Ini Kiat-Kiatnya!

    Hindari Bau Mulut Saat Puasa, Ini Kiat-Kiatnya!

    Jangan Biarkan Propaganda LGBT Merajalela di Indonesia

    Jangan Biarkan Propaganda LGBT Merajalela di Indonesia

    Inilah Kunci Sukses Setiap Anak

    Inilah Kunci Sukses Setiap Anak

    Salimah Dukung Larangan LGBT di Lingkungan Kampus

    Salimah Dukung Larangan LGBT di Lingkungan Kampus

  • DUNIA ISLAM
    • All
    • Info Haji & Umrah
    • Internasional
    • Kabar Turki
    • Palestina
    • Timur Tengah
    PJMI Kecam Pembunuhan Jurnalis di Gaza, Desak Aksi Global Lindungi Kebebasan Pers

    PJMI Kecam Pembunuhan Jurnalis di Gaza, Desak Aksi Global Lindungi Kebebasan Pers

    Penjajah Israel Bunuh Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif dan Empat Rekannya di Gaza

    Penjajah Israel Bunuh Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif dan Empat Rekannya di Gaza

    Korban Syahid Akibat Genosida Penjajah Israel Tembus 61.000 Jiwa, Jumlah Luka-luka Lebih dari 151.000 Orang

    Korban Syahid Akibat Genosida Penjajah Israel Tembus 61.000 Jiwa, Jumlah Luka-luka Lebih dari 151.000 Orang

    MUI Kecam Keras Penyerbuan Kompleks Masjidil Aqsa oleh Pemukim Ilegal Zionis Israel

    MUI Kecam Keras Penyerbuan Kompleks Masjidil Aqsa oleh Pemukim Ilegal Zionis Israel

    Hari ke-663 Genosida: Penjajah Israel Terus Membantai Warga Gaza di Tengah Bungkamnya Dunia

    Hari ke-663 Genosida: Penjajah Israel Terus Membantai Warga Gaza di Tengah Bungkamnya Dunia

    Kelaparan Merenggut Nyawa di Gaza, Dunia Tetap Membisu

    Kelaparan Merenggut Nyawa di Gaza, Dunia Tetap Membisu

    Krisis Kelaparan di Gaza, Wahdah Islamiyah Serukan Donasi Serentak dan Edukasi Publik Tentang Palestina

    Krisis Kelaparan di Gaza, Wahdah Islamiyah Serukan Donasi Serentak dan Edukasi Publik Tentang Palestina

    Pelapor PBB: Kelaparan Sengaja Diciptakan Penjajah Israel di Gaza

    Pelapor PBB: Kelaparan Sengaja Diciptakan Penjajah Israel di Gaza

    Indonesia Bantu Palestina 10 Ribu Ton Beras

    Indonesia Bantu Palestina 10 Ribu Ton Beras

  • TSAQOFAH
    • All
    • Ekonomi Islam
    • Jejak Hidayah
    • Kolom
    • Opini Anda
    • Resensi Buku
    Hati-Hati Hilang Energi Karena Suka Menyalahkan!

    Hati-Hati Hilang Energi Karena Suka Menyalahkan!

    Inilah Bekal Utama untuk Bahagia Selamanya

    Inilah Bekal Utama untuk Bahagia Selamanya

    3 Langkah Memiliki Kepribadian Cerdas

    3 Langkah Memiliki Kepribadian Cerdas

    Mengapa Orang Gagal Berubah?

    Mengapa Orang Gagal Berubah?

    Fokus Pada yang Membuatmu Baik

    Fokus Pada yang Membuatmu Baik

    Hiduplah dengan Kebahagiaan, Gak Usah Cari Kebahagiaan

    Hiduplah dengan Kebahagiaan, Gak Usah Cari Kebahagiaan

  • PAHAM SESAT
    • All
    • Ahmadiyah
    • Feminisme
    • Lainnya
    • Sepilis
    • Syi'ah
    Sekularisasi di Indonesia: Sebuah Eksperimen Gagal

    Sekularisasi di Indonesia: Sebuah Eksperimen Gagal

    Homoseksualitas: Persembahan Barat dan Gereja untuk Dunia

    Homoseksualitas: Persembahan Barat dan Gereja untuk Dunia

    Jejak Tuhan dalam Ilmu Ekonomi

    Jejak Tuhan dalam Ilmu Ekonomi

    Hakikat Sekularisme, Berilmu Tanpa Agama dan Aqidah

    Hakikat Sekularisme, Berilmu Tanpa Agama dan Aqidah

    Martabat dan Keterwakilan Perempuan

    Martabat dan Keterwakilan Perempuan

    Gerakan LGBT Dibalik Paham Netralitas Gender

    Gerakan LGBT Dibalik Paham Netralitas Gender

    Homoseks, LGBT dan Kebebasan Manusia

    Homoseks, LGBT dan Kebebasan Manusia

    Dekonstruksi Feminisme Terhadap Konsep Tafsir

    Dekonstruksi Feminisme Terhadap Konsep Tafsir

    Membongkar Propaganda Syiah Indonesia (2): Stigma Wahhabi dan Jahhali

    Membongkar Propaganda Syiah Indonesia (2): Stigma Wahhabi dan Jahhali

No Result
View All Result
  • ARTIKEL
    • All
    • Adab & Ibadah
    • Al-Qur'an & Hadits
    • Aqidah & Manhaj
    • Fiqih Islam
    • Sirah Nawabiyah
    Apa Hukum Membaca Mushaf Al-Qur’an dalam Shalat?

    Apa Hukum Membaca Mushaf Al-Qur’an dalam Shalat?

    Mendikdasmen Prof Abdul Mu’ti: Guru Adalah Ujung Tombak Pendidikan Indonesia

    Fatwa MUI: Mengapa Memanfaatkan Dana Hasil Investasi Setoran Awal untuk Jamaah Lain Haram?

    9 Tanda dan 11 Peristiwa, Bumi dan Alam Semesta Tak Lagi Punya Ruang untuk Manusia

    9 Tanda dan 11 Peristiwa, Bumi dan Alam Semesta Tak Lagi Punya Ruang untuk Manusia

    Bagaimana Cara Menyambut Tahun Baru Hijriyah??

    Bagaimana Cara Menyambut Tahun Baru Hijriyah??

    Diantara Keistimewaan Bulan Muharram Yang Perlu Umat Islam Ketahui

    Diantara Keistimewaan Bulan Muharram Yang Perlu Umat Islam Ketahui

    Apakah Diperbolehkan Berkurban Dengan Hewan yang Sedang Hamil?

    Apakah Diperbolehkan Berkurban Dengan Hewan yang Sedang Hamil?

    Materi Khutbah Jumat: Keutamaan dan Kemuliaan Ibadah Qurban

    Qurban Satu, Diterima Untuk Suami Istri Dan Seluruh Keluarganya?

    Loyalitas Kepada Allah Diatas Segalanya

    Mengapa Perlu Menghadirkan Hati Dalam Beribadah?

    Pahit Sementara, Bahagia Selamanya

    Pahit Sementara, Bahagia Selamanya

  • KHAZANAH
    • All
    • Biografi
    • Islam & Indonesia
    • Pendidikan & Ilmu
    • Sejarah Islam
    • Tazkiyatun Nafs
    Kuliah, Ini Strategi Jitu untuk Lulus Tepat Waktu!

    Kuliah, Ini Strategi Jitu untuk Lulus Tepat Waktu!

    Mewujudkan ’Kepulangan’ Husnul Khatimah dengan Taubatan Nasuha

    Mewujudkan ’Kepulangan’ Husnul Khatimah dengan Taubatan Nasuha

    Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 1)

    Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 2)

    Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 1)

    Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 1)

    Inilah Kunci Sukses Setiap Anak

    Inilah Kunci Sukses Setiap Anak

    Mas Imam Nawawi: Akhir Tahun dan Energi Kebaikan

    Mas Imam Nawawi: Akhir Tahun dan Energi Kebaikan

  • NASIONAL
    • All
    • Berita Nasional
    • Feature
    • Info Kegiatan
    • Kabar Kampus
    • Kabar Ummat
    • Sekolah & Universitas
    FMDKI Bulukumba Hadirkan Ruang Aman bagi Muslimah Kampus, Bahas Overthinking, FOMO, dan Mental Breakdown

    FMDKI Bulukumba Hadirkan Ruang Aman bagi Muslimah Kampus, Bahas Overthinking, FOMO, dan Mental Breakdown

    Walikota Makassar Siap Hadiri Tabligh Akbar Pelepasan Dai Wahdah Islamiyah

    Walikota Makassar Siap Hadiri Tabligh Akbar Pelepasan Dai Wahdah Islamiyah

    Komitmen Meneguhkan Persatuan, Tujuh Pesan MUI Kepada Presiden Prabowo

    Komitmen Meneguhkan Persatuan, Tujuh Pesan MUI Kepada Presiden Prabowo

    Menyelami Dunia Kelautan dan Perikanan Sejak Dini, SDIT Rabbani Bone Melaksanakan Outing Class

    Menyelami Dunia Kelautan dan Perikanan Sejak Dini, SDIT Rabbani Bone Melaksanakan Outing Class

    16 Ormas Islam Bertemu Presiden, Ustaz Zaitun Rasmin Sampaikan Komitmen dalam Menjaga Persatuan

    16 Ormas Islam Bertemu Presiden, Ustaz Zaitun Rasmin Sampaikan Komitmen dalam Menjaga Persatuan

    Tim Kapal Kemanusiaan Indonesia Siap Berlayar ke Gaza, KITA Palestina dan WIZ Kirim Bantuan Ratusan Juta

    Tim Kapal Kemanusiaan Indonesia Siap Berlayar ke Gaza, KITA Palestina dan WIZ Kirim Bantuan Ratusan Juta

  • KALAM
    • All
    • Akhir Zaman
    • Ghazwul Fikr
    • Jihad Fisabilillah
    • Khutbah Jum'at
    • Siyasah Syar'iyyah
    Materi Khutbah Jumat Palestina: Refleksi Kemerdekaan Indonesia untuk Palestina

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Refleksi Kemerdekaan Indonesia untuk Palestina

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Rasa Kenyang Kita dan Jeritan Kelaparan Anak-Anak Gaza

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Gaza Kelaparan, Tanggung Jawab Kita

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Gaza Kelaparan, Tanggung Jawab Kita

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Kita Adalah Gaza

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Kita Adalah Gaza

    Materi Khutbah Jumat: Menyambut Kemenangan Al-Aqsha dengan Semua Pengorbanan

    Materi Khutbah Jumat: Menyambut Kemenangan Al-Aqsha dengan Semua Pengorbanan

    Materi Khutbah Jumat: Memaknai All Eyes on Rafah, Buka Mata Dunia Atas Genosida di Gaza

    Materi Khutbah Jumat: Memaknai All Eyes on Rafah, Buka Mata Dunia Atas Genosida di Gaza

    Materi Khutbah Jumat: Generasi Shalahuddin Pembebas Al-Aqsa dari Penjajahan Tentara Salib

    Materi Khutbah Jumat: Generasi Shalahuddin Pembebas Al-Aqsa dari Penjajahan Tentara Salib

    Materi Khutbah Jumat: Tragedi Gaza, Apakah Kita Masih Ada?

    Materi Khutbah Jumat: Tragedi Gaza, Apakah Kita Masih Ada?

    Materi Khutbah Jumat: Gaza Masih Berdarah, Jangan Tinggalkan

    Materi Khutbah Jumat: Gaza Masih Berdarah, Jangan Tinggalkan

    Materi Khutbah Jumat: Kita Bisa dan Wajib untuk Berjuang bagi Al Aqsha, Gaza dan Palestina

    Materi Khutbah Jumat: Kita Bisa dan Wajib untuk Berjuang bagi Al Aqsha, Gaza dan Palestina

    Materi Khutbah Jumat: Pentingnya Etika dalam Kehidupan

    Materi Khutbah Jumat: Pentingnya Etika dalam Kehidupan

    Materi Khutbah Jumat: Inilah Cara Membebaskan Palestina

    Materi Khutbah Jumat: Inilah Cara Membebaskan Palestina

    Materi Khutbah Jumat: Mengakhiri Penjajahan Zionis Yahudi

    Materi Khutbah Jumat: Mengakhiri Penjajahan Zionis Yahudi

  • LIFESTYLE
    • All
    • Cinta Dunia
    • Gender & Feminisme
    • Jendela Hati
    • Parenting
    • Ramadhan
    • Tips Bahagia
    Seni Melemahkan Kemalasan

    Seni Melemahkan Kemalasan

    Ramadhan Bulan Pembelaan Terhadap Islam

    Imam Shamsi Ali: 9 Langkah Menjadikan Ramadan Sebagai Bulan Transformasi

    Hindari Bau Mulut Saat Puasa, Ini Kiat-Kiatnya!

    Hindari Bau Mulut Saat Puasa, Ini Kiat-Kiatnya!

    Jangan Biarkan Propaganda LGBT Merajalela di Indonesia

    Jangan Biarkan Propaganda LGBT Merajalela di Indonesia

    Inilah Kunci Sukses Setiap Anak

    Inilah Kunci Sukses Setiap Anak

    Salimah Dukung Larangan LGBT di Lingkungan Kampus

    Salimah Dukung Larangan LGBT di Lingkungan Kampus

  • DUNIA ISLAM
    • All
    • Info Haji & Umrah
    • Internasional
    • Kabar Turki
    • Palestina
    • Timur Tengah
    PJMI Kecam Pembunuhan Jurnalis di Gaza, Desak Aksi Global Lindungi Kebebasan Pers

    PJMI Kecam Pembunuhan Jurnalis di Gaza, Desak Aksi Global Lindungi Kebebasan Pers

    Penjajah Israel Bunuh Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif dan Empat Rekannya di Gaza

    Penjajah Israel Bunuh Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif dan Empat Rekannya di Gaza

    Korban Syahid Akibat Genosida Penjajah Israel Tembus 61.000 Jiwa, Jumlah Luka-luka Lebih dari 151.000 Orang

    Korban Syahid Akibat Genosida Penjajah Israel Tembus 61.000 Jiwa, Jumlah Luka-luka Lebih dari 151.000 Orang

    MUI Kecam Keras Penyerbuan Kompleks Masjidil Aqsa oleh Pemukim Ilegal Zionis Israel

    MUI Kecam Keras Penyerbuan Kompleks Masjidil Aqsa oleh Pemukim Ilegal Zionis Israel

    Hari ke-663 Genosida: Penjajah Israel Terus Membantai Warga Gaza di Tengah Bungkamnya Dunia

    Hari ke-663 Genosida: Penjajah Israel Terus Membantai Warga Gaza di Tengah Bungkamnya Dunia

    Kelaparan Merenggut Nyawa di Gaza, Dunia Tetap Membisu

    Kelaparan Merenggut Nyawa di Gaza, Dunia Tetap Membisu

    Krisis Kelaparan di Gaza, Wahdah Islamiyah Serukan Donasi Serentak dan Edukasi Publik Tentang Palestina

    Krisis Kelaparan di Gaza, Wahdah Islamiyah Serukan Donasi Serentak dan Edukasi Publik Tentang Palestina

    Pelapor PBB: Kelaparan Sengaja Diciptakan Penjajah Israel di Gaza

    Pelapor PBB: Kelaparan Sengaja Diciptakan Penjajah Israel di Gaza

    Indonesia Bantu Palestina 10 Ribu Ton Beras

    Indonesia Bantu Palestina 10 Ribu Ton Beras

  • TSAQOFAH
    • All
    • Ekonomi Islam
    • Jejak Hidayah
    • Kolom
    • Opini Anda
    • Resensi Buku
    Hati-Hati Hilang Energi Karena Suka Menyalahkan!

    Hati-Hati Hilang Energi Karena Suka Menyalahkan!

    Inilah Bekal Utama untuk Bahagia Selamanya

    Inilah Bekal Utama untuk Bahagia Selamanya

    3 Langkah Memiliki Kepribadian Cerdas

    3 Langkah Memiliki Kepribadian Cerdas

    Mengapa Orang Gagal Berubah?

    Mengapa Orang Gagal Berubah?

    Fokus Pada yang Membuatmu Baik

    Fokus Pada yang Membuatmu Baik

    Hiduplah dengan Kebahagiaan, Gak Usah Cari Kebahagiaan

    Hiduplah dengan Kebahagiaan, Gak Usah Cari Kebahagiaan

  • PAHAM SESAT
    • All
    • Ahmadiyah
    • Feminisme
    • Lainnya
    • Sepilis
    • Syi'ah
    Sekularisasi di Indonesia: Sebuah Eksperimen Gagal

    Sekularisasi di Indonesia: Sebuah Eksperimen Gagal

    Homoseksualitas: Persembahan Barat dan Gereja untuk Dunia

    Homoseksualitas: Persembahan Barat dan Gereja untuk Dunia

    Jejak Tuhan dalam Ilmu Ekonomi

    Jejak Tuhan dalam Ilmu Ekonomi

    Hakikat Sekularisme, Berilmu Tanpa Agama dan Aqidah

    Hakikat Sekularisme, Berilmu Tanpa Agama dan Aqidah

    Martabat dan Keterwakilan Perempuan

    Martabat dan Keterwakilan Perempuan

    Gerakan LGBT Dibalik Paham Netralitas Gender

    Gerakan LGBT Dibalik Paham Netralitas Gender

    Homoseks, LGBT dan Kebebasan Manusia

    Homoseks, LGBT dan Kebebasan Manusia

    Dekonstruksi Feminisme Terhadap Konsep Tafsir

    Dekonstruksi Feminisme Terhadap Konsep Tafsir

    Membongkar Propaganda Syiah Indonesia (2): Stigma Wahhabi dan Jahhali

    Membongkar Propaganda Syiah Indonesia (2): Stigma Wahhabi dan Jahhali

No Result
View All Result
Mujahid Dakwah
No Result
View All Result

in Islam & Indonesia, KHAZANAH

Sejarah Antara Islam dan Kebudayaan Candi

Muh Akbarby Muh Akbar
Reading Time: 14 mins read
Sejarah Antara Islam dan Kebudayaan Candi
Share on FacebookShare on Whatsapp

Salah satu upaya yang dilakukan oleh orientalis dalam menyingkirkan pengaruh dan peranan Islam dalam suatu masyarakat adalah melalui nativisasi. Nativisasi ini secara sederhana dapat didefinisikan sebagai usaha yang sistematis maupun tidak yang dijalankan untuk menghilangkan peran kesejarahan Islam dan umatnya dari suatu negeri dengan cara mengangkat budaya lokal setempat. Keberadaan “budaya lokal” setempat yang diangkat itu sendiri, dalam arus nativisasi, bukan merupakan  hal yang telah final, melainkan melalui proses rancang ulang yang tidak jarang merupakan hasil rekayasa belaka. Tujuan utama dari program ini adalah memarginalkan peran Islam, lantas menempatkannya sebagai “pengaruh asing” yang diposisikan berseberangan dengan “agama asli” pribumi. Bukan dalam rangka mengangkat budaya pribumi itu sendiri, melainkan lebih banyak dilakukan untuk kepentingan lain yang bersifat hegemonik, termasuk kristenisasi.

Salah satu contoh yang jelas dari proses nativisasi misalnya adalah identifikasi Mesir dengan peradaban Piramida. Dalam diskursus ini direkayasa bahwa Mesir menjadi besar karena budaya Piramid dan bukannya karena kedatangan Islam. Peranan Islam di masa lalu coba digantikan dengan peranan semu yang dilakukan oleh para Fir’aun dari masa yang jauh lebih kuno. Dalam pada ini, Islam hanya diposisikan telah meninggalkan peradaban yang tidak signifikan bagi kemajuan. Mesir menjadi maju karena mewarisi kebesaran dan semangat dari Fir’aun yang berhasil membina sejumlah bangunan monumental.

Di Indonesia, proses nativisasi ini juga dijalankan oleh para orientalis dan misionaris. Mulai dari pengaburan sejarah terkait peran ulama dan pahlawan Islam hingga pemunculan sejumlah aliran kebatinan yang tidak sepenuhnya “original”. Pada beberapa kasus bahkan bersifat mekanistis karena terbentuk melalui melalui proses rekayasa. Sejajar dengan bangunan Piramida di Mesir, di Indonesia kaum orientalis berusaha mengangkat kebudayaan candi sebagai kebudayaan asli Indonesia yang dianggap jauh lebih bermakna daripada warisan tradisi Islam.

Diskursus tentang kebudayaan candi dan upaya marginalisasi Islam dengan memanfaatkan isu ini rasanya menarik untuk dikaji. Tulisan ini disajikan untuk menjembatani wujud pewacanaan yang dimaksud. Pada giliran selanjutnya, besar harapan penulis akan menjadi pemantik bagi proses pengembangan kajian selanjutnya.

KEBUDAYAAN YANG DILUPAKAN

Baca tulisan terkait

Kuliah, Ini Strategi Jitu untuk Lulus Tepat Waktu!

Kuliah, Ini Strategi Jitu untuk Lulus Tepat Waktu!

Juni 19, 2025
Mewujudkan ’Kepulangan’ Husnul Khatimah dengan Taubatan Nasuha

Mewujudkan ’Kepulangan’ Husnul Khatimah dengan Taubatan Nasuha

Januari 9, 2025
Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 1)

Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 2)

September 2, 2024
Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 1)

Syekh Aaq Syamsuddin, Sang ‘Penakluk Maknawi’ Konstantinopel (Bag 1)

September 2, 2024

Kebudayaan candi sebenarnya merupakan kebudayaan yang pernah mati dan hilang dari ingatan publik masyarakat di nusantara. Usaha mengangkat kembali, candi sebagai peninggalan leluhur yang adi luhung seringkali tidak sepi dari motif dan kepentingan tertentu. Diantaranya berusaha memarginalkan peran Islam di nusantara sebagai pijakan untuk melaksanakan misi kristenisasi melalui pendekatannya untuk menemukan titik temu antara kejawen dan Kristen. Tulisan Bambang Noorsena, tokoh Kristen Orthodoks Syria, merupakan salah satu wujud dari karya yang bersifat demikian. Dalam bukunya Noorsena membuat klaim sebagai berikut:

“ …. Serat Wedhatama mengistilahkan sembah raga yang masih harus ditingkatkan pada tahapan yang lebih halus: sembah cipta, sembah kalbu, dan sembah rasa. Suatu penjawaan dari jalan-jalan pendakian tasawuf syari’ah, Tariqah, Haqiqah, dan Ma’rifah, yang terlebih dahulu sudah dirasuki mistik Hindhu-Budha.

Penggambaran tahap-tahap pendakian mistik ini, mudah dilacak dari berbagai peninggalan bersejarah di tanah air kita. Hal ini membuktikan betapa kuat meresapnya jejak-jejak mistik Hindu, Buddha, dan Islam, yang berpadu dengan unsur agama asli. Monumen stupa Borobudur dan Masjid Demak merupakan contoh pengabadian bangunan punden berundak dari masa megalitikum. Bangunan stupa Borobudur disebut dari bawah: Kamadatu (alam keinginan), rupadatu (alam rupa), dan arupadatu (alam tanpa rupa) sejajar dengan masjid Demak bersusun tiga yang melambangkan Syari’ah, tariqah, dan haqiqah. Sedangkan tujuan tertinggi dari perjalanan mistik digambarkan dengan makuta di ujung atas masjid yang semotif dengan stupa teratas Borobudur yang dulu kosong karena menggambarkan keabadian alam Buddha (sunya).”[1]

Dalam kutipan di atas, nampaknya Bambang Noorsena menggambarkan bahwa sejumlah tradisi Islam telah mengalami penjawaan sedemikian rupa dengan masuknya unsur-unsur agama Jawa asli setelah sebelumnya dirasuki mistik Hindhu dan Buddha. Dengan demikian Islam dalam sejumlah karya sastra Jawa tersebut oleh Bambang Noorsena ditempatkan sebagai entitas yang sepenuhnya tunduk terhadap agama asli Jawa. Noorsena kemudian berusaha membuktikan bahwa jejak-jejak perpaduan agama itu dapat dilacak pada sejumlah peninggalan sejarah di tanah air termasuk Candi Borobudur dan Masjid Demak.

Argumentasi Bambang Noorsena bahwa keempat jalan pendakian tasawuf Islam telah direduksi oleh pengaruh mistik Hindu dan Buddha dengan mengambil bukti pendukung berupa Candi Borobudur dan Masjid Demak, jelas merupakan rasionalisasi yang kurang tepat. Tentang Borobudur, misalnya, candi yang dianggap sebagai warisan bangsa Indonesia ini memang seringkali ditempatkan sebagai bukti bahwa Budhisme pernah sedemikian kuat pengaruhnya bagi sebagian masyarakat Jawa. Sampai pada titik ini tidak terlalu ada masalah. Namun kemudian justru kenyataan ini dimanfaatkan sebagai justifikasi bahwa Budhisme masih memainkan peran hingga pada masa kini dengan bukti Borobudur ini. Termasuk memposisikan ajaran Islam di Jawa yang dianggap telah tereduksi oleh semangat Budhisme karena masih mengadopsi ciri-ciri arsitektural yang sama. Jelas ini adalah proses untuk menempatkan posisi generasi mendatang dengan “ingatan” yang dibentuk dengan sebuah “kelupaan sejarah”.

Borobudur sendiri sebenarnya telah pernah lenyap dari ingatan kolektif penduduk nusantara. Soediman, seorang Pengajar di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada serta pernah menjabat sebagai Pimpinan Harian Kantor Pelaksana Proyek Pemugaran Candi Borobudur, mengungkapkan bahwa Borobudur baru diketemukan kembali pada tahun 1814 setelah kira-kira delapan abad dilupakan orang dan terpendam di dalam tanah. Pada waktu diketemukan candi ini berada dalam keadaan menyedihkan.[2] Candi ini telah berujud menjadi sebuah gunung kecil atau bukit yang ditutupi oleh semak belukar. Di gunung tersebut banyak ditemukan potongan-potongan arca oleh penduduk setempat yang pemberani. Sedangkan umumnya penduduk saat itu justru takut untuk datang ke gunung yang kemudian diketahui sebagai Borobudur. Penyebabnya, masyarakat era itu menganggap bahwa gunung tersebut sebagai tempat angker dan berbahaya. Hingga tahun1814, Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, mendengar berita penemuan sejumlah potongan arca di gunung tersebut.

Pada tahun 1900 M di bawah pemerintah Hindia Belanda maka dilakukan perawatan terhadap “bukit” yang ditemukan. Semak belukar dan tanah yang mengurugnya mulai dibersihkan dan ditemukanlah struktur bangunan candi. Sebagian besar ditemukan dalam kondisi yang sudah rusak parah. Baru pada yahun 1907 dilakukan pemugaran yang dipimpin oleh Theodore Van Erp, seorang perwira Zeni Angkatan Darat Kerajaan Belanda. Perbaikan di bawah pimpinan Van Erp ini berlangsung antara 1907 sampai 1911. Pemugaran ini pun hanya sampai memasang beberapa buah gapura, sementara dinding lorong pertama dan kedua tetap dibiarkan miring, serta pagar langkannya masih banyak yang menganga.[3] Pada era ini Candi Borobudur pun belum bisa diperkenalkan kepada publik secara luas dengan alasan keamanan bangunan.

Dengan mencermati sejarah “penemuan kembali” Candi Borobudur ini, maka muncul pertanyaan baru, Apakah layak mendasarkan sebuah teori bahwa ajaran Buddha sedemikian kuatnya berpengaruh dengan menggunakan contoh Candi Borobudur yang disejajarkan dengan bangunan Masjid Demak? Sementara diketahui bahwa Candi Borobudur telah “hilang” selama 8 (delapan) abad sebelumnya. Boleh dikatakan bahwa “kelupaan sejarah” terhadap Candi Borobudur ini bahkan telah berlangsung melewati masa Majapahit dan Kesultanan Demak. Belum lagi jika kita harus memperhitungkan lagi proses pemugaran pasca ditemukan kembali hingga layak diperkenalkan kepada publik yang memakan waktu lebih dari satu abad sendiri.

Jadi, Borobudur sendiri sebenarnya telah “pernah mati” dalam alam pikiran orang Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa ingatan publik masyarakat Jawa terhadap simbol kebesaran masa lalu berupa ajaran Budha ini tidak terlalu mendalam atau bahkan tidak ada. Hanya merupakan sapuan cat yang mudah terkelupas dari sepotong kayu. Kebesaran masa lalu yang terlalu diagung-agungkan dengan melupakan kenyataan sejarah yang lebih besar. Sebuah bukti bahwa “keagungan” masa lalu bisa dibangkitkan kembali dengan menjajah ruang kesadaran kita. Oleh karena itu menghubungkan antara tingkatan yang ada dalam Candi Borobudur dengan tingkatan pada masjid Demak, sebagaimana pengutipan yang dilakukan oleh Bambang Noorsena, rasanya merupakan tindakan yang ahistoris dan mengada-ada.

Buku “Sejarah Nasional Indonesia” yang menjadi rujukan standar dalam penulisan sejarah tentang Indonesia juga mengungkapkan fenomena yang sama. Dikatakan bahwa beberapa masjid kuno memiliki pola lengkung  miripkalamakara dalam mihrabnya. Beberapa bangunannya mengingatkan pada seni bangunan candi, yaitu menyerupaimeru pada jaman Hindhu. Juga beberapa detail lainnya. Namun buku tersebut sama sekali tidak membuat konklusi gegabah bahwa proses adopsi maupun adaptasi bangunan fisik akan selalu diikuti dengan proses yang sama terhadap nilai “bathin” yang dimilikinya. Menariknya, kesimpulan buku tersebut justru mengungkapkan bahwa Islamisasi yang dilakukan melalui seni bangunan dan seni ukir pada sejumlah bangunan Islam justru menunjukkan bahwa proses pengislaman tersebut dilakukan dengan damai. Kecuali itu dari segi ilmu jiwa dan taktik, menurut buku tersebut, penerusan tradisi bangunan dan seni ukir pra Islam merupakan alat Islamisasi yang sangat bijaksana yang mudah menarik orang-orang bukan Islam secara perlahan memeluk Islam sebagai pedoman hidup barunya.[4] Dengan istilah lain, inilah salah satu bukti titik temu yang sulit dibantah antara Islam dan Jawa.

Untuk lebih mendalami persoalan ini, akan semakin menarik jika mencermati analogi yang dikemukakan Prof. Dr. Syed Muhammad Naguib Al Attas, pakar kebudayaan Melayu, sebagai berikut:

Sebagaimana si Ali berpakaian chara Barat memang nampak pengaruh Barat pada zahir dirinya, dengan tiada semestinya bererti bahwa batin dirinya itupun terpengaruh oleh kebudayaan Barat, begitulah juga fakta-fakta sejarah yang zahir pada sesuatu masharakat dan kebudayaannya tiada semestinya membayangkan sifat batin masharakat dan kebudayaan itu.[5]

Jadi, sejumlah bangunan Islam di Jawa yang menampilkan sebagian corak dari masa lalu tidak berarti mewarisi pola “batin” yang sama. Kesamaan pada sejumlah detail pola bangunan Hindhu dan Budha, tidak lantas menjadi bukti bahwa Islam telah mewarisi ajaran mistik kedua agama tersebut. Kesimpulan Noorsena tersebut seperti halnya bangunan gereja-gereja kuno, baik di Timur dan di Barat, seringkali memiliki detail bangunan dan menggunakan simbol-simbol yang sama yang sama dengan bangunan penganut paganisme yang ada disekitar pertumbuhan umat Kristen. Salib adalah simbol yang sama pernah dipakai oleh sejumlah ajaran pagan sebelum masa Kristen. Bukan hanya terbatas pada simbolnya, bahkan cerita-cerita seputar salib dari agama penyembah berhala tersebut hampir sama dengan detail dan ajaran dalam kekristenan. Jika didasarkan dengan hal tersebut kemudian disimpulkan bahwa “Kristen telah mewarisi tradisi mistik kaum pagan”, dimanakah posisi keberterimaan Bambang Noorsena ? Tetap konsistenkah ia dengan analogi yang diyakininya?

Jika Borobudur merupakan candi Agama Budha, maka Candi Prambanan sebagai candi bercorak Hindhu juga mengalami nasib yang kurang lebih sama. Candi Hindhu ini ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1797, ketika penguasa Belanda membangun markas di Klaten. Sebelumnya tidak ada gambaran bahwa disekitar tempat pembangunan markas tersebut terdapat kompleks bangunan kuno tersebut. Hal ini terjadi karena sebagian besar bangunan telah tertutupi dengan tanaman-tanaman keras. Penduduk sekitar juga menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat pembuangan sampah. Sehingga kesulitan utama yang dihadapi oleh Belanda ketika hendak membangun kembali peninggalan Hindhu tersebut adalah menyingkirkan tanaman dan sampah yang terlanjur menutupi badan bangunan batu tersebut. Sejumlah bangunan batu yang lain yang lebih utuh memang ada yang digunakan oleh penduduk sekitar sebagai tempat pemujaan. Pemujaan yang dilakukan tentu saja bukan berasal dari tradisi Hindhu, melainkan lebih mirip ritual penyembahan terhadap batu dan pepohonan yang berasal dari kebudayaan punden berundak-undak. Sejumlah arca yang sempat ditemukan dilokasi tersebut selalu menjadi barang dagangan yang diminati oleh orang-orang asing. Sementara penduduk sekitar kompleks candi tersebut – terutama yang berprofesi sebagai pedagang – cenderung mengabaikan dengan menjadikannya sebagai “peluang” mendapatkan uang.[6]

Reruntuhan Candi Prambanan. Sumber foto: KITLV Digital Media Library (http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/16?q_searchfield=Prambanan)
Reruntuhan Candi Prambanan. Sumber foto: KITLV Digital Media Library (http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/16?q_searchfield=Prambanan)

Candi-candi lainnya secara umum memiliki nasib yang hampir serupa. Ditemukan sebagai reruntuhan yang diabaikan, tertutup oleh sejumlah pepohonan dengan tanpa perawatan, terkubur dalam tanah, atau terbengkelai memuing sehingga sukar direkonstruksi ulang hingga hari ini. Sebagian besar candi itu umumnya ditemukan kembali setelah melalui proses penggalian. Untuk selanjutnya dipopulerkan oleh kalangan akademisi orientalis maupun misionaris. Bukan dengan tujuan untuk bersimpati secara penuh terhadap wujud kebudayaan ini, melainkan untuk kepentingan lain yang akan dijelaskan selanjutnya.

ELIT YANG BERJARAK DARI RAKYAT

Saat ini kita hidup dalam era dimana kebudayaan candi merupakan salah satu khazanah warisan masa lalu yang dalam sejumlah aspek dianggap sebagai bagian dari kebesaran masa lalu. Pertanyaan yang menggelitik untuk diajukan adalah “mengapa  kebudayaan candi ini kemudian pernah ditinggalkan oleh masyarakat?”. Pada tingkatan yang lebih ekstrim bahkan budaya tutur tentang warisan kuno ini ternyata juga tidak menjadi bagian dari budaya lesan yang berkembang di antara masyarakat Jawa pada masa lalu. Kenyataan ini, tentu mengherankan bagi kita. Bagaimana mungkin, jika benar kebudayaan Candi merupakan warisan budaya yang tidak terpisah dari masyarakat, justru pada saat yang sama dilupakan oleh masyarakat tanpa berbekas sama sekali sampai wujud bangunannya direkonstruksi ulang dan diperkenalkan kembali kepada khalayak.

Realitas bahwa pernah terjadi proses “kelupaan” terhadap budaya candi ini menimbulkan sejumlah spekulasi dalam merunut peyebabnya. Dr. I. Groneman, seorang orientalis, membangun teorinya bahwa kerusakan candi ini terjadi murni akibat kejadian alamiah seperti gempa bumi, erupsi vulkanik, tanaman parasit yang merusak pondasi, dan sejumlah peristiwa lainnya. Groneman juga menyalahkan kebodohan rakyat sebagai penyebab mereka kurang menghargai produk agung warisan dari masa lampau.[7] Wacana yang dihasung Groneman ini hanya sampai pada tataran menjelaskan bagaimana hilangnya candi akibat proses alamiah yang berjalan, namun kurang menyentuh aspek kemanusiaan yang lebih konkret. Sebab jika penyebabnya adalah kebodohan manusia, justru hal ini bisa menjadi lahan subur dan sekaligus pemantik untuk pemujaan terhadap bangunan kuno. Dengan demikian tidak mampu menjelaskan mengapa kebudayaan candi ditinggalkan oleh masyarakat atau rakyat kerajaan Budha atau Hindhu.

Sejumlah cerita babad di Jawa yang vulgar mendapat pengaruh pemikiran Belanda berusaha menggambarkan bahwa terjadinya “kelupaan” sejarah terhadap kebudayaan candi ini adalah akibat pengaruh kedatangan Islam. Islam juga dianggap turut memberikan kerusakan terhadap sejumlah bangunan monumental di tanah Jawa. Prof. Dr. Denys Lombard, seorang akademisi dan pakar simbologi Perancis, mengakui kenyataan bahwa terdapat sejumlah tuduhan orientalis terhadap Islam sebagai penyebab kehancuran sejumlah candi. Lombard  sendiri membantah dengan menyatakan bahwa hampir tidak pernah ada monumen yang dihancurkan atas prakarsa pihak Islam. Candi-candi di Jawa secara umum telah menjadi reruntuhan sementara Hindhuisme masih menjadi agama mayoritas. Kedatangan Islam di Indonesia memang bersamaan waktu dengan terputusnya secara radikal tradisi-tradisi arsitektural yang telah berkembang di Jawa selama lebih delapan abad. Beberapa sejarawan Eropa berusaha menggarisbawahi bahwa Islam merupakan agama yang bersifat “mematikan” bagi kebudayaan lokal ini. Namun mereka lupa bahwa di Semenanjung Indochina, tempat dimana Islam tidak berhasil berkembang, pembangunan candi-candi besar juga telah berhenti sebagaimana yang terjadi di Jawa.[8]

Denys Lombard menggarisbawahi bahwa keruntuhan kerajaan-kerajaan Hindhu di Jawa dan penghentian pembangunan gedung-gedung batu berskala besar lebih banyak disebabkan karena kerajaan Budha dan Hindhu mengalami kemunduran karena mulai ditinggalkan oleh rakyatnya sendiri. Hal ini terjadi karena penduduk lebih memilih untuk tinggal di kota-kota pelabuhan atau wilayah sekitarnya.[9] Pola masyarakat agraris juga mulai bergeser menjadi masyarakat bisnis sehingga daerah pedalaman yang menjadi pusat kerajaan Hindhu atau Budha dinilai kurang kondusif lagi bagi gaya hidup mereka yang baru. Dengan demikian proses “kelupaan” terhadap pembangunan dan pemeliharaan candi di Jawa penyebab utamanya adalah kerajaan sebagai inisiator utama telah ditinggalkan oleh sebagian besar rakyatnya.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa kerajaan Budha dan Hindhu itu ditinggalkan oleh masyarakatnya? Drs. R. Moh. Ali, Kepala Arsip Nasional dan Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran (UNPAD), yang dikutip oleh Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara, senada dengan Denys Lombard, menyatakan bahwa kebudayaan candi justru merupakan salah satu penyebab terjadinya eksodus penduduk kerajaan Budha atau Hindhu dari dari pusat kekuasaan menuju daerah pesisir atau pelabuhan. Pembangunan sejumlah candi dan patung-patung besar biasanya merupakan proyek yang melibatkan masyarakat sekitar dalam prosesnya. Masyarakat tersebut terdiri dari kalangan petani yang mata pencahariannya lebih banyak berkutat pada bercocok tanam dan memelihara ternak. Sedangkan proyek pembuatan candi dan  patung biasanya melibatkan rakyat yang digolongkan dalam kasta Sudra dan Pariatersebut dalam kerja bakti. Akibatnya kerja bakti tersebut menjadikan rakyat kecil menderita dan mata pencariannya terbengkelai. Dampaknya, mereka berusaha menyingkir dan meninggalkan wilayah pembangunan candi karena tidak ingin waktu dan tenaganya habis untuk memenuhi kewajiban kerja bakti kepada raja. Ketika Islam mulai masuk ke tanah Jawa, mereka bukan hanya meninggalkan keyakinan lamanya namun juga masuk Islam. Status sosialnya sebagai rakyat dengan kasta terendah (Sudra dan Paria) dengan sendirinya hilang setelah menganut agama Islam.[10]Sebab dalam Islam tidak dikenal adanya pembagian strata sosial yang diskriminatif sebagaimana terjadi dalam konsep kasta.

Jadi tanpa bermaksud meremehkan peran candi pada masa kini sebagai bagian dari khazanah warisan masa lalu, kebudayaan candi itu sendiri pada awalnya bukan merupakan kebudayaan yang murni milik “jiwa” masyarakat nusantara. Candi hanya berhenti sebagai milik kalangan elit kekuasaan yang terdiri dari kasta Brahmana dan Ksatriyasaja. Sementara bagi kalangan rakyat jelata yang umumnya terdiri dari kasta Sudra dan Paria, candi merupakan simbol monumental sebuah proses penindasan oleh kalangan elit politis. Oleh karenanya, maka kebudayaan candi ini pada masa pembangunannya tidak menjadi bagian dari jiwa dan hati rakyat jelata. Apalagi diharapkan menjadi bagian dari kerohaniannya. Sehingga pada masa selanjutnya proses “kelupaan” terhadap tradisi ini menjadi hal yang sangat alamiah dan wajar. Realitas tentang penghargaan terhadap budaya candi pada era kini, sama halnya dengan bangunan monumental Tembok Besar di Cina yang menjadi kebanggaan negara tersebut tetapi sejarah masa lalunya –yang secara umum dilupakan orang – dibangun dengan pertaruhan jiwa rakyat yang terlibat dalam suatu proyek kerja paksa dengan korban yang tidak berbilang.

Sungguh tepat ungkapan Syed Muhammad Naguib Al-Attas, seorang pakar peradaban Melayu, bahwa peninggalan kesenian berupa tugu-tugu maupun candi-candi serta pahatan-pahatan batu yang menunjukkan kehalusan cita rasa seni tidak selalu menjadi ciri suatu peradaban yang bermutu tinggi. Kesenian memang merupakan salah satu ciri yang mensifatkan peradaban, namun pandangan hidup yang berdasarkan kesenian itu adalah semata-mata merupakan kebudayaan estetik, kebudayaan klasik, yang dalam penelitian konsep perabadan sejarah bukan menandakan suatu masyarakat yang memiliki sifat keluhuran budi dan akal serta pengetahuan ilmiah. Bahkan Sejarah telah memberikan pelajaran bahwa semakin indah dan rumit gaya senirupa, maka semakin menandakan kemerosotan aspek budi dan akal. Selanjutnya Al-Attas menunjukkan contoh Acropolis di Yunani, Persepolis di Iran, dan Piramid-piramid di Mesir yang sama sekali tidak menunjukkan peradaban dalam wujud ketinggian moralitas dan kemajuan pemikiran dari sebuah peradaban. Sebaliknya, Al-Attas menegaskan bahwa dalam menilai peranan dan kesan terhadap Islam, karakteristik yang harus dicari oleh mereka bukan pada peninggalan yang bersifat material seperti tugu dan candi melainkan pada bahasa dan tulisan yang sebenarnya lebih bersifat daya budi dan akal yang merangkum kemajuan pemikiran.[11]

Akhirnya, pengakuan seorang orientalis bernama T. Ceyler Young terkait tentang “kebudayaan asli” di negeri-negeri berpenduduk Islam patut dicermati bersama : “Di setiap negara yang kami masuki, kami gali tanahnya untuk membongkar peradaban-peradaban sebelum Islam. Tujuan kami bukanlah untuk mengembalikan umat Islam kepada akidah-akidah sebelum Islam tapi cukuplah bagi kami membuat mereka terombang-ambing antara memilih Islam atau peradaban-peradaban lama tersebut”.[12] Praktik mendekati budaya asli dengan kepentingan yang jauh berbeda dari sikap yang dipertunjukkan sebagaimana diakui Ceyler Young ini bukan merupakan strategi marginalisasi Islam yang aneh. Dapat dicatat bahwa Misionaris dan orientalis seperti Hendrik Kraemer (1888-1965) misalnya, ia berusaha mendekati dan mengkaji serta mengembangkan kebudayaan kejawen, namun bukan dilandasi simpati terhadap kebudayaan kejawen itu sendiri melainkan didorong oleh “keputus asaan” pasca terantuk kesulitan untuk menundukkan Islam di Jawa agar tersentuh oleh kegiatan misi penginjilan.[13] Hal yang sama juga berlaku pada sejumlah kajian orientalisme yang berusaha untuk mengembangkan diskursus “pribumi” untuk menyingkirkan peranan dan pengaruh Islam. “Pribumi” yang dimaksud tentu bukan dalam makna yang senyatanya, sebab kebudayaan Budha dan Hindhu pada dasarnya merupakan bagian dari proses yang oleh sejarawan disebut sebagai Indianisasi.

PENUTUP

Eksistensi kebudayaan candi – tanpa mengabaikan peran kekiniannya- merupakan salah satu kekayaan perbendaharaan budaya masa lalu nusantara. Akan tetapi mengangkat kebudayaan monumental ini sebagai warisan budaya adi luhung memang seharusnya dipaparkan kembali secara seimbang. Masyarakat seharusnya diberikan informasi yang sebenarnya bahwa mereka selama ini telah dikondisikan dalam bahasa-bahasa yang lebih bersifat jargon daripada menyentuh realitas. Sudah saatnya masyarakat insyaf bahwa kekayaan budaya yang berwujud demikian tidak selalu mewariskan cerminan kebudayaan yang menjunjung ketinggian moralitas dan kemajuan akal pemikiran yang menjadi ciri utama peradaban mulia.

Jadi pengembangan kebudayaan ini hendaknya diimbangi dengan informasi yang benar, bukannya terjebak dalam bahasa-bahasa slogan yang mengedepankan sikap manipulatif dan persuasif.  Informasi yang seimbang akan membentuk masyarakat yang kritis dalam menilai dan tegas dalam memposisikan titik tolak pemikirannya. Termasuk dalam diskursus budaya candi yang sebenarnya merupakan wujud jauhnya keberpihakan elit politis dengan masyarakat kelas bawah yang menjadi tanggung jawabnya. Publikasi tentang kekayaan budaya hendaknya tidak dibarengi dengan pengorbanan yang terlampau besar dengan menurunnya intelijensi masyarakat akibat proses pembodohan yang berjalan sistematis tersebut. Jika proses mengingat kembali kebudayaan lama ini dianggap menjadi bagian dari pemahaman terhadap khazanah kekayaan budaya. Maka proses kelupaan terhadap “masa lalu” yang pernah berjalan secara alamiah mestinya juga merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga perlu juga dibuka secara jujur dan tidak ditutup-tutupi.

Catatan Kaki:

[1] Bambang Noorsena. Menyongsong Sang Ratu Adil : Perjumpaan Iman Kristen dan Kejawen. Cetakan II. (Penerbit Andi, Yogyakarta, 2007). Hal. 14-15

[2] Soediman. Melihat Pelaksanaan Restorasi Candi Borobudur. Dalam Majalah Analisis Kebudayaan Tahun I No. 1. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1980). Hal. 103

[3] Soediman. Melihat … Ibid. Hal. 103

[4] Marwati Djoenoed Poesponegoro dan Nugraha Natasusanto. Sejarah Nasional Indonesia III. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-Balai Pustaka, Jakarta, 1993). Hal. 192-194

[5] Syed Muhammad Naguib Al-Attas. Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu. (Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur, 1972). Hal. 23

[6] Lihat Thomas Stamford Raffles. The History of Java. Volume II. (Printed for Black, Parbury, and Allen, Booksellers to The Hon. East-India Company, and John Murray- London, 1817 ). Hal. 6-7

[7] Dr. I. Groneman. Ruins of Buddhistic Temples in Praga Valley: Tyandis Barabudur, Mendut, and Pawon. Diterjemahkan dari Bahasa Belanda ke Bahasa Inggris oleh J. H. (Druk Van H. A. Benjamins, Semarang, 1912). Hal. 11-12

[8] Denys Lombard. Nusa Jawa Silang Budaya 2 : Jaringan Asia. Diterjemah dari Le Carrefour Javanais: Essai d’histoire globale II. (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008). Hal. 189

[9] Denys Lombard. Nusa Jawa … Ibid. Hal. 189

[10] Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara. Api Sejarah : Buku yang Akan Mengubah Drastis Pandangan Anda Tentang Sejarah Indonesia. (Salamadani Pustaka Semesta, Bandung, 2009). Hal. 155

[11] Syed Muhammad Naguib Al-Attas. Islam dalam … Opcit. Hal. 18-19

[12] Muhammad Quthb. Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam. Judul asli : Kaifa Naktubu Attarikhal Islami?. (Darul Wathan lil Nasyri, 1412). (Gema Insani Press, Jakarta,1995).Hal. 38

[13] Karel Steenbrink. Dutch Colonialism and Islam in Indonesia: Conflict and Contact 1596-1950. Edisi Indonesia:Kawan dalam Pertikaian: Kaum Kolonial Belanda dan Islam di Indonesia (1596-1942).  Penterjemah oleh Drs. Suryan A. Jamrah, MA. (Penerbit Mizan, Bandung, 1995). Hal 164

************

Penulis: Susiyanto
(Dosen IAIN Surakarta)

Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…

Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)

Tags: Islam dan Indonesia
Share234SendTweet146
Previous Post

Menilik Jejak Cahaya Ulama di Batavia

Next Post

Catatan Pena An-Nawawi (Bag 35): Mengapa Selalu Gagal?

Muh Akbar

Muh Akbar

Muhammad Akbar adalah Jurnalis Mujahid Dakwah, Founder Daar Al-Qalam & Sahabat Literasi, Pengurus Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI), Aktivis Palestina.

POSTINGAN TERBARU

FMDKI Bulukumba Hadirkan Ruang Aman bagi Muslimah Kampus, Bahas Overthinking, FOMO, dan Mental Breakdown
INDONESIA

FMDKI Bulukumba Hadirkan Ruang Aman bagi Muslimah Kampus, Bahas Overthinking, FOMO, dan Mental Breakdown

by Muh Akbar
September 5, 2025
Walikota Makassar Siap Hadiri Tabligh Akbar Pelepasan Dai Wahdah Islamiyah
INDONESIA

Walikota Makassar Siap Hadiri Tabligh Akbar Pelepasan Dai Wahdah Islamiyah

by Muh Akbar
September 5, 2025
Komitmen Meneguhkan Persatuan, Tujuh Pesan MUI Kepada Presiden Prabowo
INDONESIA

Komitmen Meneguhkan Persatuan, Tujuh Pesan MUI Kepada Presiden Prabowo

by Muh Akbar
September 5, 2025
Menyelami Dunia Kelautan dan Perikanan Sejak Dini, SDIT Rabbani Bone Melaksanakan Outing Class
INDONESIA

Menyelami Dunia Kelautan dan Perikanan Sejak Dini, SDIT Rabbani Bone Melaksanakan Outing Class

by Muh Akbar
September 5, 2025
Prev Next

Support Jurnalis Muslim for Dakwah Literasi!

Menebar cahaya ilmu dan menyuarakan kebenaran

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

ADVERTISEMENT

PILIHAN EDITOR

Di Tengah Sorotan Dunia, Penjajah Israel Mengubah Gaza Menjadi Negeri “Mayat Berjalan”
BAITUL MAQDIS

Di Tengah Sorotan Dunia, Penjajah Israel Mengubah Gaza Menjadi Negeri “Mayat Berjalan”

by Wahyuni
Agustus 13, 2025
Anas Al-Sharif, Suara Gaza yang Telah Dibungkam Zionis Israel
BAITUL MAQDIS

Anas Al-Sharif, Suara Gaza yang Telah Dibungkam Zionis Israel

by Muh Akbar
Agustus 12, 2025
Tak Bisa Tutup Mata dari Gaza
PILIHAN EDITOR

Tak Bisa Tutup Mata dari Gaza

by Mas Imam Nawawi
Agustus 1, 2025
Krisis Kelaparan Gaza Memburuk: Puluhan Warga Tewas, Anak-Anak Jadi Korban Terbesar
PILIHAN EDITOR

Krisis Kelaparan Gaza Memburuk: Puluhan Warga Tewas, Anak-Anak Jadi Korban Terbesar

by Muh Akbar
Juli 24, 2025
Imam Shamsi Ali: Peranan Dunia Islam Dalam Memerdekakan Palestina
PILIHAN EDITOR

Imam Shamsi Ali: Peranan Dunia Islam Dalam Memerdekakan Palestina

by Imam Shamsi Ali
Mei 28, 2025
Tolak Kerja Sama Danantara dan BlackRock (Penyokong Senjata Genosida di Gaza)
PILIHAN EDITOR

Tolak Kerja Sama Danantara dan BlackRock (Penyokong Senjata Genosida di Gaza)

by Muh Akbar
Mei 21, 2025
Load More

BAITUL MAQDIS STUDIES

Di Tengah Sorotan Dunia, Penjajah Israel Mengubah Gaza Menjadi Negeri “Mayat Berjalan”
BAITUL MAQDIS

Di Tengah Sorotan Dunia, Penjajah Israel Mengubah Gaza Menjadi Negeri “Mayat Berjalan”

Agustus 13, 2025
Anas Al-Sharif, Suara Gaza yang Telah Dibungkam Zionis Israel
BAITUL MAQDIS

Anas Al-Sharif, Suara Gaza yang Telah Dibungkam Zionis Israel

Agustus 12, 2025
Prof Abd al-Fattah El-Awaisi Berlepas Diri dari Penguasa Arab: Diam atas Gaza adalah Pengkhianatan
Al-Maqdisi Studies

Prof Abd al-Fattah El-Awaisi Berlepas Diri dari Penguasa Arab: Diam atas Gaza adalah Pengkhianatan

Juli 24, 2025
Umat dan Bangsa yang Tidak Membaca Akan Mati Sebelum Waktunya
Al-Maqdisi Studies

Umat dan Bangsa yang Tidak Membaca Akan Mati Sebelum Waktunya

Juni 21, 2025
Syaikh Musthafa Al Adawi Menjawab Orang Lancang Yang Mengkritik Hamas dan Menjelaskan Wajibnya Menolong Mereka
BAITUL MAQDIS

Syaikh Musthafa Al Adawi Menjawab Orang Lancang Yang Mengkritik Hamas dan Menjelaskan Wajibnya Menolong Mereka

Mei 21, 2025
Prof. Abd Al-Fattah El-Awaisi: Israel Bukan Sebuah Negara, Tetapi Proyek Kolonial Barat (Bag 1)
Al-Maqdisi Studies

Prof. Abd Al-Fattah El-Awaisi: Israel Bukan Sebuah Negara, Tetapi Proyek Kolonial Barat (Bag 1)

Mei 17, 2025
Fatwa Syaikh Bin Baz Tentang Jihad Palestina: Itu Jihad Syar’i, Wajib Membantu Mereka
BAITUL MAQDIS

Fatwa Syaikh Bin Baz Tentang Jihad Palestina: Itu Jihad Syar’i, Wajib Membantu Mereka

Mei 13, 2025

POPULAR POST

  • Materi Khutbah Jumat Palestina: Refleksi Kemerdekaan Indonesia untuk Palestina

    Materi Khutbah Jumat Palestina: Refleksi Kemerdekaan Indonesia untuk Palestina

    615 shares
    Share 246 Tweet 154
  • 16 Ormas Islam Bertemu Presiden, Ustaz Zaitun Rasmin Sampaikan Komitmen dalam Menjaga Persatuan

    606 shares
    Share 242 Tweet 152
  • Anas Al-Sharif, Suara Gaza yang Telah Dibungkam Zionis Israel

    604 shares
    Share 242 Tweet 151
  • Pengentasan Kemiskinan Masih Jauh Dari Harapan, Ustadz Zaitun Rasmin Dorong Pemerintah Beri Ruang ke Ormas Islam

    595 shares
    Share 238 Tweet 149
  • Mengenal Kitab Arbain An-Nawawi karya Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi

    622 shares
    Share 249 Tweet 156

PALESTINA TERKINI

PJMI Kecam Pembunuhan Jurnalis di Gaza, Desak Aksi Global Lindungi Kebebasan Pers
KABAR DUNIA

PJMI Kecam Pembunuhan Jurnalis di Gaza, Desak Aksi Global Lindungi Kebebasan Pers

Agustus 13, 2025
Penjajah Israel Bunuh Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif dan Empat Rekannya di Gaza
KABAR DUNIA

Penjajah Israel Bunuh Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif dan Empat Rekannya di Gaza

Agustus 11, 2025
Korban Syahid Akibat Genosida Penjajah Israel Tembus 61.000 Jiwa, Jumlah Luka-luka Lebih dari 151.000 Orang
KABAR DUNIA

Korban Syahid Akibat Genosida Penjajah Israel Tembus 61.000 Jiwa, Jumlah Luka-luka Lebih dari 151.000 Orang

Agustus 8, 2025
MUI Kecam Keras Penyerbuan Kompleks Masjidil Aqsa oleh Pemukim Ilegal Zionis Israel
INDONESIA

MUI Kecam Keras Penyerbuan Kompleks Masjidil Aqsa oleh Pemukim Ilegal Zionis Israel

Agustus 7, 2025

Next Post
Catatan Pena An-Nawawi (Bag 35): Mengapa Selalu Gagal?

Catatan Pena An-Nawawi (Bag 35): Mengapa Selalu Gagal?

Mujahid Dakwah

Mujahid Dakwah adalah portal media Islam Indonesia yang memuat artikel Islam, kolom dan opini, sejarah peradaban, berita dunia Islam, lifestyle dan muslimah, berita nasional, palestina. Serta menjadi pusat aspirasi dan literasi umat demi bangkitnya peradaban Islam.

  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Kirim Tulisan
  • Support Mujahid Dakwah

All Right Reserved ©2018-2025 / Web Design By Mubarak Group Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • ARTIKEL
  • KHAZANAH
  • NASIONAL
  • KALAM
  • LIFESTYLE
  • DUNIA ISLAM
  • TSAQOFAH
  • PAHAM SESAT

All Right Reserved ©2018-2025 / Web Design By Mubarak Group Indonesia