Delegasi Global Sumud Flotilla yang membawa misi kemanusiaan untuk Gaza dilaporkan telah memasuki zona kuning, sekitar 300 mil laut (setara dengan 555 kilometer) dari pesisir wilayah terkepung tersebut. Kapal-kapal dalam armada ini masih berada di perairan internasional dengan tingkat kesiapsiagaan yang tinggi.
Memasuki zona kuning menandakan armada semakin dekat dengan kawasan berisiko tinggi. Zona ini sering dipantau secara ketat oleh militer Israel yang berulang kali mencegah kapal bantuan internasional mendekati Gaza.
”Delegasi Global Sumud Flotilla kini dilaporkan memasuki zon kuning, kira-kira 300 batu nautika dari Gaza. Kapal-kapal masih berada di perairan antarabangsa dengan tahap kesiapsiagaan yang tinggi. Umat Islam di seluruh dunia diseru untuk terus mendoakan keselamatan flotilla agar misi kemanusiaan ini selamat tiba ke Gaza,” demikian pengumuman Sumud Nusantara melalui akun Instagram.
Al Jazeera melaporkan pada pukul 07.0-09.00 WIB, 1 September 2025. Sekitar 20 pesawat tak berawak (drone) terbang di atas kapal-kapal Global Sumud Flotilla yang sedang menuju pantai Gaza.
“Global Sumud Flotilla menuju Gaza: Kami baru saja memasuki zona berbahaya tinggi, tempat armada sebelumnya pernah diserang,” kata Yasmin Ajar, anggota Organisasi Flotilla.
Ia menuturkan bahwa penjajah Israel mencoba mengguncang psikologis kami, dan kami memperkirakan kapal kami akan diserang dan dicegat malam ini.
“Beberapa drone telah mendekat ke arah kami dan apa yang kami alami sangat mirip dengan apa yang terjadi saat penyergapan kapal Mavi Marmara,” tuturnya.
Al Jazeera juga melaporkan, Lembaga Penyiaran Israel menyatakan lebih dari 50 kapal yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla kini telah memasuki wilayah pencegatan yang dikendalikan militer Israel.
Menurut laporan yang sama, otoritas politik Israel telah menginstruksikan agar kapal-kapal tersebut tidak diizinkan mencapai Gaza dalam keadaan apa pun. Sementara itu, Angkatan Laut Israel disebut tengah melanjutkan persiapan untuk melakukan operasi penguasaan di lepas pantai.
Laporan: Al Jazeera