kata syukur (شكر) berasal dari kata kerja (يشكر – شكر) yang memiliki banyak arti, seperti berterima kasih, Allah memberi kamu pahala, dan memuji. Syukur juga memiliki beberapa arti seperti yang dikemukakan oleh para ulama. Al-Jurjani mengatakan bahwa syukur ialah suatu kebaikan untuk menerima nikmat, baik secara lisan, dengan tangan atau dengan hati. (kitab al-Ta’rifat, h. 128)
Bersyukur adalah sebuah ungkapan berterima kasih atas berbagai anugerah dan kenikmatan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Sudah menjadi kewajiban bagi manusia untuk selalu bersyukur.
Namun, kadang kala seseorang hanya mengingat Allah Subhanahu Wata’ala saat mengalami kesulitan saja. Bahkan, tidak jarang menyalahkan-Nya atas ujian yang diberikan kepadanya.
Padahal, nikmat yang diberikan Allah SWT itu tidak terhingga. Mulai dari saat masih di dalam kandungan hingga sekarang. Bernafas, kesehatan, dapat makan dan minum, serta melakukan aktivitas sehari-hari juga termasuk ke dalam nikmat Allah SW yang perlu disyukuri.
Allah berfirman:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Terjemahnya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah SWT, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya.” (QS. an-Nahl: 18)
Seseorang yang rajin bersyukur, akan merasa tercukupi dengan berapa pun rezeki yang diperolehnya.
Bahkan, Allah Ta’ala berjanji akan menambah nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Terjemahnya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku (Allah) akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat’.” (QS. Ibrahim: 7).
Ayat di atas menjelaskan bagaimana kemudian nikmat yang hari ini Allah berikan, akan ditambah dikala seseorang pandai bersyukur. Setiap kali seorang hamba bersyukur maka manfaatnya akan kembali kepada diri hamba itu sendiri.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
…وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
Terjemahnya: “…Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman: 12).
Tahukah kita, bahwa bersyukur adalah obat penyakit-penyakit hati? Dengan meningkatkan intensitas rasa syukur seseorang, hatinya akan terbebas dari segala penyakit hati, semisal sombong, dengki, dendam dan kufur nikmat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
Artinya: “Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta) dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena hal itu lebih bisa membuatmu tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (HR al-Bukhari-Muslim).
Dalam hadis ini, dengan ungkapan yang lugas dan tegas, Rasulullah mengimbau umatnya untuk tidak melihat orang yang di atasnya (dalam hal dunia) agar mereka bisa lebih pandai dalam bersyukur kepada Rabbnya. Imbauan yang sangat sederhana, tetapi sangat efektif menjadi resep bagi orang-orang yang selalu merasa kurang (kufur nikmat) dengan apa yang diterimanya dari Allah.
Sedang kita tahu bersama akan peran hati yang sangat mempengaruhi kondisi seseorang. Rasulullah SAW bersabda,
“Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia ada segumpal daging. Jika ia (daging itu) baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh. Jika ia rusak, rusaklah seluruh anggota tubuh. Itulah hati.” (HR Bukhari-Muslim).
Syukur adalah salah satu rumus kebahagiaan seorang Muslim. Saat memperoleh kenikmatan, ia bersyukur. Tatkala diuji dengan kesempitan, ia akan bersabar.
Ibnu ‘Abbas menuturkan, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang pertama yang akan dipanggil masuk surga adalah yang senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah, yaitu orang-orang yang senantiasa memuji Allah, baik dalam keadaan lapang maupun sempit.”
Itulah beberapa alasan mengapa seorang hamba perlu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepadanya, dimana semuanya kembali kepada kebaikan diri hamba itu sendiri.
seseorang yang pandai bersyukur akan memiliki sifat qana’ah (merasa cukup) dengan segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Mudah-mudahan sifat qana’ah ini menjadi perhiasan yang senantiasa menghiasi diri, yang dengannya seseorang bisa senantiasa bersyukur dan Rida atas segala ketetapan Rabbnya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sering berdoa, “Ya Allah berikan aku sikap qana’ah (merasa cukup) terhadap apa yang Engkau rezekikan kepadaku, berkahilah pemberian itu, dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik.” (HR al-Hakim).
***********
Gowa, 20 Februari 2022
Penulis: Wahyuni Subhan
(Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Pengurus Mujahid Dakwah Media)
Demikian Semoga Bermanfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)