Saudaraku yang di rahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala…
Lantas, bagaimanakah senyum yang diajarkan oleh nabi kita? Apakah tersenyum itu sama dengan tertawa?
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tertawa terbahak-bahak sehingga kelihatan batas kerongkongannya. Namun, tertawanya beliau adalah dengan tersenyum.” (HR. Bukhari, kita al-Adab)
Juga dalam riwayat yang lain dari Abdullah bin Harits bin Jaza Radhiyallahu ‘anhu ia meriwayatkan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak pernah tertawa melainkan dengan tersenyum.” (HR. At-Tirmidzi, kitab al-Adab).
Inilah cara Rasulullah ketika beliau tersenyum, sampai hal yang sangat lucu pun tidak membuat beliau tertawa dengan terbahak-bahak. Senyuman beliau membuat hati para sahabat begitu tenang tatkala mereka bersamanya.
Berbeda dengan kita saat ini, ketika mendapati para pemuda dan orang tua tengah asik dengan perkumpulannya, terkadang mereka tertawa dengan berlebihan (terbahak-bahak), bahkan sampai ada yang melompat dan sebagainya. Maka hal seperti ini sesungguhnya tidak baik dan tidak seperti yang diajarkan oleh Nabi kita. Selucu apapun hal tersebut maka tatap disikapi seperlunya dan biasa-biasa saja
Ada beberapa dampak yang timbul akibat tertawa yang berlebihan, di antaranya adalah hilangnya wibawa seseorang. Orang yang terlihat berwibawa dan menjaga muru’ahnya akan terhindar dari tertawa yang berlebihan, karena mereka yakin bahwa setiap perilaku yang ia tampilkan akan menjadi penilaian setiap orang. Makanya ia memilih untuk tetap tenang dalam menyikapi berbagai hal, meskipun menurutnya sesuatu yang sangat lucu dan sebagainya.
Bukan hanya itu, akibat yang lain adalah matinya hati seseorang karena terlalu sering tertawa secara berlebihan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan beberapa nasihat kepada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, di antara nasihat tersebut adalah perkataan beliau:
وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
“Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati. ”
Rasulullah sendiri telah mengingatkan bahwa tertawa yang berlebihan dapat membahayakan diri. Bahaya tersebut ialah mematikan hati. Mengapa demikian, sebab seorang yang banyak tertawa akan seperti orang yang tidak memiliki sedikitpun tanggung jawab dalam hidupnya.
Padahal sebagai manusia tentunya tugas utama kita ialah untuk beribadah kepada-Nya. Seorang yang tertawa berlebihan akan lalai terhadap tugasnya dalam penghambaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga hal itu pula yang akan mematikan hatinya.
Matinya hati seseorang adalah ketika semakin menjauh dari agama Allah, perintah-Nya tidak lagi dikerjakan dan larangan-Nya pun dihiraukan. Lalai dari ibadah kepada dan maksiat terasa mudah dikerjakan adalah ciri hati yang sakit atau mati.
Bahkan seseorang yang terbiasa untuk tertawa dan bersenda gurau, maka hatinya menjadi keras dan sebagai akibatnya adalah ketika dinasehati, itu tidak akan berguna bagi dirinya. Apabila ia diingatkan maka ia tidak akan pernah sadar, karena hatinya telah terlanjur dipenuhi canda gurau, dan tawa hingga menjadikannya lemah.
Nantikan selanjutnya “Ketika Senyum Berbuah Hidayah” (Bag. 5)
***********
Penulis: Muhammad Ikram, S.Sos.I
(Penulis, Pembina Daar Al-Qalam dan Pemred Mujahid Dakwah)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)
























































































