MUJAHIDDAKWAH.COM, GAZA – Ribuan warga Palestina menyambut dengan isak haru pembebasan 1.968 tawanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran terbaru dengan kelompok perlawanan di Gaza. Dari jumlah itu, 250 orang adalah tahanan dengan hukuman seumur hidup, sementara 1.718 lainnya adalah warga Gaza yang diculik selama kampanye genosida terbaru ‘Israel’.
Pembebasan besar-besaran ini terjadi setelah kelompok perlawanan Palestina Hamas menyerahkan 20 sandera ‘Israel’ terakhir yang masih hidup, dua tahun setelah serangan kelompok itu pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Gaza.
Berdasarkan perjanjian tersebut, ‘Israel’ membebaskan 250 warga Palestina yang dihukum karena pembunuhan dan kejahatan berat, 1.700 tahanan yang ditahan sejak awal perang, 22 anak di bawah umur, serta jenazah 360 militan.
Suasana penuh emosi terjadi di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, Jalur Gaza selatan, tempat ribuan warga berkumpul menanti kedatangan para tahanan. Banyak yang membawa bendera Palestina dan foto kerabat mereka yang baru dibebaskan.
“Saya bahagia karena putra-putra kami dibebaskan, tetapi kami masih berduka atas semua korban dan kehancuran di Gaza,” ujar Um Ahmed, salah satu warga, melalui pesan suara kepada Reuters (13/10).
Bus yang membawa para tahanan disambut sorak-sorai warga. Beberapa di antaranya tampak melambaikan tangan dari jendela sambil mengacungkan simbol kemenangan (V). Setelah tiba, mereka langsung menjalani pemeriksaan medis di fasilitas setempat.

Sebelum kedatangan mereka, anggota sayap bersenjata Hamas berseragam hitam sudah tiba di lokasi untuk menyambut para tahanan. Lagu-lagu perjuangan Palestina menggema dari pengeras suara sebagai bentuk penghormatan.
Hamas juga mengonfirmasi bahwa 154 tahanan dideportasi ke Mesir sesuai kesepakatan.
Di Ramallah, Tepi Barat, suasana tak kalah emosional. Samer Halabeya, seorang dokter yang sebelumnya menjalani hukuman karena merencanakan serangan terhadap perwira ‘Israel’, mengatakan para tahanan baru mengetahui pembebasan mereka setelah kesepakatan disahkan.
“Kami berharap semua tahanan bisa segera bebas,” ujarnya didampingi sang ibu yang menitikkan air mata.
Sementara itu, Mohammad Al-Khatib, yang dipenjara selama 20 tahun karena membunuh tiga warga ‘Israel’, mengaku tidak percaya akhirnya bisa kembali ke keluarganya di Betlehem.
“Kami selalu punya harapan. Itu yang membuat kami bertahan,” katanya.

Namun, tidak semua pihak puas dengan kesepakatan ini. Tala Al-Barghouti, putri militan Hamas Abdallah Al-Barghouti yang dihukum seumur hidup karena serangan bom pada 2001–2002, menyebut kesepakatan ini “belum cukup adil.”
“Perjanjian ini mengorbankan mereka yang memainkan peran besar dalam perlawanan dan memadamkan harapan pembebasan mereka,” tulisnya di Facebook.
Kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan ini menjadi simbol harapan baru bagi warga Palestina dan ‘Israel’ setelah dua tahun konflik yang menewaskan puluhan ribu orang dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.
Meski begitu, banyak pihak menilai perjalanan menuju perdamaian sejati masih panjang. Tantangan terbesar kini adalah menjaga stabilitas pascagencatan senjata dan memastikan transisi damai di Gaza.
Sumber: Reuters






















































































