Seorang pemuda mencoba melakukan revolusi hidup. Ia yang awalnya tak suka membaca, mulai memaksa diri senang iqra. Selama tiga hari ia berhasil. Namun setelah sepekan motivasinya turun. Seperti baterai HP, ia tidak saja drop, tapi juga tidak bisa lagi diisi daya. “Sepertinya ini bukan passionku,” katanya.
Banyak orang terjebak pada situasi pemuda itu. Ia ingin memahami dan merasakan apapun dengan secepat mungkin. Padahal, hidup selalu memerlukan dua hal. Yaitu proses dan pertumbuhan.
Setelah Paham, Baru Menikmati
Membaca termasuk aktivitas penting. Secara langsung ini membuat otak bekerja maksimal. Tapi, mereka yang belum terlatih, membaca bisa mengundang kantuk.
Oleh karena itu butuh seni dalam melakukan aktivitas utama dalam Alquran itu.
Seni pertama, lakukan secara perlahan-lahan. Membaca bukan soal banyaknya kalimat yang kita lumat. Tetapi sedalam apa kita memahami, memaknai dan mengaplikasikannya.
Mengapa anak yang sekolah bertahun-tahun pada satu bidang bisa lupa? Karena mereka mengulangi, belum memahami apalagi mengamalkannya. Lupa adalah satu kondisi nyata dimana otak hanya terbebani dengan menghafal. Bukan memahami apalagi menjadikannya kepribadian.
Alhasil, kebanyakan orang tak menikmati masa belajar secara optimal. Dan, kita tak boleh seperti itu.
Paham Lalu Mencerahkan
Seni kedua untuk memahami sesuatu adalah merenungkannya secara mendalam.
Secara mendalam maksudnya kita sampai pada level tahu cara “mengoperasikan” sebuah ide atau petunjuk.
Sebagai contoh, kita ingin bisa menulis. Maka menulis ini bukan sebatas kita tahu cara menyusun kalimat yang efektif. Tapi kita juga mengerti bagaimana tulisan kita kaya manfaat. Mulai manfaat fungsional, manfaat emosional dan manfaat spiritual.
Itulah yang Buya Hamka lakukan. Bagaimana tulisannya hidup dan mencerahkan umat manusia. Termasuk penulis-penulis lainnya, seperti M. Natsir, Bung Hatta, bahkan para sastrawan Indonesia.
Jika kemudian, setelah membaca ulasan singkat ini masih sulit memahami sesuatu, kita tinggal kencangkan kesadaran. Bahwa Allah memerintahkan kita untuk selalu berpikir. Bahkan kita perlu pandu aktivitas berpikir itu dengan berdzikir.
***********
Penulis: Ustadz Imam Nawawi, M.Pd.I
(Kepala Humas BMH Pusat, Eks Ketua Umum Pemuda Hidayatullah dan Pengasuh masimamnawawi.com)
Demikian Semoga Bermanfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)