MUJAHIDDAKWAH.COM, GAZA – Hamas mengatakan bahwa al-Qassam dan kelompok-kelompok lainnya di Gaza telah melakukan segala yang mereka bisa untuk melindungi para sandera, namun operasi pemboman Israel di Gaza menghalangi upaya penyelamatan semua tahanan.
“Kepada keluarga Bibas dan Lifshitz: Kami lebih menginginkan agar putra-putra Anda kembali hidup, tetapi pemimpin-pemimpin Anda memilih untuk membunuh mereka bersama dengan 17.881 anak Palestina,” kata pernyataan Hamas.
Hamas juga menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berusaha menghindari tanggung jawab atas pembunuhan para tahanan tersebut.
Hamas pada Kamis resmi menyerahkan jenazah empat tahanan Israel di Gaza, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara perlawanan Palestina dan Israel.
Lima mobil Palang Merah memasuki lokasi penyerahan di Pemakaman Syuhada di kawasan Bani Suhaila, Khan Younis, di selatan Gaza.
Setelah menandatangani dokumen dengan perwakilan perlawanan, Palang Merah menerima empat peti mati, masing-masing dengan foto, nama, tanggal kematian, dan tulisan “dibunuh oleh tentara penjajah” pada peti tersebut.
Jurnalis Al Jazeera di Palestina memperkirakan bahwa kedatangan jenazah-jenazah tersebut akan menimbulkan kegelisahan di kalangan masyarakat Israel. Ia menyebutkan bahwa sebuah komite akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan penyebab kematian jenazah-jenazah tersebut.
Militer Israel akan menerima jenazah-jenazah itu di titik yang masih mereka kendalikan di Gaza, dan mereka akan diberikan upacara pemakaman Yahudi sebelum dibawa ke lembaga forensik di selatan Tel Aviv untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Di lembaga forensik, proses pemeriksaan penyebab kematian akan berlangsung, yang menurut laporan bisa memakan waktu hingga 7 jam karena mencakup pemeriksaan DNA, pencitraan CT scan, dan pemeriksaan gigi.
Pihak berwenang Israel memiliki file medis dari setiap tawanan dalam Operasi Badai Al-Aqsa, yang akan mempercepat proses diagnosis penyebab kematian mereka, yang akan menentukan pihak yang bertanggung jawab atas kematian tersebut. Hal ini diperkirakan akan memperburuk kegagalan militer Israel.
Terdapat gambar yang menunjukkan bahwa keluarga Bibas – yang jenazahnya diserahkan – masih hidup pada awal perang.
Hamas menerbitkan sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa mereka telah berusaha menyelamatkan kehidupan para tawanan dengan segala cara, namun menuduh Israel berlaku kejam terhadap keluarga-keluarga Israel tersebut.
Hamas juga mengirimkan pesan kepada keluarga Bibas dan Lifshitz, mengatakan bahwa mereka berharap bisa mengembalikan mereka hidup-hidup, namun Israel memilih untuk membunuh mereka bersama dengan 17.000 anak-anak Palestina.
Hamas menegaskan bahwa mereka menjaga kehormatan jenazah-jenazah tersebut, sementara Israel tidak menghormati mereka saat hidup dan malah membunuh mereka serta para tawanan mereka. Hamas juga menyatakan bahwa Netanyahu hanya menangisi kematian mereka untuk menghindari tanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Sumber: Al Jazeera