Muhammadiyyah dengan metode hisab wujudul hilalnya telah menetapkan awal Ramadan tahun ini jatuh pada hari Sabtu 1 Maret 2025.
Ormas persatuan Islam (Persis) dengan hisab NeoMABIMS juga menetapkan pada hari yang sama.
Hilal di Saudi Arabiya pada tanggal 29 Sya’ban 1446 H / 28 Februari 2025 tinggi dan jarak lengkungnya dengan matahari lebih dari 6 derajat.
Berbagai hasil penelitian di jurnal Internasional bereputasi menguatkan akan terlihatnya hilal pada hari tersebut. Jadi, meskipun dengan metode rukyat, Saudi Arabia juga akan menetakan awal puasa pada hari Sabtu, 1 Maret 2025.
Insya Allah pada hari Jumat, 29 Sya’ban 1446 H (28 Februari 2025), pemerintah Indonesia dan ormas Islam juga akan melaksanakan rukyatul hilal Awal Ramadan 1446 H.
Rukyat hilal awal Ramadan tahun ini di Indonesia cukup menarik untuk dianalisis.
Kebiasaan pemerintah untuk menetapkan awal bulan Ramadan dengan metode rukyat dengan berdasar pada hadits Abu Hurairah dalam riwayat Bukhari (4/106) dan Muslim (1081) bahwa Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa dan berlebaran jika hilal terlihat.
Jika hilal tidak terlihat, maka bulan berjalan disempurnakan jadi 30 hari.
Di sisi lain, karena sering terjadi kasus salah rukyat, maka pemerintah Indonesia juga menerapkan metode hisab untuk menjaga kualitas hasil rukyat.
Ini didasarkan dari qaul ulama Syafi’iyah, Taqiyuddin as-Subky, dalam kitabnya Al Fatawa Juz 1 halaman 219-220.
Beliau menyatakan bahwa jika hisab menunjukkan secara pasti bahwa hilal tidak mungkin untuk dapat di rukyat, kesaksian telah melihat hilal tidak dapat diterima sebab mengandung kebohongan atau kekeliruan.
Fatwa imam as-Subky ini direalisasikan oleh pemerintah dengan menetapkan kriteria hisab imkanurukyat NeoMABIMS, yaitu ketinggian hilal 3 derajat dan elongasinya (jarak lengkung bulan dan matahari) 6,4 derajat.
Persaksian rukyatul hilal yang tidak memenuhi kriteria tersebut tidak akan diterima karena dianggap mengandung kekeliruan bahkan kebohongan.
Dengan menggunakan hisab astronomis dengan akurasi tinggi, diketahui bahwa seluruh provinsi di Indonesia kecuali Aceh, belum memenuhi kriteria hisab neoMABIMS.
Jika pemerintah konsisten menggunakan qaul Imam As-Subky, maka yang memenuhi syarat diterima persaksiannya cuma perukyat di wilayah Aceh.
Andai ada laporan keterlihatan hilal di provinsi lain pun, akan tertolak. Tinggi hilal di Aceh pada hari itu 4,5 derajat dan elongasinya tepat 6,4 derajat.
Artinya, jika hilal terlihat di Aceh, maka pemerintah akan menetapkan awal Ramadan sama dengan Muhammadiyah, 1 Maret 2025.
Sayangnya, berdasar pada penelusuran sederhana penulis, dari puluhan tahun pelaksanaan rukyat di Aceh, belum ada pengalaman rukyat di Aceh yang berhasil merukyat hilal dengan ketinggian tersebut.
Para perukyat di Aceh baru berhasil merukyat hilal terendah sekitar 6 derajat dan elongasi sekitar 11 derajat (hilal 1 Jumadil Awal 1446 H/2 November 2024 M).
Jika kelak perukyat di Aceh berhasil melihat hilal, maka ini akan menjadi rekor hilal terendah yang teramati di Aceh.
Peluang terlihatnya hilal sekaligus pemecahan rekor ini tidak mustahil, tapi tentu berdasar pada pengalaman tadi, peluang gagal rukyatnya lebih besar.
Andai saja, wilayah Jawa (terutama Jawa Timur) memiliki ketinggian hilal yang sama dengan Aceh, maka dapat diprediksi akan ada laporan keterlihatan hilal Ramadan tahun ini.
Yang selama ini berpengalaman dan berani memberikan “kesaksian keterlihatan hilal” dengan ketingian tersebut, adalah para perukyat di Jawa (khususnya Jawa Timur).
Inilah salah satu “keunikan” metode rukyat: beda waktu, tempat, cuaca, alat, dan kompetensi perukyat, maka memungkinkan hasilnya rukyatnya juga berbeda.
Menjadi semakin menarik, jika di Aceh betul-betul gagal rukyat, karena mengistikmalkan bulan Sya’ban (sebagaimana dalam tekstual hadits Bukahri-Muslim di atas), bukan satu-satunya opsi pemerintah.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 1 Juli 1981 Nomor: Kep/276/MUI /VII/1981 dan Keputusan Musyawarah Hisab Rukyat di Jakarta tanggal 3-4 Maret 1987 point 5.b menyatakan jika para ahli hisab telah sepakat bahwa malam itu sudah imkanur rukyat akan tetapi hilal tidak dapat dilihat karena terhalang, maka keesokan harinya dapat ditetapkan tanggal 1 bulan baru.
Aceh yang masuk wilayah hukum Indonesia, sudah dianggap imkanuruyat dengan kriteria NeoMABIMS.
Dengan demikian, 1 Ramadan 1446 H akan bertepatan dengan 1 Maret 2025, diterapkan di seluruh Indonesia.
Jadi selain Istimal, pemerintah pun bisa menggunakan kriteria hisab imkanurukyat untuk menetapkan awal bulan Islam.
Pengaplikasian fatwa ini pernah dilakukan pemerintah dalam penetapan tanggal 1 Ramadan 1407 H (1987 M) dan 1 Dzulhijjah 1420 H (2000 M).
Pada saat itu, tinggi hilal sudah memenuhi kriteria imkanurukyat, tapi tidak ada satu laporan postif pun terkait keterlihatan hilal.
Oleh karena itu, dengan berlandaskan fatwa MUI dan hasil musyawarah hisab rukyat, menteri agama (H Munawir Sjadzali than 1987 dan Muhammad Tolchah Hasan tahun 2000) tidak mengistikmalkan bulan berjalan, tapi menetapkan masuknya awal bulan baru berdasar pada hisab imkanurukyat.
Faktor lain yang mungkin akan mempengaruhi psikologi pemerintah dalam penetapannya adalah kenyataan lapangan bahwa sebagian besar kaum muslimin di seluruh dunia akan mengawali puasanya pada hari Sabtu, 1 Maret 2025, baik yang gunakan rukyat maupun hisab.
Negara yang konsisten dengan rukyatnya misal Maroko di Afrika dan Saudi di Timur Tengah, diprediksi dapat melihat hilal pada tanggal 29 Sya’ban.
Kaum muslimin di berbagai negara Islam banyak yang berkiblat pada negara-negara tersebut.
Pun dengan negara penganut hisab seperti Turki atau ormas lokal seperti Muhamadiyah dan Persis yang telah menetapkan 1 Ramadannya pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Manarik untuk dinanti bagaimana hasil isbat Kementerian Agama tahun ini yang dipimpin oleh Prof Dr Nasaruddin Umar.
Lebih lanjut, Jika sampai Allah takdirkan pemerintah menetapkan awal bulan Ramadan tahun ini dengan metode hisab, maka menarik pula dinanti keputusan ormas Islam yang selama ini konsisten gunakan rukyat tiap bulan seperti Nahdatul Ulama (NU) dan Wahdah Islamiyah (WI).
********
Penulis: Andi Muh. Akhyar, S.Pd., M.Sc
(Direktur Sekolah Astronomi Islam Indonesia dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu Falak King Abdulaziz University, KSA)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)