Masyarakat Suriah sudah lelah dengan perang. Mereka tidak siap untuk berperang lagi. Puluhan tahun hidup dalam kesulitan dan ancaman kematian. Ada yang harus pergi keluar meninggalkan Suriah, ada yang bertahan dan yang menjadi pengungsi di negeri sendiri, tinggal di tenda-tenda pengungsian. Ada yang harus menghuni penjara bahkan tanpa kesalahan dan pengadilan yang jelas.
Ekonomi hancur. Sosial hancur. Politik hancur. Militer hancur. Negara porak poranda. Rakyat tidak bisa makan, dengan antrian panjang hanya untuk mendapat roti. Listrik tidak bisa menyala 24 jam bahkan di ibukota. Uang tidak ada harganya. Kerja dengan gaji super kecil dan tidak manusiawi. Dan pajak mencekik.
Kehidupan beragama jelas paling pahit. Masjid-masjid diawasi intel negara. Anak-anak muda di kampus mereka yang rajin menjalan shalat berjamaah saja mendapatkan pengawasan intel secara khusus. Bermunculannya para tokoh agama munafik memperparah pahitnya kehidupan beragama umat.
Jaringan kehidupan sosial terputus. Keluarga dan orang-orang yang saling mencintai dan bersaudara harus terpisah belasan bahkan puluhan tahun. Dan baru bisa bertemu setelah pemerintahan zhalim Basyar hancur. Hujan air mata bahagia terjadi di mana-mana.
Sistim pemerintahan lumpuh. Negara tidak diurus. Pencurian aset negara dan korupsi sudah menjadi wabah. Para petinggi seenaknya mencuri harta negara dan menyimpannya di bank-bank di luar negara dengan kekayaan yang wah. Di tengah warganya hidup tanpa masa depan.
Kas negara kosong. Sementara negara berhutang kepada perusahaan-perusahaan dengan titipan nama-nama tanpa kerja hanya demi mendapatkan keuntungan. Uang di bank sentral Suriah dicuri. Menurut World Bank ekonomi Suriah anjlok lebih dari 85% sejak 2011 dan memerlukan tidak kurang dari 10 tahun untuk mengembalikannya seperti tahun 2011.
Kerugian ekonomi Suriah di sepanjang masa perang mencapai 442 Milyar US$. Pendapatan negara jatuh sejak perang dari 61,3 Milyar US$ menjadi hanya 7,4 Milyar US$. Pendapatan perkapita juga hancur sepanjang perang dari 2748 US$, kini hanya tinggal 300 US$. Produksi gas turun dari 8,7 Milyar meter kubik ke 3 Milyar meter kubik. Produksi minyak juga turun dari 383.000 Barel per hari menjadi 40.000 Barel per hari.
Kini Suriah bertekad kuat menjadi Suriah baru. Suriah yang adil. Suriah yang makmur. Suriah untuk semua dalam naungan syariat Islam. Tapi jelas tidak mudah.
Beruntung masyarakat Suriah dikenal sebagai masyarakat cerdas dan cerdik. Tentang kesabaran, tak perlu ditanyakan lagi setelah lebih dari 50 tahun mereka hidup dalam keadaan yang sangat amat mencekik. Dengan modal SDM yang baik itu, maka para pembebas Suriah yang hari ini memegang pemerintahan mencoba untuk menata ulang.
Menarik sekali mengetahui strategi yang mereka terapkan untuk bangkit di tengah lumpuh dan porak porandanya masyarakat dan negara. Sebagaimana telah diketahui bahwa pemimpin tertinggi perlawanan dipegang oleh Ahmad Asy Syar’a dan pemimin tertinggi pemerintahan transisi diamanahkan kepada Muhammad Al Basyir. https://youtu.be/_RG4qgfjAps?si=sGIBRdlxrURZV6SL
Wawancara dengan M. Al Basyir ini dilakukan sehari setelah ia mendapatkan amanah besar ini. Dia menjelaskan bahwa strategi yang mereka lakukan untuk Seluruh wilayah Suriah yang ada di bawah kendali mereka sesungguhnya hanya menjiplak apa yang telah mereka lakukan pada Pemerintahan Penyelamatan Suriah.
Perlu diketahui bahwa Pemerintahan Penyelamatan Suriah adalah pemerintahan yang dibentuk oleh para mujahidin saat mereka baru menguasai wilayah barat laut Suriah dengan pusatnya di Kota Idlib. Tahun 2017 mereka memulai pembentukan Pemerintahan Penyelamatan Suriah di wilayah yang mereka kuasai tersebut.
Kota Idlib sebagaimana kota-kota lain di Suriah yang kacau dan hancur lebur, bahkan lebih buruk lagi karena kota ini dikenal sebagai kota yang berani melawan pemerintah pusat Damaskus sehingga pemerintah pusat sangat marah kepada kota ini.
Setelah dkuasai para pejuang, mereka mencoba memperbaiki kota-kota yang mereka kuasai. Caranya adalah dengan membentuk pemerintahan yang dibuat mirip dengan pemerintahan Negara Suriah. Maka dibentuklah kementerian-kementerian yang mirip. Jelas ini merupakan sebuah perencanaan matang untuk menguasai seluruh Suriah di kemudian hari.
Mereka mulai bekerja untuk mengembalikan standar dasar kelayakan hidup di Idlib. Roti, listrik, air, komunikasi, kesehatan, pendidikan, kehidupan beragama dan sosial mereka perbaiki. Dan hasilnya sangat menarik.
Dalam wawancaranya tersebut M. Al Basyir menyebutkan bahwa pemerintahan Basyar memiliki 28 kementerian. Maka para menteri dari kalangan para pejuang yang dulu berhasil memperbaiki Kota Idlib, menerima serah terima kementerian yang sama atau semisal dari para menterinya Basyar. Serah terima dari perdana menteri dan para menteri Basyar dilakukan dengan damai, dipimpin langsung oleh panglima tertinggi Ahmad Asy Syar’a dan M. Al Basyir.
Pemindahan aset dan pekerjaan ini akan terus berlangsung kurang lebih sekitar 2,5 bulan ke depan.
Sampai tulisan ini diturunkan para menteri Suriah baru telah bekerja selama 10 hari. Dan sejak awal, panglima tertinggi sudah menyatakan bahwa ia akan menaikkan gaji para pegawai yang selama ini tidak layak dipakai untuk hidup, akan dinaikkan sampai 400%. Angka fantastik, pertanyaannya dari mana diambilnya uang untuk menggaji saat kas negara kosong.
Tentu ini menarik perhatian kita. Para menteri telah menyampaikan di berbagai media tentang optimisme mereka di berbagai bidang yang mereka pimpin.
Salah satunya adalah pernyataan menteri ekonomi Basil Abdul Aziz ketika langsung dikejutkan dengan pertanyaan pertama: karena sebentar lagi para pegawai harus mendapatkan gaji mereka apakah negara bisa menggaji?
https://youtu.be/9vgbi6gcAjw?si=RkweG0NUUELQCN8q
Dengan sederhana dijawab oleh menteri ekonomi: Awal bulan telah disiapkan gaji untuk mereka. Tentu pertanyaan berikutnya adalah: Dari mana sumbernya.
Menarik jawaban menteri bahwa beberapa aktifitas ekonomi di Suriah masih terus berjalan dan terus menggeliat bangkit terutama setelah DIHILANGKANNYA ATURAN PAJAK PEMERINTAHAN ZHALIM BASYAR.
Mengingat negara sedang menghadapi musim dingin, maka masyarakat sangat memerlukan makanan dan energi. Dan kembali dijawab bahwa negara sangat siap. Khususnya roti adalah merupakan perhatian sejak awal, karena itu berurusan dengan kebutuhan pokok masyarakat.
Bahkan sejak negara mereka kuasai, sudah tidak ada lagi antrean hina sekadar untuk mendapatkan roti. Demikian juga dengan keadaan pasar yang terkendali. Negara mengubah dari ekonomi sosialis yang zhalim menjadi ekonomi yang adil tanpa monopoli pihak tertentu dan dilarangnya penimbungan barang oleh siapapun.
Para investor khususnya dari para pengusaha Turki dan Mesir juga sudah dialog dengan menteri ekonomi dan siap untuk menggelontorkan investasinya di Suriah. Ini merupakan hasil dari dikuburnya sistim ekonomi zhalim sebelumnya dan diganti dengan sistim ekonomi yang terbuka, bebas dan adil.
Para pengusaha Suriah sendiri baik yang ada di dalam Suriah ataupun yang ada di luar Suriah sudah bersiap untuk memutar kembali roda ekonomi negara. Para pengusaha Suriah di Turki yang siap memasukkan bisnis mereka ke Suriah memiliki perputaran bisnis sebesar milyaran US Dollar, belum lagi para pengusaha di berbagai negara lain.
“Jujur keadaan ekonomi negara sangat buruk, tapi proses perbaikannya akan sangat cepat,” kata menteri ekonomi. Semoga…
**********
Penulis: Ustadz Budi Ashari, Lc
(Pakar Sejarah Islam dan Pendiri Kuttab Al-Fatih)
Demikian Semoga Bermanfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)