MUJAHIDDAKWAH.COM, JAKARTA – Banyaknya bermunculan Lembaga Tahfidz Al-Quran menunjukkan kehidupan beragama di Tanah Air semakin baik dan bergairah.
Lembaga tahfidz melahirkan penghafal-penghafal al-Quran handal dan sangat dibutuhkan dalam dakwah. Hal tersebut disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar usai membuka Musabaqah Tilawatil Qur’an Internasional ke-4 di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu (29/1/2025).
Menjawab pertanyaan wartawan mengenai adanya lulusan lembaga tahfidz yang tidak mendapat pekerjaan, bahkan ada yang menjadi kuli bangunan dan knek truk.
Menag mengatakan tujuan mereka masuk Lembaga tahfidz bukan untuk mencari pekerjaan, tetapi semata untuk syiar.
“Sebenarnya lulusan lembaga tahfidz itu sangat dibutuhkan. Data Kemenag menunjukkan jumlah masjid dan musholla di Indonesia saat ini lebih dari satu juta. Masing-masing masjid membutuhkan lebih dari satu imam. Di Istiqlal saja kami menyediakan tujuh imam. Bayangkan berapa yang dibutuhkan tiap tahun,” kata Menag, yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal.
Jadi, lanjut Menag, tidak ada kekhawatiran bagi penghafal al-Quran lulusan Lembaga tahfidz tidak mendapat pekerjaan. Justru mereka sangat dibutuhkan.
Sementara itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad menjelaskan, MTQ Internasional 4 diikuti 38 delegasi dari berbagai negara. MTQ Internasional ini pertama kali digelar di Indonesia pada 2003, disusul edisi kedua pada 2013 dan ketiga pada 2015.
Kini, MTQ Internasional ke-4 mengusung tema “Al-Qur’an, Environment, and Humanity for Global Harmony”, yang menitikberatkan pada peran Al-Qur’an dalam menjaga lingkungan, membangun nilai kemanusiaan, serta menciptakan harmoni global.
“Melalui tema ini, kita diajak untuk merenungkan bagaimana Al-Qur’an dapat menjadi panduan dalam merawat bumi dan membangun hubungan yang harmonis antara manusia,” ungkapnya.
Dalam sambutannya, Menag menegaskan bahwa Al-Qur’an memberi perhatian terhadap pelestarian lingkungan. Ia menjelaskan bahwa Al-Qur’an tidak membenarkan segala tindakan ekploitasi alam.
“Ini menjadi tantangan bagi kita semua. Kita harus membuktikan bahwa Al-Qur’an memberi perhatian terhadap pelestarian lingkungan sebagai suatu keharusan,” ujar Prof Nasaruddin.
“Al-Qur’an sejak awal memperkenalkan konsep bahwa tidak ada benda mati. Segala sesuatu di alam ini bertasbih, memuji, dan mencintai Allah. Tidak mungkin sesuatu bisa mencintai tanpa emosi. Dengan demikian, alam semesta bukan sekadar objek, tetapi juga subjek,” tambahnya.
Menurut Menag, lingkungan yang terjaga dengan baik merupakan faktor penting dalam membentuk manusia yang taat dan khusyuk dalam beribadah.
“Tidak mungkin kita menjadi hamba yang taat dan khusyuk jika lingkungan kita rusak,” imbuhnya.
Laporan: Humas Menag
Editor: Admin MDcom