Urutan mendidik anak itu kira-kira begini. Pertama orang tua memberi tahu. Maksudnya memberitahu mana-mana yang baik dan bagaimana melaksanakannya, lalu mana-mana yang buruk dan bagaimana menghindarinya. Kedua, orang tua memberi dan menjadi teladan bagi anak-anaknya terutama pada hal-hal yang dia ajarkan. Walk the talk, kata orang sono.
Ketiga, orang tua memberi kesempatan anak terekspos dunia luar -tentu dengan terus mengawasinya. Percuma memberitahu kalau tidak pernah dipraktekkan. Keempat menerapkan law enforcement (penegakan aturan) dengan memberikan reward and punishment. Artinya setelah anak mengikuti apa-apa yang disampaikan orang tua maka berikan penghargaan dan apabila melanggar silakan diberikan hukuman sebagai efek jera. Kelima, doakan anak agar Allah memberikan bimbingan dan perlindungan. Keenam, terus dan terus bersabar.
Mendidik anak itu mempunyai dua keuntungan. Mendidiknya sendiri itu sudah pasti dapat pahala. Pahalanya besar pula. Sebab itu perintah Allah dan amanah sebagai orang tua. Masyarakat pun menghendaki setiap orang tua bisa mendidik anaknya dengan baik agar masyarakat hidup dalam kedamaian dan sejahtera. Kemudian, orang tua akan mendapatkan anak menjadi anak yang shalih dan menjadi permata hati kedua orang tuanya (qurrata a’yun). Memang ada orang tua sudah mendidik anak tapi anaknya tetap nakal (badung). Ada juga orang tua tidak pernah mendidik, mungkin lingkungan dan orang lain yang yang mendidik, anak menjadi shalih. Kedua keadaan ini tentu jarang.
Jika sudah mendidik anak masih tetap anaknya berkelakuan minus, perhatikan urutan mendidik anak di atas. Jangan-jangan ada yang terlewat. Kalau sudah, pastikan kita melakukan yang terakhir yaitu sabar dan sabar. Kalau anak sudah dididik dengan benar, insya Allah suatu ketika ia akan menjadi baik, meski mungkin harus lewat nakal dulu.
Dulu waktu masih kerja kantoran saya punya bos, anaknya badung banget. Kadang suatu siang dia “pamit” ke saya. “Bud, aku keluar kantor dulu. Aku dipanggil sekolah lagi, anakku berkelahi.” Yang seperti itu terjadi beberapa kali. Ketika si bos sudah pindah kantor lain kami sempat berkunjung ke beliau dan menanyakan nasib anaknya yang dulu suka berkelahi. Waktu itu si anak sudah kuliah. “Pusing aku Bud. Anaknya playboy, suka gonta ganti pacar.” Saya candain, “Mungkin nurun dari bapaknya itu pak. Terus gimana bapak nasihati?” Jawabnya sambil kelakar, “Aku kasih bottom line saja, pokoknya kamu jangan menghamili anak orang!” Kami ketawa mendengar “ancaman” aneh si bos ini.
Beberapa bulan lalu, mungkin hampir 10 tahun sejak kunjungan saya tadi, saya diminta si bos yang sekarang sudah pensiun ini untuk memberikan konsultasi HRD kepada perusahaannya yang ternyata dipimpin oleh si anak badung ini (dulu). Alhamdulillah, dia memimpin perusahaan ayahnya dengan baik dan kesan saya dia adalah orang yang baik dan bertanggung jawab. Mungkin itulah hasil kesabaran yang lama dari orang tuanya dalam mendidik.
Saya juga punya teman sekampung yang dulu kuliah nggak selesai-selesai. Saking pusingnya sang bapak menasihati sang anak, dia datangi anaknya walaupun jaraknya cukup jauh. Sesampai di kos-kosan sang anak dia kasih nasihat singkat. “Wis sak karepmu kowe arep dadi opo, sing penting ojo maling!” (Terserah kamu mau jadi apa, yang penting kamu jangan maling/korupsi dll). Lalu beliau pulang. Alhamdulillah, sang anak itu sekarang jadi ulama dan bergelar KH.
Mungkin setelah kita merasa sudah mendidik anak dengan baik dan tidak terlewat satupun prosesnya, namun anak rasanya kok belum baik-baik, berarti kita sedang pada proses terakhir yaitu sabar. Insya Allah dengan doa dan sabar Allah akan berikan kebaikan kepada anak kita kelak.
Kata sebuah tulisan di belakang truk trayek pantura, “Semua akan indah pada waktunya.” Hanya saja kalau kita yang nggak sabar jadi, “Semua akan indah bukan pada waktunya, tapi pada kamunya…”
************
Penulis: Dr. Budi Handrianto, M.Si
(Sekprodi S3 Sekolah Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor dan Peneliti Senior INSISTS)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)