MUJAHIDDAKWAH.COM, GAZA – Brigade Izzuddin al-Qassam melepas kepergian sang syahid, Panglima Besar Yahya al-Sanwar “Abu Ibrahim,” pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Hamas bertemu Allah bangkit yang tanpa direncanakan dalam pertempuran terhormat untuk membela Masjid Al-Aqsa dan hak-hak bangsa Palestina.
“Merupakan suatu kebanggaan bagi gerakan kami untuk dimana para pemimpinnya maju di depan para prajuritnya, dan para pemimpinnya di barisan terdepan di antara konvoi para syuhada rakyat kami yang mengorbankan nyawa dan darah mereka untuk perang di jalan Allah sebagai jalan menuju pembebasan Palestina. Kami juga bangga pemimpinnya gugur syahid di antara sesama mujahidin sebagai pahlawan dan dalam keadaan bertempur dengan penjajah yang mengira bahwa Gaza bisa menjadi mangsa empuk bagi tentara pengecut mereka.” ungkap Brigade Al-Qassam dalam pernyataannya dikutip dari Pusat Informasi Palestina, Sabtu (20/10/2024).
Al-Qassam menyebutkan, “Jalan pemimpin kami, “Abu Ibrahim,” adalah jalan jihad yang terhormat, di mana dia adalah bagian dari generasi pendiri Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan militer. Dia menghabiskan masa mudanya masa pemuda sebagai tawanan di penjara Israel selama lebih dari dua puluh tahun sebelum dia keluar dengan kepala tegak dalam kesepakatan pertukaran tawanan.
Al-Qassam menambahkan, “Segera setelah dibebaskan dari penjara, Abu Ibrahim menolak kecuali melanjutkan jalan jihad dan tidak beristirahat. Dia mengawasi kerja militer gerakan tersebut di tiga wilayah dan memiliki peran penting dalam menyatukan front perlawanan dalam perjalanan menuju Yerusalem. Kemudian dia memimpin gerakan di Gaza, sehingga periode kepemimpinannya merupakan perubahan kualitatif dalam perjalanannya. Hubungan nasional dan kerja perlawanan bersama, sebelum ia memimpin gerakan di dalam dan luar negeri setelah syahidnya pemimpin besar Ismail Haniyeh.”
Al-Qassam menyebut bahwa ketika faksi-faksi perlawanan Palestina, dengan Hamas sebagai ujung tombaknya memutuskan untuk memasuki pertempuran besar dan menentukan sejarah jihad rakyat Palestina mereka tahu bahwa harga yang harus dibayar demi pembebasan sangatlah mahal oleh semua bangsa sebelum mereka dibebaskan dari penjajahnya.
Al-Qassam menambahkan pihaknya dia siap menjadi tedepan dalam barisan orang-orang yang rela berkorban di antara rakyatnya, akan menghadirkan para pemimpin dan tentara, menolak tunduk kepada musuh atau diam atas ketidakadilan dan penjarahan hak-hak sah rakyat Palestina. “Perjalanan jihad kami tidak akan berhenti sampai Palestina terbebas, Zionis penjajah terusir dari sana, semua hak sah Palestin dikembalikan. Bukti terbaik dari hal ini adalah bahwa rakyat kami tidak hancur atau menyerah setahun setelahnya pertempuran “Badai Al-Aqsa”, meskipun harus menanggung akibat yang sangat besar dan kejahatan genosida Zionis yang brutal.
Al-Qassam menekankan bahwa Israel berkhayal jika berpikir bahwa dengan membunuh para pemimpin perlawanan besar seperti Sinwar, Haniyeh, Nasrallah, Al-Arouri dan lainnya mereka bisa memadamkan api perlawanan atau mendorongnya mundur.
Al-Qassam menutup dengan mengatakan, “Perlawanan ini akan terus berlanjut dan meningkat sampai tujuan sah rakyat kita tercapai. Kesyahidan adalah cita-cita tertinggi para pemimpin kita, dan darah mereka akan menjadi mercusuar yang menerangi jalan menuju pembebasan dan api yang membakar umat manusia dan para agresor. Para pemimpin kami meninggalkan ratusan ribu mujahidin dari rakyat dan bangsa kami yang bertekad untuk melawan pendudukan Zionis sampai Palestina dan masjid dibersihkan dari kekotoran, dan menyapunya dari tanah kami dengan ijin Allah.”
Sumber: Infopalestina