MUJAHIDDAKWAH.COM, GAZA – Pakar sejarah Islam dan Anggota Persatuan Ulama Internasional Syeikh Ali Muhammad Ash-Shallabi mengatakan Barat dan sekutunya telah melakukan standar ganda dalam menerapkan kebijakan kepada bangsa Palestina.
Bahkan ketika kekerasan terhadap pemukim ilegal (haram) kepada warga asli Palestina, namun belum ada pernyataan pihak penjajah dan pemimpin Barat mengecamnya.
“Meskipun peningkatan serangan pemukim terhadap warga Palestina dan propertinya di Tepi Barat, dengan niat pemerintah mereka untuk mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat, namun belum ada pernyataan dari Anda, para pemimpin Barat, yang menunjukkan bahkan dengan malu-malu bahwa Anda peduli terhadap hak asasi, budaya, dan agama rakyat Palestina,” ujar doktor bidang Ilmu Fikih di Universitas Islam Omdurman di Sudan ini, dalam pertanyaan berjudul “Surat Terbuka pada Pimpinan AS dan Sekutunya terkait Genosida di Gaza dan Palestina” baru-baru ini, menanggapi eskalasi pembantaian penjajah Israel kepada warga Gaza.
Meski demikian, ulama kelahiran Libya ini yakin, tekanan dan pembantaian tidak akan menyurutkan rakyat Palestina diam.
“Apakah Anda berharap bahwa rakyat Palestina akan diam saja terhadap semua pelanggaran ini, terhadap kebijakan standar ganda, dan terhadap kebijakan penegasan prinsip-prinsip yang Anda praktikkan tanpa rasa malu?,” terangnya.
Menurutnya, saat ini lebih dari dua juta warga Palestina asli menderita di bawah pengurungan yang membelenggu, tidak manusiawi, dan tidak sah selama dua dekade, dan meskipun pemerintahan sayap kanan ekstrem Israel terlibat dalam serangan terhadap Masjid Al-Aqsha, hingga terungkap keterlibatannya dalam rencana pembagian waktu untuk ibadah di sana.
Penulis buku “Fikih Kemenangan dan Kejayaan” (yang diterbitkan Pustaka Al Kautsar) ini mengatakan, pengabaian pemerintahan negara Barat atas pembantaian warga Gaza, Palestina di depan mata, karena propaganda dan kebohongan penjajah dibantu media-media Barat.
“Sejarah akan mencatat bahwa piagam pendirian monarki dan republik-republik Barat yang didasarkan pada prinsip-prinsip hak asasi manusia terlupakan oleh pemimpin Barat, bahkan oleh beberapa elite politik dan media mereka yang percaya pada propaganda media dan pengaruh lobi Zionis di negara-negara tersebut,” ujarnya.
“Mereka yang mendukung Palestina di Amerika, Prancis, Italia, Jerman, Britania Raya, dan Austria menghadapi penangkapan dan pemukulan dengan dalih anti-Semitisme. Dimana mereka berada dalam Piagam Hak Asasi Manusia yang mereka tandatangani di Jenewa sebagai pelopor negara-negara pada bulan Agustus 1949, yang menyatakan dalam Pasal 15, “ tambahnya.
Ia mengatakan Israel dan negara Barat selalu ingkar janji terhadap semua perjanjian-perjanjian yang mereka buat, hatta, perjanjian terkait Palestina. Dalam Piagam Hak Asasi Manusia yang mereka tandatangani di Jenewa pada bulan Agustus 1949, menyatakan dalam Pasal 15, 16, 18 dan 51, melarang menyerang orang terluka dan sakit, wanita hamil, rumah sakit sipil, penduduk sipil.
Bahkan dalam Pasal (53) menyatakan bahwa “dilarang melakukan tindakan agresif terhadap warisan sejarah, karya seni, atau tempat ibadah”.
“Apakah pimpinan dan pemerintahan Barat telah mematuhi piagam-piagam dasar tersebut sebelum meluncurkan pernyataan mereka dan menggerakkan pasukan mereka mendukung Israel, sesuai dengan piagam-piagam pendiri untuk dunia pasca-Perang Dunia II? Ataukah ini hanya berlaku untuk situasi di dalam negeri mereka sendiri?,” ujar Syeikh Ali Ash-Shallabi.
Lebih lanjut ia mengatakan, semua pernyataan yang dikeluarkan para pemimpin Barat –termasuk Presiden Amerika Joe Biden, pejabat Gedung Putih, Departemen Luar Negeri AS, Pentagon, dan para pemimpin Barat dan semua sekutunya— terkait serangan dan pembantaian rakyat Palestina sangat mengecewakan, karena membela penjahat kemanusiaan dan penjajah.
“Semuanya mengecewakan, dan mendukung penindas daripada korban, dalam bayangan perang yang merusak dan menghancurkan kota dan kamp pengungsi di Jalur Gaza,” ungkapnya.
Aksi pengeboman di wilayah paling padat penduduk di dunia, dan terbesar dalam kategori kamp pengungsi, di mana ada sekitar dua juta warga Palestina hidup dalam ketakutan, kelaparan, pembunuhan, dan pembantaian, semua karena mendapat lampur hijau Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa.
“Ini semuanya didorong oleh lampu hijau dari AS dan Eropa, dan bahkan dari beberapa pemerintahan Arab terhadap Israel untuk melanjutkan proyek pemukiman dan ekspansi mereka tanpa rasa takut atau pertanggungjawaban,” katanya.
Menurut Syeikh Ash-Shallabi, Israel telah memulai perang kejam ini bukan hanya sebuah operasi militer biasa. Mereka secara terang-terangan mengumumkan bahwa mereka sedang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan akan melanjutkannya dengan keras dan dalam skala yang lebih luas.
“Upaya untuk sepenuhnya mengendalikan suku lain, menundukkan dan menaklukkan mereka dengan kekuatan militer penjajahan untuk selamanya, bukanlah pilihan yang masuk akal pada masa lalu. Bagaimana mungkin hal itu dijalankan di milenium ketiga ini?,” tungkasnya.
Menurutnya, hingga saat ini penjajah Israel terus melanjutkan aksi kejahatanya tanpa henti. Pengusiran paksa secara perlahan-lahan, pembatasan peluang hidup bagi rakyat Palestina, penyitaan tanah, kendali sumber daya air, ekonomi, dan produksi mereka, pembatasan terhadap pembangunan dan perumahan, kampanye penangkapan harian, diskriminasi rasial, dan peningkatan jumlah hambatan yang memisahkan antara kota-kota dan desa, dan situasi ini terus berlanjut hingga saat ini.
“Seperti yang dikemukakan oleh anggota Knesset Israel Smotrich yang menyatakan: 20 ribu Palestina terpaksa meninggalkan Tepi Barat setiap tahunnya,” paparnya.
Beberapa lingkaran Zionis yang terpukau oleh obsesi mengeluarkan koin peringatan yang menampilkan gambar dirham Persia dan Trump dengan cara yang menunjukkan keagungan sejarah. Meskipun dikaitkan dengan Cyrus yang membebaskan orang Yahudi dari pembuangan Babel, apa yang mereka inginkan dari penguasa Gedung Putih ini secara khusus adalah menentukan akhir sejarah dengan pukulan telak yang akan melipat gulung isu Palestina selamanya, bahkan jika itu memerlukan penciptaan bencana baru.
Niat jahat terlihat di tingkat lingkaran Zionis dan sekutu mereka di Barat untuk mengusir Arab dari Palestina sebagai langkah pertama, diikuti oleh pembentukan entitas mereka dari Sungai Efrat hingga Sungai Nil.
“Kini kita menyaksikan Amerika dan Inggris terlibat secara langsung dalam perencanaan dan dukungan terhadap kejahatan Israel di bawah undang-undang yang mengkriminalkan anti-Semitisme, dengan mata tertutup terhadap pengakuan bahwa orang Arab adalah keturunan Sama,” tambahnya.
Laporan: Ahmad/Hidcom
Editor: Admin MDcom