Keberhasilan pejuang kemerdekaan Palestina dan pembebas Masjidil Aqsha, khususnya Brigade Izzuddin Al-Qassam, saya militer Hamas, dalam melakukan operasi bertajuk “Taufan (Badai) Al-Aqsha telah melahirkan silang pendapat di kalangan masyarakat.
Sebagian kagum dan bertanya-tanya, bagaimana mungkin dengan peralatan seadanya bisa melawan musuh yang didanai dan didukung negara-negara besar?
Bahka tidak sedikit yang sinis, aksi pejuang Gaza hanyalah “drama” saja. Saya ingin menjelaskan, bahwa para pejuang Gaza bukanlah orang sembarangan.
Mereka dikenal memiliki mental kuat. Mereka adalah orang-orang terpilih.
Jadi ketika mereka merangsek dan masuk wilayah Israel, sesungguhnya mereka tidak berharap kembali pulang. Mereka ini sudah berniaga dengan Allah Swt, bertijarah, sudah menjual diri mereka untuk surga.
Jadi jangan bayangkan kayak perang-perangan orang Amerika ke Afganistan. Dimana mereka pasti berusaha untuk kembali ke negaranya, bertemu keluarganya setelah misi selesai.
Para pejuang Gaza tidaklah demikian. Umumnya mereka tidak mikir bisa kembali. Namun jika akhirnya mereka bisa kembali ya syukur.
Mereka meninggalkan istri anak di rumah. Dan satu orang menghadapi puluhan tetara Zionis yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan senjata mutahir, katanya.
Sayangnya, masih ada orang di Indonesia yang berani memfitnah mereka, seolah –olah mereka ini hanya “drama”. Fitnah lainnya, bahwa mereka didukung Syiah, seolah-oleh dengan itu, para pejuang menggadaikan akidah Sunni–nya.
Sungguh ngeri fitnahnya. Baik, saya akan membahas tentang false flag (bendera palsu) terkait para pejuang pembebasan Palestina dan Masjid Al-Aqsha ini.
Jadi kalau ada orang Indonesia yang menganggap bahwa Zionis-Yahudi ini sengaja melonggarkan pertahanannya agar para pejuang mujahidin bisa masuk ke wilayah mereka, jelas itu fitnah.
Ada juga yang mengatakan, buktinya ada buldozer bisa tembus ke perbatasan. “Emangnya nggak kelihatan oleh intelijen atau oleh para tentara perbatasan Israel?”
Seolah-olah ini ada kesengajaan pihak penjajah membiarkan kelompok pejuang bisa leluasa masuk. Untuk itu, saya menulis ada 12 hal tentang pejuang kemerdekaan Palestina di Gaza, yang sesungguhnya tidak banyak diketahui publik.
Pertama. Israel Tidak Sekuat Propaganda
Banyak kubangan narasi berbau propaganda di Indonesia, yang meninggi-inggikan kemampuan orang Zionis-Israel. Jadi ini adalah salah satu keberhasilan media mencuci otak kita, menganggap bahwa Zionis-Yahudi ini memiliki teknologi yang paling canggih di dunia, kemudian tentara Israel ini termasuk tentara yang kuat, sebagaimana Amerika dianggap negara dengan tentara yang paling profesional dan handal seperti di film Rambo.
Atau Amerika ini memiliki tentara sekuat Jonh Statam, Arnold Schwarzenegger dalam film-film propaganda Hollywood. Dan lucunya, kita menganggap seolah tidak mungkin banget orang Gaza yang diblokade selama 17 tahun bisa dengan mudah menembus pertahanan Zionis-Israel, yang dianggap memiliki tentara dan kemampuan luar biasa.
Jawaban saya, ini kedustaan dan jangan mudah silau ketika mendengar hal-hal seolah hebat Israel. Hari ini para pejuang Gaza sudah membuktikan bahwa itu semua sebuah kebohongan.
Bahwa kekuatan ‘Israel’ tidak lebih kuat dari rumahnya laba-laba, yang sangat rapuh sekali. Yang kuat dan tangguh justru pasukan Al-Qassam.
Kedua. Menggunakan Logika Error Memahami Pejuang Gaza
Ada yang menuduh bahwa pejuang Gaza ini menjadikan orang/manusia sebagai tameng hidup, hal ini karena Yahudi ngebom atau melontarkan roketnya di tengah-tengah kerumunan warga atau pemukiman warga. Perkataan seperti ini adalah logika error.
Banyak yang mengira kemampuan roket-roket yang dilontarkan pejuang Gaza adalah konvensional alias jadul. Kalau itu dilakukan, maka tidak akan ada satupun roket yang bisa sampai ke ‘Israel’.
Sebab, roket-roket itu akan segera disergap oleh Iron Dome ‘Israel’ yang dibiayai Amerika Serikat (AS). Harap tahu, pesawat tanpa awak Zionis memata-matai Gaza dan penduduknya selama 24 jam dengan teknologi kamera canggih.
Kamera-kamera militer canggih ini bisa zoom ratusan kali lipat yang akhirnya dengan mudah bisa menentukan titik lokasi para pejuang sebelum melontarkan serangan roket. Kalau begitu ceritanya, sudah hancur dan sudah dibom duluan oleh drone-drone Zionis.
Tetapi yang terjadi adalah ribuan roket dari Gaza berhasil tembus ke langit ‘Israel’. Apa artinya? Artinya memang mereka tidak sanggup menahan.
Masalahnya bukan di situ persoalanya. Apa dipikir para pejuang Gaza masih menggunakan cara lama (kuno)? Kalau itu yang mereka lalukan (seperti yang dibayangkan sebagian orang), maka sudah lama mereka habis atau dihabisi dari awal.
Ketiga. Keberhasilan Pembuatan Roket
Yang terjadi saat ini adalah, para pejuang telah berhasil mengembangkan sistem roket yang canggih. Dimana roket-roket canggih itu dibuat oleh anak-anak Gaza sendiri.
Mereka bisa mengembangkan sistem roket yang bisa diluncurkan dari bawah-tanah dengan menggunakan sistem remote. Hal ini sudah dilirh para pejuang dan sudah banyak dicari videonya di YouTube.
Keempat. Sistem Keamanan Terowongan
Keungguhan pejuang Gaza lainnya adalah mereka diberi kemudahan Allah Swt membuat sistem keamanan berupa rowongan militer, bahkan mampu membuat dengan kedalaman 30 M, lalu membuat lagi dengan jarak (panjang) melebih 200 meter, yang nanti, tunnel-tunnel (terowongan, red) ini saling terkait (nyambung, red) dengan terowongan lain.
Di tempat itulah mereka membuat sistem keamanan, termasuk menyimpan roket-roket dengan jumlah ribuan. Bahkan sistem keamanan ini diletakkan di beberapa tempat yang tidak dijamah atau jauh dari pemukiman warga dan tidak bisa dijangkau Zionis.
Saya beri gambaran. Berapa kedalaman rata-rata sumur di Indonesia? Kemungkinan 5-6 meter. Kalau kedalaman terowongan pejuang Gaza bisa lebih 30 meter, belum panjang terowonganya.
Yang menarik, semua ini mereka kerjakan dan digali dengan tangan kosong. Bukan dengan teknologi canggih.
Lima. Terus Bekerja dan Sabar
Terus berlatih, meningkatkan kemampuan teknologi, dan membuat terowongan, itulah yang terus dilakukan para pejuang Gaza. Mereka terus bekerja untuk perjuangan, dan tidak pernah santai-santai.
Biasanya, ketika sudah usai berperang, di masa-mana normal, para pemuda Gaza membuat persiapan-persiapan untuk membangun terongan-terongan bawah tanah lagi. Menggali dan menggali. >>> BERSAMBUNG (LANJUT BAG 2).
***********
Penulis: Mohammad Hussein
(Penulis warga negara Indonesia yang kini tinggal di Jalur Gaza, Palestina. Naskah dioleh dari konten YouTube Mohammad Hussein Gaza)
Demikian Semoga Bermanfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)