Ramadan layaknya tamu, ia tak bisa menetap. Ramadan akan segera pergi melanjutkan perjalanannya selama sebelas bulan lamanya. Penantian yang cukup panjang untuk kembali bersua.
Lantas, sudahkah mempersembahkan ibadah terbaik? Bukti bahwa diri benar-benar siap menerima tamu agung nan penuh berkah hingga akhir sebelum perpisahan.
Tak terasa hari kian dekat untuk berpisah dengan Ramadan, meninggalkan hamba-hamba-Nya yang semoga saja dalam keadaan bertakwa.
Mirisnya, sebagian dari hamba-Nya kembali goyah dan teralih dengan euforia menyambut hari raya. Semangat beribadah guna meraih keberkahan perlahan luntur. Mereka lebih antusias berburu pakaian trendy meski harus berpanas ria hingga berdesak-desakan.
Beberapa di antaranya sibuk membuat kue, menata rumah, dan sebagainya. Kesibukan inilah yang membuat umat muslim lalai menikmati momen terbaik Ramadan.
Euforia menyambut hari raya dengan segala persiapannya bukanlah sesuatu yang dilarang. Tapi sesuatu yang berlebihan akan melalaikan, dan tentu akan berdampak pada kualitas ibadah yang dikerjakan.
Idealnya, seorang muslim dan muslimah mempersembahkan ibadah terbaik di sepuluh Ramadan terakhir.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata;
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa betapa seriusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan ibadah di sepuluh terakhir Ramadan, bahkan ibadah yang beliau lakukan jauh lebih banyak dari malam-malam sebelumnya.
Satu tahun terdiri dari dua belas bulan. Satu bulan di antaranya ada yang paling mulia, yaitu bulan suci Ramadan. Dalam satu bulan tersebut, ada tiga puluh hari, dan ada satu malam yang paling mulia dibanding malam-malam lainnya, yakni malam lailatul qadar. Namun, kapan terjadinya malam lailatul qadar?
Dari Aisyah radhiallahu’anha, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda;
تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ، من العشرِ الأواخرِ من رمضانَ
Artinya: “Carilah oleh kalian keutamaan lailatul qadr (malam kemuliaan) pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Malam lailatul qadar adalah malam yang dirahasiakan kapan turunnya. Tapi isyarat dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mencarinya di sepuluh terakhir Ramadan, lebih tepatnya pada malam-malam ganjil. Namun, fokus pada sepuluh terakhir Ramadan jauh lebih baik. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman;
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Terjemahnya: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3).
Malam lailatul qadar dikenal dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan. Maksudnya, amalan yang dikerjakan pada malam tersebut mendatangkan nilai pahala yang jauh lebih baik dari 1000 bulan. Logikanya, umat muslim tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman;
سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Terjemahnya: “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Qadr: 5).
Pada malam itu, seluruh alam diliputi kesejahteraan, keselamatan, ketenangan hingga terbitnya matahari. Pada momen ini, umat muslim hendaknya meningkatkan ibadah dan melakukan berbagai amal salih untuk bisa mendapatkan bagian dari keutamaan lailatul qadar.
Lalu, apa saja amalan-amalan yang bisa dilakukan seorang muslim pada malam lailatul qadar?
- Memperbanyak Salat Lail
Menghidupkan malam dengan salat lail adalah sebuah anjuran, merupakan amalan yang harusnya diperbanyak pada bulan Ramadan, terlebih di sepuluh terakhir Ramadan karena ada pahala dan ampunan yang Allah janjikan bagi orang-orang yang melaksanakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barang siapa yang menghidupkan lailatul qadr dengan shalat malam atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Memperbanyak Doa
Doa yang paling utama adalah meminta pengampunan atas segala dosa, lalu berdoa sesuai dengan hajat untuk dunia dan akhirat. Rasulullah Shalallahu Doa’alaihi wa wasallam bersabda;
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Artinya: “Ya Allah, Engkau maha memberikan maaf, maka maafkanlah aku.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
- Memperbanyak Membaca Al-Quran
Menghidupkan malam dengan memperbanyak bacaan Al-Quran, karena Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman;
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadr.” (QS. Al-Qadar: 1).
Jadilah finalis-finalis Ramadan yang berhasil melakukan amalan-amalan terbaik di sepuluh terakhir Ramadan. Maksimalkan segala usaha dan upaya untuk melakukan ibadah terbaik di pengujung Ramadan, karena sesungguhnya amalan itu tergantung pada akhirnya.
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
إنما الأعمال بالخواتيم
Artinya: “Sesungguhnya amalan-amalan (seorang hamba) itu tergantung pada amalan-amalan penutupnya.” (HR. Bukhari).
Persembahkanlah amalan terbaik karena tidak ada jaminan untuk masih bertemu dengan Ramadan selanjutnya. Jadikan setiap amalan sebagai amalan terbaik karena boleh jadi ia adalah amalan terakhir di dunia. Wallahu a’lam.
***********
Penulis: Arni Susanti Salmi
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)