Saat ini kita sudah berada pada tanggal 14 bulan Februari di tahun 2023, dimana kita akan menyaksikan perayaan kasih sayang, perayaan yang dilangsungkan secara rutin dan seringkali terkesan mewah oleh sebagian masyarakat di seluruh dunia di setiap tahunnya. Ya, itulah perayaan “Valentine Day”.
Valentine day adalah hari yang bertepatan pada tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari kasih sayang. Pada hari itu, setiap orang yang memiliki pasangan akan mengutarakan rasa kasih sayang kepada pasangannya.
Banyak di antara umat Islam yang ikut merayakan hari itu, akan tetapi tidak mengetahui kapan pertama kali acara tersebut diadakan dan latar belakang mengapa hari itu dirayakan.
Ikut-ikutan (taqlid) tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu dalam islam sangatlah dilarang, karena bisa berakibat pada rusaknya aqidah seseorang.
Olehnya perlu kita ketahui terlebih dahulu sejarah perayaan hari valentine ini sebelum ikut serta menyemarakkan perayaan ini.
Sejarahnya, perayaan hari valentine ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (Orang-orang Romawi) memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata.
Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan.
Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor.
Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).
Fakta ini menyimpulkan bahwa Valentine’s Day merupakan upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan. Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I.
Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”. Dari fakta sejarah sangat jelas bahwa perayaan hari valentine sama sekali tidak berasal dari budaya kaum muslimin.
Valentine day, pertama kali dirayakan orang kafir, yang notabene masyarakat paganis Romawi. Turut berpartisipasi dalam perayaan hari valentine statusnya sama dengan merayakan hari raya orang kafir dan ini hukumnya terlarang.
Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. tapi kenyataan yang kita lihat seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme.
Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam melarang ummatnya untuk meniru kebiasaan orang jelek, termasuk orang kafir. Beliau bersabda,
من تشبه بقوم فهو منهم
Artinya: “Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (Hadis shahih riwayat Abu Daud)
Valentine day merupakan suatu bentuk perayaan yang sangat dilarang dalam islam. Ini bisa diilihat dari sudut sejarah saja sudah sangat jelas tidak ada kaitannya dengan sejarah Islam.
Allah berfirman dalam surah Al-Kafirun,
قُلْ يٰٓأَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَ(1)لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ(2)وَلَآ أَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ أَعْبُدُ (3)وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْ (4)وَلَآ أَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ أَعْبُدُ(5)لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِىَ دِيْنِ(6)
Terjemahnya: “Katakanlah, “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyebah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku lah agamaku.” (Qs. Al-Kafirun :1-6).
Perlakuan bukti dan cinta dalam Islam bukan pada sebuah hari melainkan pada ikatan sakral dan penuh khidmat yakni sebuah pernikahan.
Islam tidak mengenal budaya cinta diluar pernikahan karena hal tersebut sangat melenceng dari ajaran yang Allah Subhanahu wata’ala berikan.
Sebagai seorang muslim, patutlah menjaga identitas dan tidak mengikuti ajaran selain yang diperintahkan Allah Subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallallahu Alaihi Wasallam.
Sebagaimana dalam firman Allah,
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Terjemahnya : “Katakanlah (Muhammad), Wahai ahli Kitab! Marilah (berpegangan) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan atara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain Tuhan-Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka, katakanlah (kepada mereka) Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim.” (Qs. Al-Imran 3 : 64).
Begitulah seruan yang Allah berikan kepada kaum muslim untuk tidak menyembah dan mengikuti perayaan yang akan merusak identits dirinya sebagai seorang muslim. Karena ajaran hari kasih sayang sudah jauh diluar konteks agama Islam sendiri.
Memberikan dan mengutarakan kasih dan sayang tidaklah harus mesti di sebuah hari tertentu. Islam mengajarkan untuk memberi rasa kasih dan sayang kepada siapapun, dimana pun, dan diwaktu apapun asalkan dalam hal wajar. Seperti ajaran Rasulullah mengenai penebar kasih sayang.
Nabi adalah wujud nyata yang selalu memberikan kasih dan sayangnya kepada para umatnya. Bukan hanya kepada kekasih, kita dianjurkan untuk saling menyayangi kepada sesama manusia di muka bumi ini.
Hari valentine bukan hanya dirayakan oleh pasangan umat muslim yang telah memiliki ikatan pernikahan, akan tetapi juga oleh kalangan remaja yang menjalin hubungan terlarang yaitu pacaran. Jelas hal ini bisa memicu dekatnya dengan zina.
Seorang laki-laki atau perempuan yang menjalin hubungan pacaran, mengajak pasangannya keluar berdua untuk merayakan hari kasih sayang atau valentine day, saling memberi hadiah satu sama lain, hal ini jelas bisa memicu dekatnya dengan zina dan Allah sangat jelas melarang hal-hal yang mendekatkan kita pada zina.
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Terjemahnya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya ina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.” (Qs. Al-Isra : 32).
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Menjalani hidup sesuai dengan kaidah dan ajaran yang Allah Subhanahu Wata’ala berikan serta menjadi hamba yang pandai menjaga identitasnya dan menjunjung tinggi Islam dengan menolak ajaran apapun kecuali yang Allah perintahkan.
***********
Gowa, 14 Februari 2023
Penulis: Wahyuni Subhan
(Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Pengurus Mujahid Dakwah Media)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)