MUJAHIDDAKWAH.COM, DEPOK – Pesantren At-Taqwa Depok sukses menggelar Wisuda bagi Santri dan Santriwati tahun ajaran 2021-2022 yang mengangkat tema : “Penggerak Dakwah, Pelanjut Risalah” Ahad, (24/7/22).
“Ada peningkatan kualitas yang signifikan,” begitu kalimat awal pembina sekaligus pendiri ponpes At-Taqwa Depok, Dr. Adian Husaini dalam sambutannya.
Tentu ucapan itu ditujukan kepada para santri, baik yang bertugas sebagai panitia (dari segi acara) maupun yang diwisuda (dari segi adab dan keilmuan).
“Maka bisa saya simpulkan kalau kaderisasi di At-Taqwa berjalan dengan baik,” pungkasnya.
Selanjutnya penulis buku “Pendidikan Islam: Mewujudkan Generasi Gemilang Menuju Negara Adidaya 2045” itu Menegaskan kembali, kepada para wali santri khususnya, terkait konsep baku pendidikan Islam. Konsep itu ia sederhanakan menjadi TOP: Tanamkan adab, Oetamakan ilmu fardhu ‘ain, dan Pilih ilmu fardhu kifayah yang sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan umat.
Dengan konsep tersebut, At-Taqwa sedang berjuang menjadi salah satu model pendidikan Islam terbaik. Hanya saja mengaplikasikannya perlu adab juga. Perlu kebijaksanaan dan perjuangan. Tidak semudah dan se-instan yang dipikirkan. Tapi sikap optimis selalu Ustadz Adian tunjukkan.
“Tentu tidak ada insitutsi pendidikan yang sempurna. Pasti ada saja kelemahannya. Tapi saya yakin kalau kita semua pasti bisa memberikan yang terbaik,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan kepada para guru dan wisudawan, setiap meningkat ke satu tahap keberhasilan, tantangan yang dihadapi juga semakin berat, dalam bentuk apapun. Maka tidak ada jalan lain selain berjuang dengan penuh keikhlasan.
Lalu tibalah pesan-pesan untuk para wisudawan disampaikan. Pesan-pesan ini ia dapat dari guru dekatnya, Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud yang merupakan pesan yang sama yang pernah dan selalu disampaikan Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas kepada para lulusan doktor di kampus ISTAC Malaysia. Berikut pesan-pesannya:
Pertama, Teruskan Ikhlas Dalam Meningkatkan Ilmu. Karena orang ikhlas selalu dalam posisi yang riskan, tidak pernah tidak ada cobaan. Dalam konteks meningkatkan ilmu, Ustadz Adian mengingatkan supaya para wali santri segera menyiapkan road map keilmuan bagi santri-santri yang diberikan kelebihan intelektual. Baik melalui jalur formal (sampai tingkat doktor) ataupun non formal seperti model Gus Baha’, Buya Yahya, dan lain sebagainya.
“Tapi biasanya yang formal lebih susah menjaga keikhlasannya,” ujarnya.
Kedua, Perbaiki Adab Dalam Semua Perkara Dan Keadaan. Khususnya adab kepada Tuhan, ilmu, dan diri sendiri. Kalau ulama sekaliber Ibnul Mubarak saja butuh 30 tahun mencarinya dan Imam Syafi’i saja harus mengatakan kalau dirinya mencari adab seperti ibu yang mencari anak satu-satunya yang hilang, bagaimana dengan kita? Itulah mengapa Hasan al-Bashri memerintahkan supaya kita terus memperbaiki adab dari tahun ke tahun.
Ketiga, Berani Menegakkan Keadilan Dalam Diri dan Di Luar. Artinya tidak menzalimi diri sendiri apalagi orang lain. Tentu bukan sebatas sama rasa sama rata, tapi bagaimana kita bisa memandang sekaligus memposisikan diri kita dan orang lain pada tempatnya. Bukan sekadar tempat yang baik, tapi juga yang tepat, setepat mungkin.
Tambahan dari Ustadz Adian, khususnya kepada para wisudawan ATCO yang akan melanjutkan studinya di luar pondok: Manfaatkan Ilmu dengan Diamalkan dan Diajarkan.
“Jadi mau di manapun kamu kuliah, kamu harus ngajar. Kalau sekadar mengejar kuliah, itu terlalu mudah. Jangan jadikan itu tujuan utama,” tegasnya.
Suatu ketika mantan wartawan istana itu pernah berbincang langsung dengan Ketua Umum PERSIS, KH. Aceng Zakaria. Ternyata usai lulus ‘Aliyah, ia tidak melanjutkan kuliah karena kyainya mengharamkan dia kuliah. Sang kyai melihat murid-muridnya yang sudah kuliah tidak mau jadi guru.
Ustadz Aceng pun langsung mengabdi di pesantren selama 7 tahun. Dan sekarang lihatlah, Kyai non gelar itu sudah menulis 103 judul buku (33 dalam bahasa arab), memimpin satu ormas besar Bernama PERSIS dan beberapa pesantren PERSIS di berbagai daerah.
Mohammad Natsir pun demikian. Ia rela mengorbankan beasiswanya untuk kuliah ilmu hukum di kampus Belanda, demi mengabdikan dirinya kepada umat dan belajar kepada tiga guru hebat: Ahmad Hasan, Agus Salim, dan Ahmad Surkati. Tapi sekarang, siapa yang masih berani meragukan pencapaian Pak Natsir dalam bidang intelektual, pendidikan, politik, dan dakwah?
Maka tidak aneh kalau pendiri Gontor, Imam Zarkasyi pernah mengusir langsung alumninya yang lebih memilih kuliah ketimbang mengajar saat tengah mengobrol dengannya.
“Gak usah khawatir gak dapet rezeki. Kata Allah, siapa yang menolong agama Allah, pasti dia akan Allah tolong. Insyallah kalau amanah ilmu ditunaikan, yakni dengan beramal dan mengajar, bukan kita yang mengejar rezeki, tapi rezeki yang mengejar kita,” pungkas Ustadz Adian.
Laporan: Fatih Madini
Editor: Admin MDcom