Jika melihat pada sejarah di masa kegemilangan islam, yang menerapkan aturan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Assunah, darinya lahirlah generasi pemuda-pemuda yang ikhlas, yang merdeka dan penuh amanah. Menjadi sosok ulama sekaligus ilmuan, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Khawarizmi, Al Zahrawi, Jabir Ibn Hayyan. Mereka Memiliki tujuan hidup yang jelas yaitu untuk beribadah.
Selama beberapa abad menjadi umat yang paling teguh dalam berpegang pada agama, paling luhur akhlaknya dan paling sempurna kebudayaannya. Semua keunggulan itu menjadikan mereka sebagai pemimpin dunia dengan wawasan yang luas dalam bidang politik, sosial dan pemikiran.
Namun, melihat kodisi pemuda sekarang. Meraka seolah kehilangan identitasnya, kehilangan jati dirinya sebagai muslim yang memiliki karakter islam.
Pemuda hari ini menjadi sosok yang keras mental, kering jiwanya, jumud dalam mencari solusi, dan seringkali jalan pintas yang dicari. Atas nama kebebasan berekspresi pemuda ugal-ugalan di jalan dengan alasan mencari jati diri, pacaran, perzinahan, narkoba dan sebagainya menjadi kegiatan sehari-hari.
Hari ini kita jauh lebih mudah mencari pemuda pandai menyanyi daripada pemuda pandai mengaji, lebih mudah mencari pemuda yang meniru artis-artis Korea daripada meniru Nabi.
Tidak sedikit Pemuda muslim hari ini telah terbelenggu oleh dunia. Kita sangat prihatin dan sangat menyesal dengan hidup yang diharamkan itu yang melingkupi sebagian besar umat Islam.
Fenomena hari ini persis seperti yang pernah diperingatkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau bersabda:
“Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta”. Ada orang yang bertanya, “Ya Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi?” Jawab Beliau, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).
“Sesungguhnya kamu akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka”. Kami bertanya, “Ya Rasulullah, orang Yahudi dan Nasrani?” Jawab Nabi, “Siapa lagi?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Sa`id Al-Khudri).
Hadis tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan kepribadian Islamnya kehilangan jati dirinya karena jiwa mereka telah terisi oleh jenis kepribadian lain. Mereka kehilangan gaya hidup hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain. Sebuah kehilangan yang patut ditangisi hari ini adalah kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau gaya hidup tak lagi Islami malah persis seperti orang kafir? Inilah bencana kepribadian yang paling besar yang dialami banyak Pemuda muslim hari ini.
Allah SWT, juga berfirman dalam surat Ar- Ruum ayat 41: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena ulah perbuatan tangan nafsu manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Salah satu tokoh kafir yaitu William Ewart Gladstone (1809-1898) mantan PM Inggris mengatakan: “Percuma kita memerangi umat Islam dan tidak akan mampu menguasainya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an dari hati mereka baru kita menang dan menguasai mereka. sekarang Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad daripada seribu meriam. Oleh karena itu tanamkanlah ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks”.
Pernyataan Gladstone sudah berlalu lebih dari 200 tahun tetapi para phobia Islam melestarikannya sebagai metode efektif dan implementatif untuk menyimpangkan para pemuda dari jalan Allah bahkan menjadi penentang Syariat Islam. Inilah kenyataan pahit itu. Musuh-musuh Islam sejak zaman dahulu bahu-membahu dan secara terus menerus ingin memadamkan cahaya Islam, ingin merusak para pemuda yang menjadi agent of change.
Orang-orang kafir sadar betul terhadap potensi para pemuda, sehingga segala cara mereka lakukan untuk menghancurkan umat Islam. Untuk itu maka hendaknya para pemuda harus menyadari bahwa mereka adalah harapan umat. Mereka adalah penentu masa depan peradaban Islam, jika baik pemudanya maka baik pula peradabannya, namun jika rusak para pemudanya maka rusaklah peradabannya. Hilangnya jati diri pemuda islam hari ini akan menjadi masalah besar untuk tegakkan kembali peradaban islam.
Tiada solusi lain yang harus dijalankan hari ini kecuali dengan mengembalikan pemuda muslim kepada jati dirinya yang sesungguhnya.
Lalu bagaimanakah islam membentuk jati diri pemuda muslim? Bagaimana caranya agar dia bisa mencapai tingkat pembentukan yang paling tinggi, yang tidak bisa dicapai sepanjang sejarah dalam kehidupan pemuda kecuali dalam agama ini? Berikut beberapa jati diri Pemuda Muslim yang perlu kita ketahui
1.) Pemuda yang Memiliki Akidah yang Kokoh
Akidah merupakan dasar atau landasan dan wujud dari akidah itu sendiri ada tauhid atau mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta’alla. Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur’an Al Karim,
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Seorang pemuda muslim dalam hidupnya bila tanpa landasan tauhid yang kokoh dan kuat adalah nol, betapapun hebatnya dia. Satu hal yang membedakan pemuda muslim dengan pemuda lainnya, ialah imannya yang mendalam kepada Allah dan keyakinannya bahwa apa pun peristiwa yang terjadi di alam ini dan apa pun yang terjadi pada diri manusia adalah berkat qadha’ dan takdir Allah. Dia yakin bahwa apa yang menimpa manusia bukan untuk membuatnya merasa bersalah, dan kesalahan yang dilakukannya bukan dimaksudkan untuk menimpakan musibah kepadanya. Kewajiban yang hahus dilakukan manusia dalam kehidupan ini ialah berusaha meniti jalan kebaikan, mencari faktor-faktor yang bisa mendatangkan amal shaleh, apakah itu dalam masalah agamanya maupun dunianya, sambil bertawakal dengan sebenar benarnya tawakal kepada Alah, pasrah kepada urusan-Nya, yakin bahwa dia senantiasa membutuhkan pertolongan, bimbingan dan ridha-Nya.
Perhatikan kisah Bilal bin Rabah yang merupakan salah satu budak yang masuk ke dalam golongan assabikunal awwalun atau golongan orang-orang yang pertama masuk islam. Dimana pada waktu itu Bilal merupakan seorang budak dari Umayyah bin Khallaf yang berasal dari Bani Jum’ah. Majikannya ini merupakan salah satu dari orang yang membenci ajaran Islam pada waktu itu.
Saat Umayyah bin Khallaf mengetahui bahwa salah satu budaknya mengikuti ajaran Islam ia begitu sangat murka dan meminta serta memaksa agar Bilal keluar dari Islam. Akan tetapi tiap ajakan yang diminta majikannya itu tidak ia perdulikan. Bilal konsisten dengan keimanan dan keislamannya.
Karena saking marahnya, Umayyah menyiksan Bilal dengan membawanya ke tempat yang panas dengan terik matahari yang amat menyengat. Bilal dilentangkan di tengah-tengah Padang pasir dan di atas perutnya diletakkan batu besar. Bilal kesakitan, dengan selalu membaca “Ahad..Ahad..Ahad…”
Pada hari berikutnya Bilal kembali disiksa oleh majikannya karena ia masih tidak mau untuk keluar dari Islam. Hingga akhirnya datanglah Abu Bakar dan ia menebus Bilal bin Rabbah serta memerdekakannya. (Buku 365 Kisah Teladan Islam karya Ariani Syurfah halaman 32)
Kisah ini menyajikan satu gambaran yang sangat mengagumkan dihadapan pemuda Muslim, tentang dalamnya iman kepada Allah dan tawakkal serta kepasrahan yang utuh kepada-Nya. Dimana Bilal rela disiksa oleh majikannya hanya karena konsisten dengan keimanan dan keislamannya.
Andaikan tidak ada iman yang mendalam dan memenuhi hati Bilal, andaikan tidak ada tawakal yang utuh kepada Allah yang menghiasi perasaannya, tak akan dia sanggup menghadapi keadaannya pada saat itu dan tentu dia akan roboh tak berdaya dan meninggalkan islam saat itu.
Akidah pemuda Muslim yang lurus, bersih dan suci tidak akan terlumuri noda kebodohan, kebeningannya tidak akan menjadi keruh oleh tipuan khurafat dan semangatnya tidak akan pernah padam oleh bayang-bayang keraguan. Ini adalah aqidah yang ditegakkan diatas iman kepada Allah yang Maha Esa, Yang Maha tinggi dan Yang Berkuasa atas segala sesuatu, yang di Tangan-Nya pula kembalinya segala urusan. Firman-Nya,
“Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu, sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, Kepunyaan Allah’. Katakanlah, (Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?” (Qs. Al-Mukminun: 88-89)
Iman yang mendalam, bersih dan jelas ini menambah kepribadian pemuda Muslim semakin kuat, sadar dan matang. Dia melihat hakikat kehidupan ini sebagai tempat uijian dan menentukan pilihan, lalu hasilnya pasti akan muncul pada suatu hari yang tidak disangsikan kedatangannya.
“Katakanlah, Allahlah yang menghidupkan kalian kemudian mematikan kalian, setelah itu mengumpulkan kalian pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’. ” (Qs. Al-Jatsiyah: 26)
“Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahuwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Qs. AI-Mukminun: 115)
“Mahasuci Allah yang di Tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. Dan, Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(Qs. Al-Mulk 1-2)
Pada hari itu setiap manusia akan diberi balasan sesuai dengan amalnya. Jika berbuat baik, maka dia mendapatkan balasan kebaikan, dan jika berbuat buruk, maka dia mendapatkan balasan yang buruk pula, dan dia tidak akan dirugikan sedikit pun.
“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.” (Qs. Al-Mukmin: 17)
Timbangan hisab benar-benar detail dan teliti, merupakan keuntungan ataukah kemalangan.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan, barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Qs. Az-Zalzalah: 7-8)
Pada hari ini tidak ada yang lolos dari perhatian Allah Rabbul-lzzati wal-Jalali, sekalipun hanya seberat biji sawi. Firman-Nya,
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan, jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan, cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan. ” (Qs. Al-Anbiya’: 47)
Tidak dapat diragukan, jika pemuda Muslim yang memiliki aqidah yang kokoh dan kuat mau memperhatikan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat yang jelas maknanya ini, menyimak dengan mata hatinya tentang hari yang sangat menegangkan itu, tentu dia akan langsung menghadap kepada Allah dengan penuh ketaatan, kepasrahan dan rasa syukur, segera mempersiapkan diri untuk menghadapi hari itu, dengan mengerjakan amal-amal shaleh.
***********
Bulukumba, 1 Desember 2021
Penulis: Wahyuni Subhan
(Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Pengurus Mujahid Dakwah Media)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)