Melalui ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis Rasulullah SAW, Islam mengabarkan keadaan orang-orang yang mati syahid karena membela agama Allah. Allah menyediakan ganjaran pahala yang luar biasa bagi mereka yang gugur dalam menegakkan agama Allah. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran: 169)
Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Abbas. Diriwayatkan pula oleh Tirmidzi yang bersumber dari Jabir bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Allah menjadikan arwah saudara-saudaramu yang gugur di perang Uhud sebagai burung-burung hijau yang mengunjungi sungai di surga dan makan buah-buahannya. Sampai menghampiri lampu emas di bawah naungan ‘Arsy. Ketika mereka mendapatkan makanan yang enak, minuman yang lezat, dan tempat tidur yang empuk, mereka berkata: “Alangkah baiknya jika teman-teman kita mengetahui apa yang Allah telah jadikan untuk kita, sehingga mereka itu tidak segan berjihad dan tidak mundur dari peperangan.”
Allah SWT berfirman kepada mereka: “Aku akan sampaikan keadaan kalian kepada mereka.” Maka turunlah surah Ali-Imran ayat 169 yang menceritakan keadaan para syuhada. (al-Suyuti, Jalaluddin Abu Abdurrahman. (2002). Lubab An-Nuqul fi Asbab An-Nuzul. Beirut: Muassasah Al Kutub Al-Thaqafiyyah)
Interpretasi para mufasir
Lebih tedas dan tegas, Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menandaskan bahwa mereka yang gugur di jalan Allah menjadi golongan syuhada dan akan tetap hidup, ruh mereka bertransmisi pada burung hijau, yang bisa terbang ke surga sesuai kehendaknya.
Sedangkan dalam Tafsir Al-Muyassar dikatakan bahwa janganlah sekali-kali kamu (wahai nabi), menyangka bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati dan tidak merasakan sesuatu pun. Justru sebaliknya, mereka itu hidup di alam barzah dalam perlindungan Tuhan mereka. Mereka itu berjihad karena Allah dan mereka wafat di jalan-Nya, maka akan mengalir bagi mereka rezeki dari surga, dan mereka dilimpahi kenikmatan.
Ayat yang relevan dengan ayat di atas, antara lain ayat 154 dari surat Al-Baqarah sebagaimana firman Allah SWT:
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ
Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al-Baqarah : 154)
Ayat 169 surat Ali Imran mengandung nilai-nilai pendidikan, di antaranya: Pertama, mendidik kita menjadi orang yang berprasangka baik kepada Allah dan seluruh makhluk-Nya. Kedua, mendidik kita agar senantiasa beramal baik dan mengutamakan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi apa yang dicintainya. Ketiga, mendidik kita menjadi hamba yang taat kepada Allah dan memperhatikan kehidupan akhirat. Keempat, mendidik kita menjadi hamba yang berjuang di jalan Allah untuk memperoleh ridha dan rahmat-Nya.
Dalil kewajiban memerangi kezaliman
Allah SWT berfirman:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Artinya: “Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujurat: 9)
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa agama Islam mengajarkan etika dan estetika. Islam mengajarkan perdamaian, keadilan, menyebarkan kasih sayang, dan mengatur tatanan sosial agar lebih baik. Selain itu, Islam tidak menghalalkan pembunuhan serta perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Ihwal pembunuhan, bagaimana Islam memandang tindakan menghilangkan nyawa orang lain? Terdapat banyak ayat Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan sanksi pelaku pembunuhan, mulai dari dosa besar hingga ancaman dimasukkan ke dalam Neraka Jahanam, di antaranya Allah SWT berfirman:
وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا ۙ
Artinya, “Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat.” (QS. Al-Furqan: 68)
Ayat di atas menjelaskan pelaku pembunuhan akan mendapat balasan dosa besar berupa dimasukkan ke dalam neraka. Kata atsâma(n) pada ayat ini diartikan nama sebuah lembah di dalam Neraka Jahanam. Ayat ini juga sekaligus menunjukkan dosa menghilangkan nyawa orang lain satu tingkat di bawah dosa menyekutukan Allah SWT. (Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 2019: juz VII, h. 60)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكْثُرَ الْهَرْجُ قَالُوا: وَمَا الْهَرْجُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الْقَتْلُ الْقَتْلُ (رواه مسلم)
Artinya, “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak akan datang hari kiamat hingga banyak al-Harj.’ Mereka (para sahabat) bertanya, wahai Rasulullah, Apakah al-Harj itu?’ Rasul menjawab, ‘Pembunuhan, pembunuhan’.” (HR. Muslim).
Lima pintu syahid
Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
وعَن أَبي هريرة رضي الله عنه، قَالَ قَالَ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ المَطْعُوْنُ والمَبْطُوْنُ، والغَرِيْقُ، وصَاحِبُ الهَدْمِ، والشَهِيْدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang yang mendapat derajat syahid ada lima jenis, yaitu (1) korban meninggal karena wabah tha’un, (2) korban meninggal karena sakit perut, (3) korban tenggelam, (4) korban reruntuhan, dan (5) orang gugur di jalan Allah’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama, di antaranya Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Wahbah Zuhaili, menyebut ada tiga jenis mati syahid. Pertama, mati syahid di dunia, namun bukan di akhirat. Artinya, seseorang mati di medan perang untuk mendapatkan dunia bukan untuk menegakkan agama Allah SWT. Kedua, mati syahid yang tidak dihitung di dunia tapi di akhirat. Keadaan ini dicontohkan dengan mati karena tenggelam, ketiban benda yang rubuh, dan mati karena kecelakaan (tertabrak).
Ketiga, mati syahid di dunia maupun di akhirat. Artinya, orang yang melakukan ini mati di medan perang dengan niat bersungguh-sungguh menegakkan agama Allah SWT.
Lalu bagaimana keadaan syuhada ketika wafat? Allah SWT berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS. Fussilat Ayat 30)
Potret syuhada di akhirat kelak
Allah SWT dan Rasul-Nya banyak menggambarkan keadaan mereka yang mati syahid di dalam surga kelak di akhirat. Di antaranya, pertama, para syuhada berada di tepi sungai dekat surga. Nabi Muhammad SAW bersabda:
اَلشُّهَدَاءُ عَلَى بَارِقِ نَهْرٍ بِبَابِ الْجَنَّةِ فِي قُبَّةٍ خَضْرَاءَ يَخْرُجُ اِلَيْهِمْ رِزْقُهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ بُكْرَةً وَ عَشِيًّا
(رواه الحاكم واحمد والطبراني عن ابن عبّاس)
Artinya: “Para syuhada berada di tepi sungai dekat pintu surga, mereka berada dalam sebuah kubah yang hijau. Hidangan mereka keluar dari surga itu setiap pagi dan sore”. (HR. Al-Ḥakim, Ahmad dan At-Ṭabrani dari Ibnu ‘Abbas)
Kedua, para syuhada menikmati pemberian-pemberian Allah, karena itu mereka ingin mati syahid berulang kali. Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ نَفْسٍ تَمُوْتُ لَهَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ يَسُرُّهَا اَنْ تُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا اِلاَّ الشَّهِيْدُ فَاِنَّهُ يَسُرُّهُ اَنْ يُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ مَرَّةً اُخْرَى مِمَّا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ (رواه مسلم)
Artinya: “Tidak ada seorang yang telah mati dan memperoleh kenikmatan di sisi Allah, kemudian ingin kembali ke dunia kecuali orang yang mati syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia, kemudian mati syahid lagi. Hal itu karena besarnya keutamaan mati syahid.” (HR. Muslim)
Ketiga, memperoleh pahala yang besar. Allah SWT berfirman:
۞ فَلْيُقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يَشْرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا بِالْاٰخِرَةِ ۗ وَمَنْ يُّقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيُقْتَلْ اَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا
Artinya: “Karena itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan) akhirat berperang di jalan Allah. Dan barangsiapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya.” (QS. An-Nisa: 74)
Keempat, dosa-dosanya diampuni kecuali hutangnya. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلَّا الدَّيْنَ (رواه مسلم)
Artinya: Dari Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Seorang yang mati syahid akan diampuni segala dosa-dosanya, kecuali hutang.” (HR. Muslim)
Sekaitan dengal hal tersebut, Rasululllah SAW bersabda:
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ فَقَالُوا صَلِّ عَلَيْهَا فَقَالَ هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ قَالُوا لَا قَالَ فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا قَالُوا لَا فَصَلَّى عَلَيْهِ ثُمَّ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ أُخْرَى فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلِّ عَلَيْهَا قَالَ هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ قِيلَ نَعَمْ قَالَ فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا قَالُوا ثَلَاثَةَ دَنَانِيرَ فَصَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ أُتِيَ بِالثَّالِثَةِ فَقَالُوا صَلِّ عَلَيْهَا قَالَ هَلْ تَرَكَ شَيْئًا قَالُوا لَا قَالَ فَهَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ قَالُوا ثَلَاثَةُ دَنَانِيرَ قَالَ صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ قَالَ أَبُو قَتَادَةَ صَلِّ عَلَيْهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَعَلَيَّ دَيْنُهُ فَصَلَّى عَلَيْهِ
Artinya: Dari Salamah bin Al Akwa’ radliallahu ‘anhu berkata: “Kami pernah duduk bermajelis dengan Nabi Muhammad SAW ketika dihadirkan kepada Beliau satu jenazah kemudian orang-orang berkata: “Shalatilah jenazah ini”. Maka Beliau bertanya: “Apakah orang ini punya hutang?” Mereka berkata: “Tidak”. Kemudian Beliau bertanya kembali: “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Mereka menjawab: “Tidak”. Akhirnya Beliau menshalatkan jenazah tersebut. Kemudian didatangkan lagi jenazah lain kepada Beliau, lalu orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, shalatilah jenazah ini”. Maka Beliau bertanya: “Apakah orang ini punya hutang?” Dijawab: “Ya”. Kemudian Beliau bertanya kembali: “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Mereka menjawab: “Ada, sebanyak tiga dinar”. Maka Beliau bersabda: “Shalatilah saudaramu ini”. Berkata, Abu Qatadah: “Shalatilah wahai Rasulullah, nanti hutangnya aku yang menanggungnya”. Maka Beliau menshalatkan jenazah itu. (HR. Bukhari, 2127).
Kelima, bergembira dan tidak ada rasa takut serta tidak bersedih hati. Allah SWT berfirman:
فَرِحِيْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۙ وَيَسْتَبْشِرُوْنَ بِالَّذِيْنَ لَمْ يَلْحَقُوْا بِهِمْ مِّنْ خَلْفِهِمْ ۙ اَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۘ (١٧١)
يَسْتَبْشِرُوْنَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضْلٍۗ وَاَنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ ࣖ (١٧٢)
Artinya: “Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 171-172)
Cara mendapatkan predikat syahid
Banyak cara untuk memperoleh predikat mati syahid. Di antaranya, pertama, beriman dan tulus. Allah SWT berfirman:
والَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖٓ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصِّدِّيْقُوْنَ ۖوَالشُّهَدَاۤءُ عِنْدَ رَبِّهِمْۗ لَهُمْ اَجْرُهُمْ وَنُوْرُهُمْۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ ࣖ
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, mereka itu orang-orang yang tulus hati (pencinta kebenaran) dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka. Mereka berhak mendapat pahala dan cahaya. Tetapi orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al-Hadid: 19)
Kedua, memperhatikan niat dan persiapan amal baik.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Ketiga, orang yang senantiasa berdoa agar wafat di jalan Allah.
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ مِنْ قَلْبِهِ صَادِقًا بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ
(رواه مسلم)
Artinya: Dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan jujur dari dalam hatinya, maka Allah akan memberinya pahala syuhada meskipun ia meninggal di atas kasur.” (HR. Muslim)
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ
“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku umur yang terakhirnya, sebaik-baik amalku amal-amal penutupannya dan sebaik-baik hariku hari saat aku menghadap-Mu. (HR. Ath-Thabrani). []
***********
Penulis: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd
(Dosen Universitas Pendidikan Indonesia)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)