Pada Kamis, 21 April 2022 yang lalu. Santri Pesantren at-Taqwa melaksanakan pengijazahan kitab. Seluruh santri telah berkumpul di Musholla Taman Adabi tepat setelah shalat ashar. Beberapa dewan guru juga turut hadir untuk mengikuti acara ini. Acara ini menghadirkan KH Ahmad Marwazie. Ia merupakan salah satu guru dari Ustadz Ardiansyah.
Ustadz Ardiansyah memulai acara kali ini dengan menjelaskan terlebih dahulu bagaimana pentingnya tradisi keilmuan. Ia menyampaikan bahwa dalam tradisi keilmuan, belajar tidak hanya sekedar berhadapan dengan guru dan kitab, namun juga berkhidmat. Berkhidmah merupakan salah satu salah satu cara mendapatkan keberkahan ilmu karena khidmah adalah bentuk penghormatan kita terhadap ahli ilmu.
Karena pentingnya hal ini, dalam kitab Ta’lim Muta’alim juga dijelaskan bahwa seseorang tidak akan dapat mencapai tujuan kecuali dengan penghormatan. Begitupula seseorang tidak akan mencapai tujuan mendapatkan ilmu jika ia meninggalkan penghormatan terhadap guru. Dengan demikian maka seharusnya kita sebagai penuntut ilmu juga harus melestarikan tradisi keilmuan yang ada, bukan sekedar belajar dengan sang guru namun juga berkhidmat kepadanya sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu.
Setelah pembukaan yang disampaikan oleh Mudir Pesantren at-Taqwa itu, barulah kemudian acara diserahkan kepada KH Ahmad Marwazie. Mulanya, ia mengisahkan perjalanan keilmuannya. Sejak tahun 1976, KH Ahmad Marwazie sudah menetap di Makkah. Di sana ia menimba ilmu di Madrasah Darul ‘Ulum ad-Diniyyah yang didirikan oleh Syekh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani.
Pembelajarannya di Makkah menempa sosok KH Ahmad Marwazie lebih giat dalam belajar. Ia menceritakan bagaimana penyesuiannya terhadap bahasa di sana. KH Ahmad Marwazie harus melatih dirinya berbicara dengan Bahasa Arab yang amiyah, sedangkan beliau terbiasa menggunakan bahasa arab fushah.
Bahasa Arab amiyah adalah bahasa yang sering digunakan dalam aktifitas sehari-hari dalam aktifitas yang tidak formal atau resmi. Bahasa ini lebih bersifat umum dan digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sedangkan Arab fushah adalah bahasa resmi yang memiliki bentuk yang sama di dunia Arab. Arab fushah adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tata bahasa (nahwu), sharf (pembentukkan kata), dan balaghah (nilai seni bahasa) (Dedi Supriyanto, “Sekilas tentang Bahasa Arab Fusha (Formal) dan Amiyah (Informal)”, https://p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/2019/06/30/sekilas-tentang-bahasa-arab-fusha-formal-dan-amiyah-informal/).
Bahkan untuk dapat berbahasa amiyah, KH Ahmad Marwazie banyak menghabiskan waktu di pasar, agar terbiasa dengan dialog masyarakat Arab. Ia menggaris-bawahi bahwa hal tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi kita agar mudah beradaptasi dengan keadaan. Ia menyatakan, untuk sukses dalam belajar ada dua: “Semangat belajar dan pergaulan yang baik.”
KH Ahmad Marwazie juga mengisahkan sosok Syekh Muhammad Yasin, gurunya. Ia menuturkan bahwa sosok yang merupakan pendiri Darul Ulum itu merupakan penggagas kembali ilmu riwayah di Indonesia, di saat keilmuan riwayah vakum. Dari sinilah kemudian Kyai Ahmad Marwazie menjelaskan seberapa pentingnya kedudukan sanad.
Kita seharusnya dapat memahami bahwa Islam memiliki keistemwaan dalam tradisi keilmuan. Dalam Islam dunia keilmuannya sangat terjaga. Dengan adanya sanad yang jelas maka seseorang tidak dapat berbicara sembarangan karena sumbernya jelas diketahui. Dalam tradisi keilmuan, inilah yang perlu dilestarikan.
Setelah menjelaskan cukup panjang mengenai tradisi keilmuan Islam, KH Ahmad Marwazie kemudian melanjutkan acara dengan pembacaan Hadits Musalsal. Hadits musalsal adalah hadits yang diriwayatkan secara berantai sampai Rasullah saw. Ada tiga hadits musalsal yang dijelaskan oleh KH Ahmad Marwazie. Hadits pertama adalah hadits musalsal bertema kasih sayang.
KH Ahmad Marwazie menjelaskan bahwa Islam sangat menegaskan agar pemeluknya memiliki sifat kasih sayang baik kepada sesama maupun kepada orang kafir. Kasih sayang juga merupakan pondasi berdakwah. Jika seseorang dapat berinteraksi dengan baik maka ia akan dapat diterima masyarakat. Oleh karenanya kita harus berusaha menjadi sosok yang penyayang, sebagai ciri keislaman kita.
Hadits musalsal kedua menjelaskan tentang kecintaan. Apabila seseorang mengaku cinta maka ia harus menunjukkan kecintaannya. Jika seorang hamba benar mencintai Allah maka pastilah ia akan senantiasa mengingat Allah, mensyukuri nikmat yang diberikan-Nya dan beribadah dengan baik kepada-Nya. Hadits musalsal yang terakhir adalah tentang ru’yah yang membahas tentang keberuntungan seseorang yang melihat nabi dan beriman kepadanya.
Pada acara berikutnya, yaitu pembacaan kitab hadits Arbain an-Nawawi yang dilakukan oleh Ustadz Bana Fatahillah. Ia membacakan hadits-hadits dalam kitab tersebut secara cepat karena para santri telah mempelajari kitab tersebut secara dirayah (kaidah) di kelas masing-masing.
Dikarenakan sudah memasuki waktu berbuka, maka pembacaan kitab Arbain an-Nawawi dijeda. Acara ini kemudian dilanjutkan seusai berbuka dan shalat maghrib. Setelah Ustadz Bana selesai membacakan kitab Arbain an-Nawawi, acara selanjutnya kemudian pemberian ijazah dari KH Ahmad Marwazie.
Acara berikutnya dilanjutkan dengan khataman kitab Aqidatul Awam. Kali ini para santri berbarengan menadzhamkan syair Aqidatul Awam sampai selesai. Setelah pembacaan kitab Aqidatul Awam, sama seperti sebelumnya KH Ahmad Marwazie juga memberikan kami ijazahnya.
Alhamdulillah, dalam satu waktu kami telah mendapatkan dua ijazah kitab. KH Ahmad Marwazie mengingatkan kami agar tidak menyimpan ilmu yang telah dimiliki. Ia berpesan kepada kami agar menyebarkan ilmu kepada masyarakat, supaya umat Islam mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Acara yang sangat menarik ini kemudian diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh KH Ahmad Marwazie dengan penuh khidmat. Kami sangat bersyukur dapat menghadiri acara ini, karena kami diingatkan kembali akan pentingnya melestarikan keilmuan Islam, sehingga meningkatkan semangat kami dalam menuntut ilmu.
***********
Menulis: Penulis: Cut Aisyah Kinanti
(Santriwati Pesantren At-Taqwa Depok)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)