Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi rahimahullah, demikianlah namanya. Seorang ulama yang agung dan mulia, semulia namanya, Yahya Ibnu Syaraf. Karya-karya besarnya diterima oleh seluruh kaum muslimin dan menjadi kitab-kitab rujukan utamanya dalam madzhab Syafi’iyah.
Al-Minhaj adalah salah satu dari sekian banyak karya agungnya. Satu kitab yang mensyarh hadits-hadits Nabi Shallalllahu’alaihi wasallam yang dikumpulkan oleh imam Muslim dalam Sahihnya, yang masyhur dengan nama Sahih Muslim. Bahkan salah satu ijtihadnyalah terhadap kitab itu dengan membuat bab berdasarkan fiqh Madzhab Syafi’iyah, sehingga orang-orang mengenal bab-bab dalam kitab Sahih Muslim.
Beliau adalah sosok ulama yang bisa menjadi teladan dalam perbedaan antara Hanabilah dan Asya’irah, khususnya bagi saudara-saudara yang bermazhab Syafi’iyah yang mengaku berakidah Asya’irah yang selalu mempermasalahkan pemahaman Mazhab Hanabilah perihal sifat-sifat Allah.
Ketika menjelaskan hadits turunnya Allah ke langit bumi, beliau berkata:
هذا الحديث من الحديث الصفات وفيه مذهبان مشهوران للعلماء: أحدهما وهو مذهب السلف وبعض المتكلمين أنه يؤمن بأنها حق على ما يليق بالله تعالى وأن ظاهرها المتعارف في حقنا غير مراد، ولا يتكلم في تأويلها مع اعتقاد تنزيه الله تعالى عن صفات المخلوق وعن الانتقال والحركات وسائر سمات الخلق، والثاني مذهب أكثر المتكلمين وجماعات من السلف وهو محكي هنا عن مالك والأوزاعي على أنها تتأول على ما يليق بها بحسب مواطنها
“Hadits ini merupakan hadits sifat. Ada dua Mazhab yang masyhur dari ulama dalam meyakininya. Pertama, Mazhab salaf dan sebagian ahli kalam bahwa turunnya Allah adalah sesuatu yang haq, sesuai dengan kepantasannya, dan zhahir yang kita kenal dari perbuatan itu bukan itu maksudnya, tidak dibicarakan takwilnya dengan berkeyakinan pada penyucian Allah dari sifat-sifat makhluk berupa perpindahan, gerakan dan seluruh sifat-sifat makhluk. Kedua, madzhab kebanyakan ahli kalam dan sekelompok salaf, dibikayatkan dari Malik dan al-Auza’i, bahwa memahaminya dengan cara takwil sesuai makna yang pantas bagi Allah.” (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarh Sahih Muslim, juz 6, hal 31-32, Tahqiq Hani al-Hajj dan Imad Zaki al-Barqadi, Penerbit Daar at-Taufiqiyah Li at-Turats-Kairo, t.thn, t. Cet.)
Kedua pendapat yang disebutkan oleh imam an-Nawawi rahimahullah ini tiada lain adalah pendapat dari Mazhab salaf yang diyakini oleh mazhab Hanabilah; dan pendapat madzhab Asy’ari yang diyakini oleh sebagian pengikut Mazhab Syafi’i
Sikap ini menunjukkan objektifitas yang dilakukan oleh imam an-Nawawi rahimahullah dan bentuk apresiasi beliau terhadap ulama walau berbeda dengan sesuatu yang ia yakini. Ini merupakan isyarat beliau bahwa kedua mazhab yang berpendapat juga merupakan bagian dari ahlussunnah Walajama’ah.
Jika ulama sesejuk itu bersikap, niscaya pengikutnya akan mengikutinya dengan bijak pula, karena kebanyakan orang hanya menyambung tali pendapat gurunya. Jika ia mengandung api, maka mereka akan ikut membakar orang-orang disekitarnya dengannya. Tapi jika tidak, niscaya mereka akan hidup tentram tanpa keributan.
Semoga Allah Azza wajalla senantiasa menjaga kaum muslimin. Aamiin.
***********
Penulis: Muhammad Ode Wahyu al-Munawy, SH.
(Pembina Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’am an-Nail, Alumni Jurusan Syariah Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum Islam STIBA Makassar dan Kontributor mujahiddakwah.com)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)