Apa tugas seorang guru (atau dosen)? Mengajar? Bukan. Mendidik? Bukan juga. Tugas seorang guru adalah membuat murid mengerti atau memahami. Menjadikan mereka terampil. Membuat mereka berkembang ke arah yang lebih baik. Melahirkan insan-insan beradab.
Mengajar tidak sama dengan menjadikan murid mengerti. Sepertinya sama, tapi sebenarnya ada paradigma yang berbeda. Perbedaan ini bisa berpengaruh besar terhadap cara guru mengajar. Perbedaannya adalah: yang pertama menitikberatkan proses belajar, sedangkan yang kedua menitikberatkan pada hasilnya.
Yang kedua inilah yang disebut dengan pendidikan berorientasi hasil (outcome based education).
Ketika mementingkan proses, guru berpotensi menyepelekan hasil. Bahkan, apa yang ingin dicapai dari pembelajaran itu seringkali masih kabur. Akibatnya, banyak guru yang mengajar hanya sekedar mengajar. Menuntaskan kurikulum menjadi target utamanya. Tidak peduli apakah murid mengerti atau tidak. Mengajar menjadi hanya sekedar tugas yang harus dijalankan, karena ia digaji untuk itu. Bagaimana hasilnya, itu di luar kontrak kerja.
Dengan paradigma ini guru tidak merasa bersalah bila ia mengajar dengan kinerja buruk. Ia merasa baik-baik saja jika murid-murid tetap ‘blank’, meski sudah berjalan enam belas pertemuan. Yang penting baginya adalah sudah menunaikan tugasnya: hadir mengajar. Itu sudah cukup untuk menggugurkan kewajibannya.
Jika murid tidak berhasil, guru dapat dengan mudah menyalahkan kemalasan, kenakalan, atau kebodohan mereka. Atau, menyalahkan orangtua yang kurang mendukung putra-putrinya. Atau menyalahkan juga pemerintah yang tidak becus membuat sistem pendidikan. Atau menyalahkan lembaga (sekolah atau kampus) yang tidak memberikan fasilitas yang memadai. Atau menyalahkan siapa saja yang bisa dijadikan kambing hitam.
Adapun pendidikan yang berorientasi hasil menjadikan guru lebih bertanggung jawab dengan hasil pengajarannya. Ia akan berusaha keras agar murid mencapai tujuan belajar. Ia akan membuat perencanaan yang matang dan menjalankannya dengan disiplin. Ia juga mengevaluasi kekurangan dan memperbaiki kelemahan program mengajarnya.
Pendidikan berorientasi hasil membuat setiap guru bagaikan seorang pelatih sepakbola yang timnya ditargetkan menjuarai liga atau piala dunia. Oleh karenanya, ia akan mengajar dan mendidik sebaik mungkin. Karena ia merasa bertanggung jawab dengan hasilnya. Ia akan galau jika murid-muridnya tidak mengalami kemajuan. Kegagalan murid adalah kegagalannya dalam melaksanakan tugas.
Mungkin kegagalan murid bukan semata-mata kesalahan dirinya. Bahkan, kegagalan mendidik kerapkali disebabkan oleh banyak faktor di luar guru, seperti ekonomi, keluarga yang tidak harmonis, kurikulum yang sesuai, fasilitas sekolah yang terbatas, kebijakan pendidikan yang keliru, dan lain sebagainya.
Tapi, bagaimanapun seorang guru adalah guru. Ia adalah pejuang pendidikan di garda depan. Pejuang sejati tidak mengeluhkan keadaan, tapi mencari jalan keluar dengan segenap kemampuan yang dimilikinya. Upayanya bisa berhasil dan bisa juga gagal. Namun, yang penting ia sudah berusaha, selebihnya adalah taqdir Yang Maha Kuasa.
Jika para guru mengajar dengan berorientasi hasil, insya Allah pendidikan akan memberikan perubahan yang berarti.
***********
Penulis: Dr. Wendi Zarman, M.SI
(Penulis Buku dan Dosen UKI)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)