Jum’at sore saya menyaksikan obrolan menarik antara guru-guru kami di masjid kapal, Ustadz Luqmanulhakim Ashabul Yamin , Tok Ya Muhammad Nur Hasan dan Bung Ben Beni Sulastiyo. Bahasan ketika itu terkait dengan bagaimana saat ini generasi penerus bisa melanjutkan tongkat estafet perjuangan dakwah. Ditengah pembicaraan Ustadz Luqman mengutip kata-kata dari Wawa (panggilan sayang untuk ibu beliau), Wawa pernah bilang “Kalau hidup enak itu tidak butuh latihan, tapi kalau hidup susah itu butuh latihan”.
Kalimat tersebut menghujam dalam benak saya selama beberapa hari ini. Betapa dalam makna dari kalimat yang terdengar sangat sederhana. Karena sejatinya untuk menjalani kehidupan yang skenarionya tidak kita ketahui, jutaan kemungkinan bisa terjadi. Bisa jadi hidup yang kita jalani mengalami episode mudah atau episode susah. Semua episode kehidupan akan kembali pada kesiapan kita yang menjalaninya.
Ternyata dibalik pesan Wawa tadi, ada rahasia tentang kesiapan untuk menghadapi kehidupan. Ada “pola kehidupan” yang harus dijalani dan dilatih agar bisa membentuk pola pikir, sikap dan tingkah laku seseorang. Apa pola kehidupan yang dijalani tersebut? pola tersebut adalah “kesederhanaan”.
Kesederhanaan merupakan sebuah harta yang sangat berharga. Bahkan di Pondok Modern Darussalam Gontor kesederhanaan dimasukkan ke dalam salah satu dari 5 jiwa yang harus diemban oleh setiap santri. Di Gontor kami dipahamkan bahwa sederhana bukan berarti miskin, sederhana bukan berarti melarat, tapi sederhana itu adalah sebuah sikap dimana kita melakukan sesuatu sesuai dengan kebutuhan, dan pada saat yang sama kita menahan keinginan. Sederhana adalah pilihan bersikap, bukan tentang kondisi finansial dari seseorang. Buktinya banyak orang kaya yang menjalani hidup secukupnya, disisi lain sangat banyak orang miskin yang memaksakan gaya hidupnya sampai rela berhutang.
Kesederhanaan bahkan dijadikan lifestyle oleh para Sahabat Nabi. Ingat sebuah kisah seorang Yahudi tua yang berangkat dari kota Mesir, hendak mengadukan kebijakan gubernur Amru bin ash kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah. Pada saat dia mencari Umar bin Khattab, dia mendapati Khalifah sedang duduk dibawah pohon kurma tanpa singgasana. Pada pertemuan tersebut dia tidak berhenti kagum terhadap Islam, tercermin dari figur pemimpin yang sangat sederhana namun tegas dan berwibawa.
Dari mana Umar bin Khatab mengambil uswah? Pastinya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah merupakan seorang saudagar sukses yang sangat kaya raya, pemimpin suatu negeri, bahkan beliau adalah nabi yang sangat dicintai oleh umatnya. Sangat bisa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bermewah-mewah dalam kehidupan, namun beliau memilih untuk hidup sederhana agar bisa menjadi uswah bagi kita umatnya.
Namun terdapat fakta kontradiktif dari Rasulullah dan para sahabatnya dalam urusan dakwah. Beliau tidak pernah menggunakan fasilitas yang seadanya. Ketika harus berperang beliau menggunakan unta terbaik, kuda terbaik, bahkan baju besi dan peralatan perang terbaik. Hal ini menunjukkan bahwasanya kesederhanaan adalah sebuah pola yang diterapkan ketika kita mengukur diri sendiri. Namun untuk urusan dakwah, “Izzah” (wibawa) Islam harus kita junjung tinggi, jangan sampai Islam dipandang jelek karena penampilan yang tidak representatif. Ketika berurusan dengan kebutuhan pribadi seorang muslim harus menemukan titik cukup yang menjadi patokan, agar ia tidak masuk kedalam dari zona berlebihan.
Pola kesederhanaan ini tidak bisa diterapkan oleh sembarang orang, kesederhanaan ini adalah pola yang sangat “mewah” yang hanya bisa diakses oleh beberapa gelintir orang saja. Faktanya Kesederhanaan merupakan puncak dari pencapaian seseorang akan “dunia”. Jika seseorang masih bertindak berdasarkan gengsi, harga diri, dan martabat, maka dia baru memulai level dasar penghambaan pada dunia.
Jadi kenapa kita harus sederhana? “Karena Allah tidak menyukai hambanya yang berlebihan.” (QS 7: 21).
***********
Pontianak, 4 Oktober 2021
Penulis: Ustadz Adia Nugraha
(Marbot Masjid Kapal Munzalan)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)