Kasihan, apabila manusia menyangka tawakal tertingg! itu dalam urusan duniawi. Tidak! Tawakal yang tertinggi itu dalam berdakwah kepada Allah. Alangkah naif, orang yang tidak merasakan kelezatan dakwah di jalan Allah, tapi ia mengerti nilai tawakal. Tawakal yang paling indah adalah tawakal para da’i pada Allah Subhanahu Wata’ala. Kenapa? Karena ketika bertawakal, mereka merasakan kecintaan Allah . Yang bertawakal dalam urusan rezeki, isteri dan problematika dunia, itu sebuah kebaikan. Tapi, ia belum mengerti hakikat tawakal.
Apa yang diterima oleh Nabi Ibrahim alaihi salam setelah mnghancurkan berhala? Kita lihat kehebatan tawakal beliau pada Allah . Kita lihat, bagaimana beliau menghadapi sendiri suatu kelompok? la telah menghancurkan thaghut masa itu hingga penduduk negeri itu menuntut balas. Mereka menindas beliau, berkumpul untuk membakar beliau.
Lalu, apakah Al-Wakil menyerahkan Ibrahim kepada orang kafir itu Tidak! Siapa yang bersama Allah, maka Allah akan bersamanya. Perhatikanlah ketika mereka ingin menuntut balas, mereka menggali lubang. Allah berfirman,
قَالُوا۟ ٱبْنُوا۟ لَهُۥ بُنْيَٰنًا فَأَلْقُوهُ فِى ٱلْجَحِيمِ
“Mereka berkata: “Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) lbrahim. (Qs. Ash Shaffât: 97).
Ukuran yang dibutuhkan untuk menyalakan api adalah 5 hingga 6 tingkat bangunan besar, yang di dalamnya mereka nyalakan api selama berminggu-minggu. Sedemikian, karena mereka ingin membalas Ibrahim alaihi salam dengan balasan yang pedih.
Seluruh penduduk negeri itu berbondong-bondong melihat Ibrahim dilemparkan ke api itu. Sebuah riwayat menerangkan bahwa barang apa saja yang berada di dekat – baru dekat, belum tersentuh – api tersebut, akan terbakar. Karena itu, mereka menanyakan siapa yang akan melemparkan Ibrahim? Akhirnya mereka mendatangkan Manjanig (ketapel besar) untuk melempar Ibrahim. Bayangkan azab dan kematian inil Lalu, apa yang dilakukan Ibrahim?
Apakah ia menjadi penakut? Lihatlah, Ibrahim di atas Manjaniq berdoa,
“Cukuplah bagiku Allah, (Dialah) sebaik-baik tempat bersandar.”
Bagaimana ia mampu melakukan ini? “Dia tidak akan menyia-yiakan diriku, dan aku tidak akan mati sebelum ajalku tiba!” Apakah kita sudah melihat kehebatan tawakal Ibrahim? la mengulang-ulang doanya,
“Cukuplah bagiku Allah, (Dialah) sebail- baik tempat bersadar:”
Lalu ketika ia dilemparkan, Allah berfirman,
قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ (69) وَأَرَادُوا۟ بِهِۦ كَيْدًا فَجَعَلْنَٰهُمُ ٱلْأَخْسَرِينَ (70)
“Kami berfiman, “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. Mereka hendak berbuat makar terhadap lbrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (Qs. Al-Anbiya: 69-70)
Apa yang diperoleh dengan tawakal?
Ibrahim alaihi salam tetap hidup, keluar dari api dan terus melanjutkan dakwah ke jalan Allah dengan bertawakal pada-Nya. Maka, orang yang bertawakal, bagaimana ia bisa menjadi penakut? Bagaimana ia menjadi takut?
Nabi Nuh alaihi salam, dai yang selalu tawakal, Allah berfirman,
وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ نُوحٍ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِۦ يَٰقَوْمِ إِن كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُم مَّقَامِى وَتَذْكِيرِى بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَعَلَى ٱللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوٓا۟ أَمْرَكُمْ وَشُرَكَآءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ ٱقْضُوٓا۟ إِلَىَّ وَلَا تُنظِرُونِ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya, ‘Hai kaumku jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal. Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanka). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku” (Qs. Yunus: 71)
Nabi Hud alaihi salam Berkata,
إِن نَّقُولُ إِلَّا ٱعْتَرَىٰكَ بَعْضُ ءَالِهَتِنَا بِسُوٓءٍ ۗ قَالَ إِنِّىٓ أُشْهِدُ ٱللَّهَ وَٱشْهَدُوٓا۟ أَنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ (54) مِن دُونِهِۦ ۖ فَكِيدُونِى جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنظِرُونِ (55)
“Sesangguhya aku bersaksi kepada Allah dan saksilanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku.” (Hud: 54-55).
Saudaraku tercinta, lihatlah tawakal ini. Ini bukan suatu kecerobohan. “Aku benar, aku tidak melakukan kesalahan, aku tidak melakukan maksiat pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka aku berkata, Lakukan apa yang kalian inginkan..’.”. Dia benar, karena ia menyeru ke jalan Allah.” Sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku, dan jangan kalian tunda-tunda lagi.”
la berkata lagi,
إِنِّى تَوَكَّلْتُ عَلَى ٱللَّهِ رَبِّى وَرَبِّكُم ۚ مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya akau bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yanyg memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Qs. Had: 56)
Hasbunallah wa ni’mal Wakil. Kalimat itu diucapkan Ibrahim ketika dilempar ke api.
Ia juga diucapkan Musa alaihi salam ketika kaumnya berkata,
….إِنَّا لَمُدْرَكُونَ
“Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.”(Qs. Asy-Syu’ará: 61)
Juga diucapkan para sahabat ketika dikatakan pada mereka karena itu takutlah kepada mereka
“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”.
Perkataan itu justru menambah keimanan mereka dan mereka menjawab,
…حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung,” (Qs. Ali Imrân : 173)
Tawakal yang tertinggi adalah tawakal dalam berdakwah di jalan Allah. Cobalah! Serulah kawan kita, ajak mereka lalu bertawakallah pada Allah Mereka pasti akan mencari petunjuk.
Jika terjadi sesuatu misalnya, kita dihina, maka Allah akan memuliakan kita. Tawakallah pada Allah seperti tawakalnya para Nabi. Biarkan manusia melakukan semua yang mnereka inginkan, biarkan mereka membuat berita bohong, menisbatkan pada kita perkataan yang tidak kita ucapkan, melemparkan tuduhan-tuduhan pada kita. Bukankah kita tawakal pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala? la akan memuliakan kita, menolong kita dan akan bersama kita!
Perhatikanlah kehebatan tawakal Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Lembaran hidup beliau menunjukkan pada kita bagaimana ia bertawakal, Beliau Shallallahu Alaihi Wa Sallam di puncak penghinaan dan penolakan ketika di Mekkah. Kawan dekat beliau adalah shahabat yang tertindas. Saat pukulan keras dan penganiayaan pedas menghadang, siapa yang melindungi beliau? Abi Thalib dan Khadijah.
Perhatikanlah makna itu. Semua yang terjadi di dunia tidaklah sia-sia, Kita jangan mengira kalau yang terjadi di dunia itu tiba-tiba. Jangan kita menyangka duduknya kita di tempat kita duduk sekarang itu terjadi dengan tiba-tiba. Semua dengan takdir Allah Subhanahu Wata’ala.
Dalam satu tahun dua orang yang paling dicintai mati, paman yang menjaga dari kaum Qurays, dan isteri yang mendengar dan membantu beliau. Saya ingin bertanya, “Apakah hikmah dari kematian dua orang yang ia cintai dalam satu tahun? Kalau saja urusan ajal di tanganku tentu saya akan mematikan mereka setelah Fathul Mekah, bukankah begitu? Jika seseorang memegang urusan perjalanan kejadian tentu akan mematikan keduanya setelah Fathul Mekah, ketika Islam sudah menang dengan gemilang. Tetapi mengapa mereka diwafatkan ketika Nabi
sangat butuh pada keduanya? Agar Allah mengetahui tawakal beliau.
“Siapakah yang berdiri di sampingmu, wahai Muhammad? Pamanmu dan isterimu, mereka telah mati? Lalu kau punya siapa lagi selain-Ku, ya Rasulullah? Punyakah kau selain Allah?”
Terkadang, begitu cintanya Allah pada kita, la mengambil semua “sebab” yang kita telah terbiasa dengannya. Seperti mereka yang dekat di hati, atau bahkan sesuatu yang kita cintai. Ada yang meninggalkan tugas dan pekerjaan yang selama ini dilalui bersama, atau bahkan meninggal dunia. Dengan semua itu, seolah Allah ingin mengatakan kepada kita, “Wahai hamba-Ku, Aku ingin engkau datang dan berlindung hanya kepada-Ku.”
Saudaraku tercinta, makna ini indah sekali. Ketika kita tertimpa musibah, kita sangat jauh dari Allah, sehingga kita layak mengatakan, “Ya Tuhanku, Kau telah memotong semua jalanku, karena Engkau ingin aku kembali pada-Mu.”
Khadijah dan Abu Thalib diwafatkan, agar Nabi semakin tergantung kepada Allah . “Kau, wahai Muhammad, hanya bisa kembali pada-Ku, karena Aku telah mengambil semua sebab (kemenangan) bagimu.” Ketika semua jalan bagi kita telah tertutup, janganlah bersedih. Ketahuilah bahwa Allah menginginkan kita kembali pada-Nya hingga kita mengetahui Dia itu Al-Wakil.
Mari belajar dari tawakal yang Allah ajarkan pada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dari sebuah peperangan, beliau tidur di bawah pohon, sambil mengantungkan pedangnya di pohon tersebut. Tiba-tiba seorang laki
laki kafir datang menghunuskan pedang ke leher beliau. “Siapakah yang kini menghalangimu dariku?” ancamnya.
Jika seorang dari mereka menodongkan pedang ke leher kita sambil berkata, “Siapakah yang menghalangimu dariku?” sudah pasti kita aku mencium kaki orang itu karena takut, lalu kita menghinakan diri da berkata, “Aku akan mencium tanganmu… kasihanilah aku,” sambil menangis. Tapi lihat apa yang dikatakan Rasulullah, hanya satu kata.
Ia menjawab, “Allah.” Pedang di tangan laki-laki itu terjatuh
***********
Penulis: Ustadz Amru Khalid
(Disadur dari buku: Hati Sebening Mata Air, h. 117-121)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)