MUJAHIDDAKWAH.COM, MAKASSAR – Dalam acara rutin bulanan yang diselenggarakan oleh Lidmi, Ustadz Dr. Maulana La Eda, M.A., mengajak aktivis dakwah kampus untuk merefleksikan tantangan dakwah di era modern pada Kamis malam, 07 November 2024.
Acara tersebut dihadiri oleh Komunitas Dakwah Mahasiswa Indonesia (KDMI), dengan pemaparan bertajuk “Belajar dari Para Salaf: Refleksi untuk Gerakan Dakwah Kampus”.
Ketua Umum PP Lidmi, Andi Muhammad Shalihin, S.KM., M.KM., membuka acara dengan menyampaikan bahwa tantangan dakwah di zaman modern memang sangat besar.
“Namun, kita tidak boleh melupakan esensi utama dakwah, yaitu menyeru umat kepada kebaikan dan perubahan. Sesungguhnya, sejarah adalah pengulangan,” ungkapnya.
Ustadz Dr. La Eda, yang juga penulis buku 100 Ulama Indonesia di Tanah Suci dan dosen di STIBA Makassar, mengungkapkan tantangan dakwah saat ini.
“Meskipun tantangan dakwah saat ini berbeda dengan zaman para Salaf, substansi dakwah itu tetap sama, yaitu menyentuh hati manusia,” ungkapnya.
Menurutnya, meskipun zaman telah berubah, nilai-nilai agama yang harus disampaikan kepada generasi muda tetap konsisten.
“Dakwah di era modern menghadapi tantangan yang lebih kompleks, terutama dengan budaya materialistik yang berkembang pesat.
“Meskipun begitu, para aktivis dakwah kampus harus tetap fokus pada misi utama dakwah, yaitu membentuk karakter dan pola pikir yang selaras dengan ajaran Islam,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ustadz Dr. La Eda menjelaskan dua aspek utama dalam dakwah yang relevan dengan kondisi saat ini, yakni tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dan perubahan mindset.
Kedua hal ini, menurutnya, harus menjadi landasan dalam setiap aktivitas dakwah kampus, guna membangun pemahaman yang mendalam dan berlandaskan ilmu.
“Saat ini, tantangan terbesar bagi dakwah adalah bagaimana mengubah pola pikir mahasiswa yang terjebak dalam gaya hidup materialistik dan mengarahkan mereka untuk memahami Islam sebagai panduan hidup yang utuh,” tambahnya.
Sebagai solusi, Ustadz Dr. La Eda menekankan pentingnya dakwah yang berbasis ilmu dan integritas.
Ia mengingatkan bahwa meskipun jumlah penceramah semakin banyak, jumlah ulama yang mendalami ilmu agama secara mendalam semakin sedikit. Oleh karena itu, dakwah yang benar harus selalu mengedepankan keilmuan dalam setiap langkahnya.
“Para aktivis dakwah harus menjadikan ulama sebagai rujukan utama dan tidak hanya mengikuti tren dakwah yang populer. Kualitas ilmu harus lebih diutamakan daripada kuantitas ceramah,” tutupnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pengurus dan kader dakwah dari kampus-kampus seluruh Indonesia. Hasil refleksi bersama mengenai tantangan serta rencana aksi diharapkan dapat memperbaharui pendekatan dakwah yang lebih relevan.
Laporan: LMC News
Editor: Admin MDcom