Tidak Sombong
Wanita Muslimah yang jujur lagi sadar tidak akan pernah sombong, tidak merasa lebih tinggi dari wanita-wanita yang lain, tidak merasa lebih cantik, lebih kaya, lebih baik keturunannya dan lebih tinggi kedudukannya dari mereka, karena wanita Muslimah yang mendapat pancaran sinar petunjuk agama, ia mengetahui bahwa sombong dan tinggi hati di dunia akan menjadikan pelakunya diharamkan dari nikmat Allah di akhirat kelak, dan kenikmatan itu hanya diberikan kepada orang-orang yang tidak mau bersikap sombong di muka bumi,
“Negeri akhirats itu, Kamijadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan, kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa,” (Al-Qashash: 84)
Wanita Muslimah ini juga mengetahui bahwa Allah Subhanahu Wata’ala tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri,
“Dan, janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. ” (Luqman: 18)
Orang yang benar-benar merenungi dan memperhatikan nash-nash Sunah yang suci, akan merasa heran akan kesungguhan Rasulullah untuk mencabut akar-akar kesombongan dari dalam jiwa manusia, yaitu melalui larangan dan pencegahan mereka darinya serta memberikan peringatan kepada mereka agar jiwanya tidak dimasuki benih-benih kesombongan meskipun hanya sebesar biji sawi yang ditiupkan oleh setan, sebagaimana yang telah dialami oleh orang-orang sombong yang mereka diharamkan Allah untuk masuk ke surga. Seperti yang dijelaskan hadits berikut ini,
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar atom kesombongan. Lalu seseorang berkata, “Sesungguhnya orang laki-laki senang agar pakaian dan sandalnya bagus. “Maka beliau pun bersabda, Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan Kesombongan itu menolak kebenaran dan menghinakan orang lain. (HR. Muslim)
Dari Haritsah bin Wahab Radhiallahu Anhu, dia menceritakan, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda,
“Penghuni neraka? Yaitubsetiap orang yang kasar, orang yang berjalan dengan membusungkan dada, dan orang yang sombong. ” (Muttafaq Alaih)
Cukuplah bagi wanita-wanita yang sombong, merasa tinggi sendiri, dan membanggakan diri sendiri atas wanita yang lain mendapatkan kehinaan yang dijanjikan oleh Allah di akhirat kelak, diharamkan dari pandangan-Nya dan tidak diajak bicara oleh-Nya serta tidak disucikan. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan kehinaan yang paling hina. Rasulullah telah bersabda, “Allah tidak akan melihat pada hari Kiamat kelak orang yang menjulurkan kainnya karena sombong.” (Muttafaq Alaih).
Beliau juga bersabda,
“Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat kelak, tidak disucikan dan tidak dipandang, dan bagi mereka siksa yang amat pedih, vaitu: Kakek-kakek yang berbuat zina, raja yang suka berdusta, dan orang miskin yang somborng.” (HR. Muslim)
Yang demikian itu karena sifat sombong itu hanya kepunyaan Allah dan bukan milik umat manusia, makhluk yang lemah. Setiap orang vang di dalam dirinya bercokol sifat sombong berarti dia telah menginjak-injak maqam Uluhiyah dan menandingi salah satu sifat sang Pencipta yang Maha Agung serta akan mendapatkan kehinaan dan siksa yang amat pedih di akhirat, sebagaimana yang dijelaskan hadits berikut ini,
“Allah Subhanahu Wata’ala berfirman, ‘Keperkasaan itu adalah kain sarung-Ku dan kesombongan adalah rida’-Ku, barangsiapa menandingi salah satu dari keduanya, maka Aku akan menyik-sanya’. ” (HR. Muslim)
Beranjak dari hal ini bermunculan pula nash-nash sunnah secara silih berganti yang mengingatkan orang-orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan untuk tidak mengenakan baju kesombongan supaya mereka tetap berada dalam keselamatan dari sifat yang sangat tercela tersebut dan terhindar dari ketergelinciran padanya.
Di antara nash-nash yang memberikan peringatan tersebut adalah,
“Barangsiapa yang mengagung-agungkan dirinya sendiri, atau sombong dalam berjalan, maka dia akan menemui Allah sedang Dia sangat marah kepadanya. “(HR. Bukhari)
Senantiasa Bertawadhu
Tidak heran bila wanita Muslimah yang diselimuti oleh petunjuk agamanya senantiasa tawadhu’ (merendahkan diri), lemah lembut, lapang dada, dan penuh toleransi. Yang demikian itu karena di samping mendapatkan nash-nash yang memberikan ancaman yang berat bagi orang- orang yang sombong, diajuga mendapatkan nash-nash yang menganjurkan untuk selalu bertawadhu’, yang menjanjikan bagi setiap orang yang bertawadhu’ karena Allah akan diangkat ke derajat yang lebih tinggi dan diberikan kehormatan dan kemuliaan, seperti yang disebutkan Rasulullah dalam haditsnya berikut ini,
“Tidaklah seseorang itu tawadhu’ karena Allah, melainkan Allah akan mengangkatnya. ” (HR. Muslim)
Juga sabdanya,
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu’ sehingga tidak ada seorang pun merasa sombong atas yang lainnya, dan tidakpula seseorang berbuat zhalim atas orang lain.” (HR. Muslim)
Wanita Musimah yang benar-benar mendalami sirah Nabi akan menemukan kepribadian yang agung sebagai contoh yang hidup dan sangat istimewa dalam hal bertawadhu’, lemah lembut, bersahaja, berakhlak mulia, dan berlapang dada, sampai-sampai pada saat beliau berjalan melewati anak-anak yang sedang bermain berhenti seraya mengucapkan salam sembari melontarkan sebuah candaan. Sikap tawadhu’ ini tidak terhalang oleh karena kedudukannya sebagai Nabi, pemegang kendali kepemimpinan dan tidak juga kedudukannya yang tinggi.
“Telah disebutkan olehAnas bin Malik, bahwa Rasulullah pernah berjalan melewati anak-anak, maka beliau pun mengucapkan salam, Kemudian Anas berkata, Nabi senantiasa melakukan hal seperti itu’.” (Muttafaq Alaih)
Masih menurut riwayat Anas bin Malik , bahwa di antara sikap tawadhu’ Nabi , terlihat ketika seorang hamba sahaya wanita Madinah memegang tangan nabi, lalu dia membawa beliau ke mana saja yang dikehendakinya untuk memenuhi kebutuhannya. (HR. Bukhari).
Tamim bin Usaid pernah datang ke Madinah untuk bertanya tentang hukum-hukum Islam. Untuk menemui Rasulullah , orang asing yang berkemauan keras ini dan orang pertama di daulah Islamiyah tidak mendapatkan pagar dan penjaga, tetapi dia melihat Rasulullah sedang berkhutbah di atas mimbar. Kemudian Tamim maju ke depan untuk mengajukan pertanyaan. Rasulullah sendiri menyambutnya dengan senang, dengan sikap tawadhu’ dan lemah lembut serta menjawab pertanyaannya itu dengan seksama. Mari kita dengarkan Tamim bin Usaid menceritakan hal itu kepada kita melalui sebuah riwayat berikut ini, Tamim menceritakan,
“Aku sampai kepada Rasulullah pada saat beliau sedang berkhutbah, lalu aku bertanya, Wahai Rasulullah, seorang asing datang untuk menanyakan beberapa mengenai agamanya, karena dia tidak tahu apa agamanya? Maka Rasulullah pun menyambutku dan meninggalkan khutbahnya, lalu disodorkan kursi dan beliau duduk di atasnya untuk mengajarkan kepadaku apa yang diajarkan Allah kepadanya. Setelah itu beliau kembali melanjutkan khutbahnya sampai selesai.” (HR. Muslim)
Rasulullah telah menanamkan ke dalam jiwa para sahabat akhlak tawadhu’ yang dibangun di atas sikap toleransi dan kelembutan. Yaitu dengan memberikan contoh langsung melalui kesediaannya menghadiri undangan orang-orang miskin serta menerima hadiah mereka meskipun hadiah itu sedikit, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut ini,
“Seandainya aku diundang untuk makan kaki atau lengan kambing. niscaya aku akan menghadirinya. Dan, seandainya aku diberi hadiah kaki atau lengan kambing, niscaya aku akan menerimanya.” (HR. Bukhari)
Saudariku, begitu indah gambaran dari sifat tawadhu’, Dan begitu agung kemanusiaan di puncaknya yang paling tinggi!
**********
Penulis : Syaikh Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi
(Di Sadur Dari Buku Jati Diri Wanita Muslimah, h. 371-375)
Demikian Semoga Bermanfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)