Pada dasarnya, ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim adalah ditujukkan untuk Allah semata-mata, bukan untuk selainnya. Siapa yang beribadah karena selain Allah, maka ia telah berbuat syirik, yang mana pelakunya diancam dengan keharaman masuk ke dalam surga, ia kekal di neraka selama-lamanya.
Barang siapa melakukan ibadah tapi niatnya untuk mendapat Rezki duniawi semata, bukan karena mengharap apa yang dijanjikan oleh Allah Azza wajalla, maka ia telah melakukan sesuatu yang bisa membinasakan dirinya. Allah Azza wajalla berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)
Artinya: “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 15-16)
Adapun berniat melalukan ibadah dengan mengharap wajah Allah juga berharap mendapatkan hadiah atau rezki duniawi, maka para ulama membolehkannya dengan syarat niat ibadah yang ditujukkan untuk Allah lebih besar daripada keinginan mendapatkan rezki duniawi.
Hal ini berdasarkan banyak dalil di dalam Al-Qur’an ataupun hadits-hadits Nabi Shallalllahu ‘alaihi wasallam. Satu diantara dalil yang begitu banyak itu adalah sabda Nabi Shallalllahu ‘alaihi wasallam:
من أحب أن يبسط له في رزقه وان ينسأ له في أثره فليصل رحمه
Artinya: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahim.” (HR. Bukhari)
Syaikh Abdullah bin Abdirrahman al-Bassam rahimahullah berkata:
وفي الحديث دليل على أن قصد العامل يترتب على عمله من ثواب الدنيا ولا يضره إذا كان القصد وجه الله تعالى والدار الآخرة فإن الله تعالى بحكمته رتب الثواب العاجل والآجل ووعد بذلك العاملين
“Pada hadits ini menunjukkan bahwa niat seorang beramal terdapat padanya keinginan duniawi. Hal itu tidak memberikan mudharat padanya jika niat ketika ia melakukan ibadah (lebih besar) karena Allah dan negri akhirat. Sebab Allah dengan hikmahNya yang luas telah mengatur balasan bagi orang yang beramal, balasan yang dipercepat dan balasan yang ditunda. Allah telah menjanjikan itu kepada mereka yang beramal.” (Taudhihul Ahkam: 3/549)
Diantara contoh hal ini adalah:
1. Seorang yang berpuasa karena Allah juga dengan niat ingin menyehatkan badan dan menurunkan berat badannya.
2. Seorang yang mengajarkan ilmu agama dengan niat mendapat pahala dari Allah dan mendapat rezki dari hasil mengajar agama itu.
3. Seorang yang beristighfar untuk mendapatkan anak dan dilapangkan rezkinya.
4. Seorang yang menjadi imam sholat dengan mengharapkan pahala yang besar dari Allah juga mengharap adanya gaji bulanan dari ibadahnya sebagai imam sholat.
5. Seorang yang berkhutbah dengan niat karena Allah juga adanya niat mendapatkan balasan kebaikan dari masyarakat.
6. Seorang berhaji dengan niat ibadah kepada Allah dan juga berdagang.
7. Seorang yang menyebarkan ilmu agama dengan niat karena Allah dan niat iklan jualan di media sosial. Sebagaimana yang anda baca ini. Penulis adalah seorang pedagang kambing.
***********
Penulis: Muhammad Ode Wahyu al-Munawy, SH.
(Pembina Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an an-Nail, Alumni STIBA Makassar dan Kontributor mujahiddakwah.com)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah