MUJAHIDDAKWAH.COM, MAROS – Di bawah terik matahari awal November, lahan hijau milik Pondok Pesantren Daarul Hijrah di Tanralili, Maros kembali hidup. Para santri berbaris rapi, menanam bibit singkong merah dengan senyum penuh semangat.
Inilah musim tanam kedua program Pesantren Berdaya dari Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang telah terbukti membawa manfaat nyata bagi pesantren dan masyarakat sekitar.
Pada masa tanam pertama, hasilnya melampaui harapan. Panen singkong bukan hanya mengembalikan modal pupuk dan traktor, tetapi juga membuka ruang belajar baru bagi para santri.
“Singkong ini tidak hanya menghasilkan uang. Santri belajar memanfaatkan hasilnya menjadi keripik, kolak, bahkan taraju. Mereka belajar wirausaha dari tanah sendiri,” ujar Muhammad Robianto, penanggung jawab program.
Suasana pondok kini terasa lebih hidup. Setiap kali ada tamu datang, olahan singkong menjadi sajian khas. Ketua DPD Hidayatullah Maros, Ustadz Muhammad Kaisar, menyebut hasil kebun itu sebagai berkah yang mengalir.
“Alhamdulillah, singkong ini tidak hanya tumbuh di lahan, tapi juga di hati para santri. Mereka merasakan hasil dari kerja tangan sendiri,” tuturnya hangat.
Ketua Laznas BMH, Kadir, melihat potensi besar di balik kesuksesan kecil ini. Ia berharap program serupa bisa melibatkan masyarakat lebih luas.
“Kalau bisa, jangan berhenti di satu hektar. Mari bentuk kelompok tani agar warga sekitar juga berdaya,” katanya penuh semangat.
Dari tanah pesantren yang dahulu sepi, kini tumbuh harapan baru. Singkong merah itu bukan sekadar tanaman, melainkan simbol kemandirian dan keberkahan. Seperti firman Allah dalam QS. An-Nahl: 11.
“Dia menumbuhkan bagi kamu tanam-tanaman yang menghasilkan makanan.” Dari akar yang sederhana, tumbuhlah generasi yang berdaya dan bersyukur.
Laporan: Humas BMH






















































































