MUJAHIDDAKWAH.COM, NAZARETH – Perusahaan Penyiaran Israel melaporkan bahwa anggaran umum negara penjajah Israel untuk tahun depan termasuk alokasi 160 miliar shekel (sekitar 44 miliar dolar) sebagai biaya keamanan dan perang.
Anggaran tersebut diperkirakan akan diputuskan melalui pemungutan suara di hadapan Knesset Israel minggu depan, di tengah defisit sebesar 4%, karena biaya perang sejauh ini telah melebihi 68 miliar dolar.
Pihak berwenang mengutip Menteri Keuangan pendudukan Israel, Bezalel Smotrich, yang mengatakan bahwa usulan anggaran tersebut juga mencakup 44 miliar shekel (sekitar $11 miliar) untuk kebutuhan sipil dan 20 miliar shekel (sekitar $5,5 miliar) untuk rekonstruksi.
Menurut Smotrich, 9 miliar shekel dialokasikan untuk tentara cadangan dan 10 miliar shekel untuk mereka yang mengungsi dari kota-kota mereka yang berbatasan dengan front selatan dan utara negara tersebut. Sementara 1,4 juta shekel akan dibelanjakan untuk layanan kesehatan sosial dan mental. Belum lagi pencairan kompensasi sebesar 16 miliar syikal kepada perusahaan.
Pihak berwenang menyatakan bahwa satu miliar shekel lagi kemungkinan akan dialokasikan untuk pertumbuhan sektor teknologi tinggi, dan dua miliar shekel lagi untuk memajukan sektor real estat, dan dua miliar shekel tambahan akan dialokasikan untuk memperkuat tim penjaga di kota-kota dan memperkuat sistem keamanan.
Smotrich menilai bahwa mata uang shekel akan semakin kuat meskipun perang telah berlangsung selama hampir 11 bulan, dan bahwa pasar saham “sedang meningkat.”
Meskipun ia mencatat bahwa tingkat investasi di bidang teknologi tinggi meningkat sejak munculnya virus Corona, dan ada peningkatan pendapatan pajak sebesar $23 miliar. Tingkat pengangguran di negara tersebut telah turun menjadi 2,8%.
Surat kabar berbahasa Ibrani “Haaretz” menyoroti “efek negatif” akibat agresi Israel di Jalur Gaza, 11 bulan lalu terhadap perekonomian Israel, berdasarkan terungkapnya penutupan sejumlah perusahaan startup di wilayah pendudukan Israel.
Surat kabar tersebut menjelaskan, “Banyak perusahaan rintisan (startup) di Israel telah ditutup, atau dikurangi kegiatannya dalam satu tahun terakhir, terutama dalam beberapa bulan terakhir,”. Sejumlah investor telah mundur dari investasinya, karena kondisi keamanan dan ketidakpastian ekonomi dan politik.
Sumber: Infopalestina
Editor: Admin MDcom