MUJAHIDDAKWAH.COM, MAKASSAR – Sehari setelah melepas para alumni untuk menjalani tugas di daerah masing-masing, Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar mengawali babak baru perkuliahan dengan menggelar Kuliah Perdana, di Masjid Anas bin Malik, Antang Kota Makassar, Senin (28/08/2023).
Acara yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa, termasuk mahasiswa baru, serta para dosen dan tenaga kependidikan ini, menandai dimulainya Tahun Akademik 1445—1446 H/2023—2024 M.
Dalam sambutan pembuka, Ketua STIBA Makassar Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. mengungkapkan betapa pentingnya nikmat iman dan Islam. Dengan dua nikmat tersebut, seseorang dapat mengetahui posisinya sebagai hamba Allah, tahu visi dan misi, serta tujuannya diciptakan Allah di atas muka bumi.
“Rasa syukur kita bertambah karena dari sekian banyak orang yang ber-Islam dan beriman, kita dipilih Allah untuk berada di jalan ilmu. Di mana ilmu merupakan sebuah kebutuhan, bahkan seperti kata ulama, kebutuhan akan ilmu seperti kebutuhan kita akan udara,” ujar Ustaz Akhmad.
Salah satu tujuan utama dari upaya peningkatan pengetahuan adalah mengatasi kebodohan, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Dalam konteks pendidikan, Ketua STIBA Makassar menegaskan pentingnya semangat para dosen dan pengelola institusi untuk terus menyebarkan ilmu kepada para mahasiswa. Ia juga menekankan bahwa rencana strategis STIBA Makassar lima tahun mendatang adalah meningkatkan reputasinya, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional.
Tantangan dalam mengelola sebuah institusi pendidikan juga diakui oleh Ustaz Akhmad. Oleh karena itu, ia menegaskan komitmen untuk memantapkan karakter para mahasiswa. Pusat Pembinaan Karakter dan Kepesantrenan akan didirikan sebagai upaya konkret dalam penguatan karakter dan moralitas mahasiswa.
Model pendidikan berasrama yang terbukti efektif dalam pembinaan juga akan terus dipertahankan sebagai salah satu pendekatan terbaik dalam membentuk generasi penerus.
“Kita pertahankan model pendidikan berasrama karena kita yakini ini salah satu model pembinaan terbaik generasi yang sesuai dengan visi misi kita,” pungkasnya.
Ketua Senat Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. turut menyampaikan sambutan sekaligus membuka Kuliah Perdana di tahun ajaran baru ini. Dalam sambutannya Ustaz Yusran mengatakan bahwa seorang mukmin senantiasa hidup dalam kehidupan yang baik, meskipun mungkin terlihat miskin atau hidup serba susah.
“Bagi mahasiswa baru, pengalaman di kampus mungkin berbeda dan ada aturan yang harus diikuti. Meskipun aturan terkadang sulit, tidak ada niat untuk menyusahkan. Aturan dibuat sebagai petunjuk hidup. Ada juga yang sudah lama hidup di pesantren dan mungkin merasa jenuh, tetapi setiap tempat dan waktu memiliki perbedaan masing-masing,” terangnya.
Ustaz Yusran menceritakan bahwa terkadang para dosen merasa putus asa dengan beberapa mahasiswa yang sulit diatur atau suka membuat masalah, tetapi ternyata mereka juga bisa menyelesaikan studinya. Bahkan faktanya, sebagian dari mereka justru lebih semangat dalam menjalankan dakwah daripada mahasiswa yang terlihat sopan dan rajin di kelas.
Oleh karena itu, kepada para dosen, Ustaz Yusran berpesan untuk tidak bosan dalam membina mereka, karena salah satu dari mereka bisa saja akan menarik tangan mereka masuk surga.
“Kita tidak tahu dengan cara bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkan kita ke surga-Nya. Oleh karena itu, selama ada kesempatan berbuat kebaikan, buatlah kebaikan itu, tanamlah kebaikan,” ujar Ustaz Yusran.
Hadir sebagai pembicara pada Kuliah Perdana kali ini ialah Ustaz Dr. Khoirul Umam, M.Ec., Wakil Rektor III Universitas Darussalam Gontor yang dikenal telah memiliki pengalaman yang panjang dalam dunia kepesantrenan.
Dengan pengalaman dan keahliannya ini, Ustaz Khoirul memberikan wawasan seputar tema “Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikan Tinggi ala Pesantren”. Membahas tentang pentingnya membangun karakter yang kuat melalui pendidikan tinggi dengan mengadopsi nilai-nilai pesantren.
“Sistem pendidikan pesantren dikenal dengan pendidikan yang holistic, integratif, bahkan tauhidik. Artinya ada kesatuan iman, ilmu dan amal, kesatuan antara aqidah, syariah dan akhlak, termasuk olah dzikir, olah pikir, olah rasa dan olahraga,” terangnya.
Kuliah Perdana kali ini menjadi awal yang baik untuk terus mengembangkan karakter para mahasiswa sekaligus potensi akademik mereka. STIBA Makassar berharap bahwa langkah ini akan membawa dampak positif bagi dunia pendidikan khususnya bagi civitas academica STIBA Makassar.
Laporan: Humas STIBA
Editor: Admin MDcom