Berbicara tentang dunia tentu tidak jauh dari kesenangan duniawi baik harta, wanita, bahkan tahta sehingga tak jarang manusia terjerumus dalam kesenangan yang semu tersebut.
Begitu banyak orang rela menjadi budak dunia seakan-akan kehidupannya akan abadi, rasa kecintaan tersebut mendorongnya untuk berbuat maksiat. Sebagaimana hadist Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam berikut:
أَبِى هُرَيْرَةَ الَ الَ لُ اللَّهِ -صلى الله ليه وسلم- « الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ الْكَافِرِ »
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang percaya dan surga bagi orang kafir.” (HR.Muslim no.2392).
Dari sabda beliau diatas dapat kita simpulkan bahwa seharusnya hakikat hidup seorang muslim yang menjadi tujuan utama kita ialah kehidupan akhirat.
Ada satu kisah, dimana pada saat itu, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Tsauban Radhiallahu’anhu oleh Imam Abu Daud bahwa Nabi Shalallahu’alaihi wasallam menggambarkan kondisi umat Islam di masa sepeninggal beliau.
Beliau berkata, “Sebentar lagi sejumlah kalangan akan mengerubuti kalian sebagaimana orang-orang yang sedang lapar mengerubuti hidangan.”
Sungguh satu gambaran yang memilukan dan menghentak hati banyak orang. Umat Islam menjadi santapan dan makanan yang dikerubuti banyak orang. Karenanya para sahabat yang berkumpul itu pun bertanya, “Apakah itu terjadi karena jumlah kita yang sedikit ketika itu wahai Rasulullah?”
Beliaupun menjawab, “Tidak. Jumlah kalian banyak. Namun kalian laksana buih seperti buih di lautan. Allah cabut dari dada musuh rasa gentar kepada kalian dan Allah tanamkan pada diri kalian sifat lemah (wahn).”
Penjelasan Nabi di atas membuat sahabat semakin heran. Tidak terbayang umat Islam yang saat itu sedang kuat dan berjaya, pada masa selanjutnya akan menjadi lemah tidak berdaya. Maka, mereka bertanya, “Apa yang dimaksud dengan lemah (wahn) tersebut?” “Cinta dunia dan takut mati,” jawab beliau.
Dari kisah tersebut kita ketahui bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan bagi manusia dan bukan untuk dimiliki, meskipun dengan waktu singkatnya, kehidupan dunialah yang akan menentukan tempat kita kelak karena sejatinya waktu kita didunia adalah waktu untuk mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang abadi (akhirat). Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۚ وَاِ لَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ
Artinya: “Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan hanya kepada Allah-lah kembali (seluruh makhluk).” (QS. An-Nur 24: Ayat 42).
Dunia sangat jauh sedangkan akhirat sangat dekat. Kita tak pernah tau apakah hari ini atau bahkan detik ini akan menjadi waktu terakhir kita berada didunia, sehingga sebagai seorang muslim hendaklah jadikan kematian berada pada pelupuk mata kita.
Maka dari itu, segeralah kita bermuhasabah diri dan bertaubat kembali menuju Allah, bertaubat dengan sungguh-sungguh serta mengusahakan diri dalam ketakwaan. Janganlah menjadi orang-orang yang melampaui batas.
Ibnul Qayim rahimahullah berkata, “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan), yaitu kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir.”
***********
Penulis: Try Aulia
(Pengurus FMDKI & TIM FMDKI News)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)