MUJAHIDDAKWAH.COM, MAKASSAR – Ikatan Pelajar Muslimah Indonesia (IPMI) sukses menggelar Workshop Jurnalistik dengan tema “I Am a Journalist, Muslimah Menulis untuk Menginspirasi”. Kegiatan yang berlangsung selama sebulan ini dilaksanakan secara virtual dengan menghadirkan praktisi media Islam, Founder Mujahid Dakwah sekaligus Pembina Daar Al-Qalam, Ustadz Muhammad Akbar, S.Pd., M.Pd, kegiatan ini dilaksanakan selama 8 kali pertemuan mulai tanggal 29 Oktober sampai 20 November.
Ketua Infokom IPMI Pusat, Rezky Hidayanti mengungkapkan bahwa kegiatan ini menjadi bekal pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan selama berjalannya workshop tersebut dan mampu melakukan gerakan dakwah literasi secara kolektif.
“Masya Allah, banyak sekali ilmu terkait Jurnalistik Islam yang telah didapatkan dari awal pertemuan hingga hari ini, ini merupakan awal untuk kita bergerak secara kolektif sebagai Tim Jurnalis IPMI ke depannya, mengimplementasikan apa yang sudah didapatkan dengan komitmen dan rasa tanggung jawab dalam kerja-kerja dakwah digital,” tuturnya.
Founder Mujahid Dakwah tersebut mengatakan bahwa peran media dan berita begitu besar terutama di era digital, di mana informasi dengan sangat mudah tersebar dengan luas. Sehingga jurnalis muslim harus memiliki peran dalam menebarkan kebaikan kepada masyarakat.
“Ada beberapa peran penting dari media hari ini begitupun dengan berita diantaranya sebagai amar ma’ruf (mengajak kepada kebaikan) dan mencegah dari segala kemungkaran. Latar belakang pentingnya berita dan jurnalis muslim adalah sebagai penyampaian aspirasi ummat, kerusakan secara universal, kurangnya media Islam, banyaknya media yang merusak dan menyerang Islam bahkan berita hari ini bisa menjadi tolak ukur kebenaran walaupun itu adalah kebohongan,” jelasnya.
Ustadz Muhammad Akbar juga menjelaskan beberapa karakteristik yang harus dijadikan acuan bagi para wartawan, utamanya seorang jurnalis muslim dalam menuliskan sebuah berita.
“Karakteristik yang pertama adalah mengabarkan kebenaran, inspirasi, dan harapan. Di dalam menulis atau memuat suatu berita ada kebenaran, ada inspirasi, ada harapan yang kemudian tersampaikan melalui berita tersebut kepada masyarakat. Kedua adalah mengubah dan memperbaiki cara pandang. Ketiga adalah menjauhi fitnah, ghibah, kebohongan serta menggunakan narasi-narasi persatuan bukan pertikaian dan perpecah belahan,” tegasnya.
Dalam pemaparannya di sesi materi pertemuan 7 (Sabtu, 19/11/2022) yang berjudul “Jurnalisme Profetik” beliau menyampaikan bahwa Jurnalis Muslim adalah pelanjut tugas-tugas kenabian dalam menyampaikan wahyu kepada manusia. Begitupun dengan berita yang sajikan harus mengedepankan sikap crosscheck (tabayyun) yang merupakan hakikat kejurnalistikan.
“Jurnalis muslim adalah pelanjut risalah kenabian, menyadarkan manusia agar beriman kepada Alllah, menyeru agar berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran, serta mencerahkan manusia dengan ilmu dan iman. Seorang Jurnalis Profetik juga senantiasa memiliki budaya crosscheck yang sangat ketat dalam menyajikan informasi, harus sesuai dengan sifat-sifat kenabian yakni Fathanah, Shiddiq, Amanah dan Tabligh,” ungkapnya.
Pembina Daar Al-Qalam tersebut juga menambahkan bahwa QS. Al-Hujurat (ayat 6) merupakan konsep (pedoman) dalam menyampaikan informasi, semua informasi-informasi yang ada dan bahkan sampai kepada Nabi adalah pesan-pesan yang harus disampaikan kepada manusia agar mereka meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Reporter: Rezky
Editor: Muh Akbar