MUJAHIDDAKWAH.COM, MAKASSAR – Dalam momentum Hari Raya Idul Adha 1443 H, Ketua Umum Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia, Asrullah, S.H, M.H mengajak seluruh elemen bangsa untuk menguatkan unit keluarga
“Keluarga adalah unit terkecil di dalam membangun suatu masyarakat. Kuatnya suatu masyarakat sangat ditentukan kuatnya keluarga yang ada di dalamnya. Begitupun kuatnya suatu agama, kuatnya suatu bangsa dan negara sangat ditentukan dari kuatnya keluarga yang ada di dalamnya,” ucapnya saat menyampaikan khutbah Idul Adha 1443 Hijriah di Masjid Nurdin Al Yaqin, Makassar, Ahad (10/7/2022).
Asrullah juga mengatakan dalam keluarga menjadi tempat berpadunya cinta, jiwa dan terciptanya generasi pelanjut pembangunan.
“Didalam keluarga akan senantiasa berpadu cinta, kepadanya saling tertaut jiwa dan darinya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan generasi manusia yang akan terus melanjutkan estafet pembangunan sepanjang masa,” Katanya.
Menurutnya, hancurnya suatu bangsa adalah awal hancurnya suatu negara dan itu dimulai dari hancur dan runtuhnya bangunan yang ada di keluarga.
Ia juga mengatakan bahwa momen idul Adha harus kita transformasikan menjadi spirit perjuangan dengan pengorbanan yang besar dalam melalukan gerakan islahul ummah. Terus mengokohkan semangat juang keagamaan agar mampu mewujudkan masyarakat yang beradab dan bertamadun.
“Sebagai mahasiswa dan aktivis yang bergerak dalam domain dakwah didunia kampus, sudah seharusnya selalu mengkampanyekan dan menggalakkan secara konsisten ide pengintegrasian antara nilai nilai agama dalam bernegara dan nilai nilai nasionalisme dalam tubuh aktivis dakwah. Sehingga akan lahir seorang aktivis yang memiliki jiwa pemersatu kebangsaan dan keagamaan yang selalu relevan dengan zamannya,” tegasnya.
“Mari menjadi generasi yang menterjemahkan platform bernegara kita Pancasila secara utuh, sebab pancasila mengandung dasar, tujuan bernegara sekaligus tujuan beragama,” tambahnya.
Asrullah juga mengajak seluruh pribadi ayah meneladani dan belajar dari bapak para Nabi yang mulia Ibrahim Alaihi salam. Sebagai sosok ayah yang berhasil mendidik keluarganya menajdi generasi terbaik.
“Marilah kita belajar dari pribadi yang mulia ini, dimana di zamannya nabi Ibrahim menghadapi berbagai macam masalah, yang mungkin permasalahan beliau jauh lebih berat dari apa yang kita hadapi saat ini. Yang saat beliau telah berhadapan dengan rezim pemuja berhala, kelompok manusia yang tidak memahami kekuatan logika atau kekuatan akal, dan hanya menggunakan kekuatan dan kekuasaan yang dimilikinya. Nabi Ibrahim bahkan rela dibakar hidup-hidup demi mempertahankan tauhid, demi mempertahankan agamanya yang mulia. Nilai ini dipertahankan dan juga diwariskan kepada anak keturunannya,” pungkasnya.
Laporan: Muhas
Editor: Muh Akbar