Bulan November bagi kita di Indonesia terdapat hari Guru Nasional yang ditetapkan oleh pemerintah, tepatnya pada 25 November yang lalu. Hari untuk memperingati dan mengenang kembali tentang jasa besar seorang guru dalam melakukan pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam catatan sejarah, sederet peristiwa tentang kiprah dan perjalanan seorang guru dalam menjalankan tugas pengabdiaanya. Bahkan rela meninggalkan kampung halaman dan keluarga mereka untuk bisa mendidik generasi ini.
Bukankah kita juga adalah seorang murid dari puluhan bahkan ratusan guru yang telah mendidik kita, baik tingkatan SD, SMP, SMA bahkan sampai perguruan tinggi. Lihatlah bagaimana perjuangan, kiprah dan pengorbanan para guru-guru kita, mereka rela menembus hujan yang deras di bawa payung dan bahkan daun pisang bagi kita yang hidup di daerah utamanya tahun 90-an dan sebelumnya.
Ketulusan dan keihklasan mereka begitu nampak dalam wajah dan pengorbanan mereka, yang pada masa-masa itu gaji bagi guru-guru kita sangat kecil jauh berbeda dengan apa yang disarakan hari ini.
Tentu, ucapan terima kasih yang tak terhingga bagi guru-guru kita yang telah mendidik dan mengajari kita membaca, menulis dan beprestasi serta menjadi manusia yang berakhlak dan berilmu. Semoga Allah membalas jasa-jasa mereka yang lebih baik dan menjadikan ilmu yang mereka ajarkan menjadi amal jariah untuk kehidupan akhirat kelak. Aamin..
Profesi keguruan adalah sebuah profesi yang mulia, keputusan yang tepat telah engkau ambil ketika engkau memilih mengemban profesi yang mulia ini. Memikul beban dan amanah yang begitu besar untuk membangun dan mencetak generasi umat ini.
Sebuah kesalahan besar dilakukan oleh orang yang mengira bahwa mengajar hanyalah sebuah profesi resmi. Pandangan seperti ini adalah kezhaliman dan pelecehan besar yang telah meremehkan kedudukan seorang guru.
Semua profesi dan martabat yang tinggi seperti hakim, pemimpin, dokter, pengacara dan lainnya. Mereka semua meraih segalanya itu setelah melewati jembatan pendidikan dan menyeberangi gerbang belajar. Tanpa ragu mereka pernah mempunyai guru-guru dan mereka pasti menemukan guru yang ikhlas mengajar dan mendidik mereka.
Hal ini telah disampaikan oleh Pakar Pendidikan dalam dunia Islam Dr. Muhammad Abdul Alim Marsi bahwa, “Sesungguhnya para penguasa dunia, politikus besar, pemegang keputusan-keputusan penting, mereka pasti melalui jenjang pendidikan yang panjang dan sulit. Para guru ikut berperang di dalamnya, masing-masing guru memberi bekas pada salah satu sisi pemikiran mereka atau salah satu kepribadian mereka. Bukan suatu keharusan bagi mereka para penguasa, pemimpin umat dan pemegang kebijakan untuk melwati klinik para dokter atau kantor para insinyur atau para pengacara atau para dokter atau para akuntan. Akan tetapi sebaliknya, para dokter, insinyur, pengacara, apoteker, akutan dan lain-lainnya, pasti telah melewati sentuhan tangan seorang guru. Karena mereka adalah hasil usaha, jerih payah dan pendidikannya.
Sesungguhnya para guru berkhidmat kepada seluruh manusia. Mereka meninggalkan bekas mereka di setiap lingkungan yang mereka terjuni. Sebagaimana pengaruh mereka terhadap kehidupan dan masa depan beberapa orang yang akan terus berlangsung bersama orang-orang tersebut bertahun-tahun, bahkan bisa jadi selama hayat masih dikandung badan. Para guru itu berperan dalam mencetak kehidupan setiap orang yang pernah mengecap bangku sekolah. Para guru membentuk kepribadian mereka para pemimpin masyarakat, para politikus, militer, pemikir dan praktisi dibidang-bidang kehidupan yang lainnya.” (Al-Muallim Wal Manahij Wa Thuruqit Tadris, 14-15).
Guru adalah merupakan peletak batu pertama atas segala yang dicapai oleh murid-muridnya kelak. Guru mengajar orang kecil dan besar, menyiapkan semua, mencetak dan membangun semua. Sebagian dari mereka mencapai apa yang guru tidak capai, akan tetapi gurulah yang menjadi peletak batu pertamanya.
Pengaruh guru terbentang luas di luar pagar sekolah, keberhasilan seorang guru dalam memberikan pelajaran terhadap murid-murid mereka menembuk tembok dan pagar sekolah yang hal ini tidak diketahui oleh semua orang. Seorang guru yang tulus dan ikhlas pasti akan menemui satu dari ratusan siswanya yang membawa gagasan-gagasan. Siswa tersebut mungkin lebih bersemangat terhadap gagasan itu melebihi gurunya.
Begitu pentingnya seorang guru membawa gagasan dan cita-cita yang tinggi kepada murid-murid mereka, yang mungkin sang guru tersebut belum maksimal dalam menggapai gagasan itu. Maka bisa jadi sang muridlah yang akan mewujudkan gagasan gurunya tersebut.
Bukankah kebaikan yang ditinggalkan seorang guru kepada murid-murid mereka, akan menjadi amal jariyah yang pahalanya tidak akan terputus selama orang mendapatkan kebaikan dan manfaat darinya. Sebagaimana dalam hadits dikatakan;
Artinya: “Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu maka dia memperoleh pahala orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala pelakunya.” (HR. Ibnu Majah, 240).
Mengajar dan menebarkan ilmu kepada masyarakat dan bahkan melahirkan generasi untuk melanjutkan kebaikan adalah amalan mulia bagi seorang muslim. Apatah lagi, jikalau mereka telah berpindah kehidupan dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Tinggal menunggu hasil dari kebaikan dan ilmu yang telah mereka ajarkan kepada murid-murid mereka dan masyarakat yang mendapat manfaat dari apa yang telah mereka lakukan dan ajarkan semasa hidupnya.
Artinya: “Di antara amal dan kebaikan yang menyusul seseorang sesudah matinya adalah ilmu yang dia ajarkan dan sebarluaskan, anak shalih yang dia tinggalkan, mushaf yang dia wariskan atau masjid yang dia dirikan atau rumah yang dia dirikan untuk ibnu sabil atau sungai yang dia alirkan atau sedekah yang dia keluarkan dari hartanya pada waktu dia sehat dan hidup, ia menyusulnya sesudah kematiannya.” (HR. Ibnu Majah, 242).
Selain memiliki tugas dan amanah yang besar dalam mendidik, seorang guru juga dituntut melahirkan keteladanan dalam proses pengajarannya. Sebagai role model yang siap di gugu dan di tiru oleh muridnya. Baik ucapan dan perbuatannya. Karena keteladanan adalah salah satu model pendidikan terbaik dalam melahirkan generasi yang beradab.
Sehingga menjadi masalah besar, ketika seorang guru gagal menjadi teladan bagi murid-murid mereka. Maka inilah yang kita hadapi sekarang ini, guru krisis keteladanan. Sangat sulit kita jumpai guru yang ideal untuk dijadikan teladan oleh murid-murid mereka, baik dalam bentuk perbuatan atau ucapan mereka. Maka, tidak salah jika muncul ungkapan, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.“
Olehnya itu, guru harus menjadi teladan terbaik bagi murid dan siswa mereka. Menjauhi segala perbuatan buruk dan sikap negatif dalam dirinya. Keteladanan guru yang paling utama adalah persoalan adab, sehingga guru bukan sekedar mengajar ilmu tapi juga menanamkan nilai-nilai adab dan akhlak mulia kepada murid-murid mereka. Sebab adab lebih utama dipelajari dibandingkan ilmu.
Kata Yusuf Ibn al-Husain, “Bil adabi tafhamul ilma. Dengan mempelajari adab, engkau akan mudah memahami ilmu.“ Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian terhadap adab, maka ilmu disia-siakan.“
Perhatian guru dalam dunia pendidikan adalah prioritas. Guru memikul amanah, tugas dan tanggung jawab yang besar. Para orang tua, laki-laki dan wanita yang telah berusia lanjut, menggantungkan harapan-harapan mereka (sesudah kepada Allah), mereka berharap kepadamu (guru) untuk menjaga dan menyelamatkan anak-anak mereka.
Sebagai nasehat dari saudaramu untukmu wahai para guru. Betapa engkau tidak memerlukanku menjelaskan panjang lebar keadaan pahit umat dan generasi ini, konspirasi jahat terhadap generasi muda kita yang menghancurkan moral mereka. Bukankah mereka semua berinterkasi denganmu setiap harinya dan engkau mengetahui kelalaian mereka dan alam kehidupan mereka.
Engkau menyaksikan mereka berpaling dan menjadi tempat pergolakan fitnah, mereka hidup ditengah himpitan gejolak darah muda, melawan dorongan nafsu, dihembas oleh angin kuat dari berbagai penjuru, bahkan mereka jatuh dalam lingkungan dan pergaulan buruk seperti gelang mengelilingi pergelangan tangan.
Maka, bangkitlah dengan ghirah (semangat) dan ketulusan hati untuk memperbaiki generasi ini. Engkau adalah bagian terminal, harapan besar dan penyelamat bagi generasi, pemuda, masyakarat dan seluruh ummat manusia. Semoga Allah memudahkan segala perjuangan dan pengorbananmu serta membalas segala kebaikanmu.
***********
Makassar, 30 November 2021
Penulis: Muhammad Akbar, S.Pd., M.Pd
(Alumni Pascasarjana UNM, Penggiat Media dan Literasi, Penulis Buku, Founder Mujahid Dakwah dan Pembina Daar Al Qalam)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)