MUJAHIDDAKWAH.COM, GAZA – Kabar duka datang dari dunia kedokteran. dr Mueen Al Shurafa, alumni fakultas kedokteran Universitas 11 Maret Indonesia seorang dokter spesialis anestesi, yang mengabdikan hidupnya untuk menolong rakyat Palestina dikabarkan syahid setelah tempat tinggalnya menjadi sasaran serangan bom yang dilancakan oleh Zionis Israel.
Hal tersebut membuat gempar banyak orang termasuk teman-teman beliau semasa berkuliah di Indonesia berita tersebut langsung tranding di Twitter dengan hastag #innalillahi
Informasi tersebut pertama kali di unggah oleh rekan sealmamater dari dr. Mueen Al Shurafa melalui akun Twitter Kusumandaru @aan.
“Innalillahi wainaillahirajiun. Telah berpulang dr Mueen Al Shurafa, spesialis anestesi palestine lulusan indonesia. Rumahnya terkena bom Israel. InsyaAllah Syahid,” katanya, dikutip Senin (6/11/2023).
Dirinya pun sempat membagikan chat terakhir mereka sesaat sebelum internet di kawasan itu diputus. Dikatakan, sebelum jaringan internet terputus, mereka masih sempat bertanya kabar. Tidak hanya itu, dr Mueen juga mengatakan, dirinya tidak apa-apa dan meminta doa.
“Ini ternyata chat terakhir kami. Selamat jalan temanku, bangga sekali aku pernah belajar dan bekerja bersama,” sambungnya.
dr Mueen sebelumnya sempat ditawarkan bekerja dan tinggal di Indonesia. Namun, jiwa kemanusiaannya sangat tinggi. Dia menolak tawaran itu, dengan alasan rakyat Palestina sangat membutuhkan jasanya sebagai dokter. Akhirnya, dr Mueen kembali ke negara asalnya di Palestina.
dr Mueen memulai studinya sebagai residen Ilmu Anestesi di UNS pada 2010. Jalannya tidak mudah. dr Mueen memulai kehidupan di Indonesia dengan adaptasi dokter umum terlebih dahulu. Dia melanjutkan dengan uji kompetensi. Akhir 2018, setelah menamatkan pendidikannya ia langsung memboyong keluarganya kembali ke Gaza. Kala itu putra putri sang dokter sudah sangat fasih berbahasa Indonesia, bahkan bahasa Jawa.
Sebelum adanya kabar dr. Mueen gugur menjadi syuhada’, Beliau pernah menjelaskan bagaimana pelik dan mendesaknya kondisi Rumah Sakit di Gaza.
“Satu menit sepuluh pasien!” Kalimat itu diucapkan oleh dokter Mueen Al Shurafa, Beliau merupakan dokter ahli bius di Rumah Sakit Kamal Adwan, Gaza, Palestina. Sebagai seorang dokter bius, tindakan medis apa pun yang membutuhkan pembiusan menjadi tanggung jawabnya.
Di tengah-tengah serbuan bom dan rudal, rumah sakit menjadi tujuan orang-orang yang terluka. Jumlah korban yang datang bisa berbondong-bondong. Kalimat “Satu menit sepuluh pasien” itu sudah cukup menggambarkan bagaimana besarnya gelombang pasien yang datang.
Saat ditanya kebutuhan yang mendasar untuk menjamin rumah sakit tetap beroperasi, Beliau menjawab pendek, “Listrik!” “Saat ini kami masih bisa menggunakan generator. Tapi, kalau bensinnya habis, itu masalah besar!” ujarnya lagi.
“Kami juga butuh dokter, terutama dokter bedah. Bedah ortopedi, bedah plastik, bedah saraf,” ujar Beliau melalui keterangan tertulis yang disampaikan BSMI, Rabu (18/10/2023).
dr Mueen juga pernah berujar “Sudah seminggu saya tidak pulang. Keluarga saya mengungsi di Rafah dan saya tidak bisa berkomunikasi dengan mereka,” ujar dia.
Selamat tinggal Dokter Mueen, kini telah paripurna tugasmu sebagai tenaga medis garis depan, banyak orang yang menangisi kepergianmu, namun engkau kini sudah menikmati segala jerih payah dan pengorbananmu untuk rakyat Palestina.
Semoga setiap sakit dan perjuangan yang dilalui, dibalas oleh Allah dengan Jannah-Nya yang tertinggi. Aamiin aamiin ya Rabbal Alaamiin.
Laporan: Humas BSMI
Editor: Admin MDcom