Ilmu sebagai basis awal pembentukan keilmuan seseorang nampak sangat diperlukan, hal ini bisa dilihat langsung dalam fenomena sehari – hari ketika anak kecil hendak memilih makanan yang ada di atas meja ia akan meraih satu atau beberapa makanan sekaligus tanpa tahu apa yang sebenarnya ia ambil.
Padahal jika ia memilih yang pedas maka ia tidak bisa menikmati makanan. Dari sini dapat diketahui bahwa pembimbing itu perlu untuk mengajarkan ilmu, untuk menunjukkan mana yang pantas dan tidak pantas.
Sebagai langkah awal menuntut ilmu, pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggungjawabnya untuk mendidik anak – anaknya (Djamarah, 2014: 2).
Untuk melaksanakan dinamika itu perlu persiapan yang matang dengan mempertimbangkan segala potensi dan tujuan yang mau dicapai, karena orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap anaknya yang sejatinya Allah telah titipkan Amanah mulia ini kepada keduanya.
Melihat besarnya pengaruh yang didapat oleh anak dari orang tuanya maka perlu diletakkan pelajaran dasar sebagai pondasi tumbuh kembang anak antara lain Ilmu agama, akhlak, Usawah hasanah.
Tiga pilar ini menjadi menarik dipelajari mengingat akhir – akhir ini terjadi krisi akhlak berupa pergaulan bebas, durhaka kepada orang tua dan melawan guru marak terjadi.
Pendidikan Ilmu Agama
Pendidikan ilmu agama di masa kanak – kanak sangat perlu diperhatikan karena anak cenderung meniru apa yang ia lihat, tanpa memahami maksudnya, termasuk dalam hal agama kegiatan solat, bersuci juga tidak luput dari pandangan anak, soal ini sesuai dengan pesan nabi dalam sebuah hadist yang artinya:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua ayahnya dan ibunyala yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari).
Pesan Pendidikan agama di situ sangat kental dan orang tualah yang menjadi penanggung jawab untuk membina anaknya.
Dalam konteks hari ini pendidikan agama tidak hanya membekali anak mengenal agamanya namun sekaligus membentengi dari penyakit-penyakit akidah terutama sekularisasi. Ini nampak terlalu dini tapi sebagai pendidikan porsi yang diberikan tidak banyak dan dengan bahasa atau cara sederhana sesuai kondisinya.
Contohnya seperti melarang mengambil barang orang lain, memakan yang bukan haknya, melawan orang tua dan lain – lain.
Penanaman Akhlak
Akhlak merupakan bentuk perilaku ataupun perbuatan seseorang, Akhlak mengacu pada beberapa point: 1. Akhlak kepada Allah 2. Akhlak kepada orang tua 3. Akhlak kepada orang lain dan 4. Akhlak kepada diri sendiri ( Ayu & Junaidah, 2019).
Dalam hal pendidikan akhlak Imam Al Ghazali memberikan pendapat system pendidikan akhlak itu merupakan pendidikan formal dan non formal di mana sistem – sintem tersebut untuk membentuk dan mengembangkan manusia yang berakhlak. Al Ghazali menganjurkan mendidik akhlak itu dalam bentuk bercerita atau mengisahkan kisah kisah tauladan para nabi – nabi dan rasul (Setiawan, 2017). Luasnya cakupan akhlak perlu dimulai penanamannya sejak dini.
Selain itu proses yang harus dilalui juga tidak mudah perlu pengawalan dengan sabar dan terus menerus meskipun nanti sudah beranjak dewasa, pasalnya konsistensi dalam menerapkan akhlak bukanlah hal yang mudah belum lagi jika dihadapkan dengan gangguan dari kondisi sekitar seperti lingkungan yang kurang kondusif, ajakan dari orang sekitar pada hal yang bertentangnagn pada akhlak.
Uswah Hasanah
Komponen yang tidak kalah penting adalah Uswah hasanah atau contoh yang baik, pada dasarnya manusia lahir ke dunia tidak tahu apa – apa dan Allah memberi ilmu sebagaimana Allah berfirman dalam surat An- Nahl ayat 78 : Dan Allah telah mengambilmu dari rahim ibumu yang tidak tahu apa – apa, dan Dia membuatkan untukmu pendengaran dan pengelihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Dalam sebuah pepatah dikatakan guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Ini menunjukkan betapa peran orang tua yang menjadi guru bisa memberi dampak yang besar kepada anaknya, kesalahan yang terlihat sepele jika dibiarkan dapat dipahami menjadi kebenaran.
Terselenggaranya pendidikan dalam keluarga tidak lepas dari peran orang tua yang sadar terhadap tumbuh kembang anak, proses yang lama dan keteladaan yang sejak dini dicontohkan akan berakumulasi menjadi karakter yang kokoh didalam diri anak.
Itu didukung oleh komponen pelajaran seperti ilmu agama, akhlak dan uswah hasanah dari orang tua kepada anak.
***********
Penulis: Penulis: Ahmad Syarif M
(Alumni Program Kaderisasi Ulama)
Demikian Semoga Bermanfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)