Ketika seseorang merasa dirinya mencintai dan mendapat cinta dari lawan jenis, kemudian “berinteraksi” bahkan sampai tahap terjerumus, sungguh itu bukan cinta. Karena sejatinya, tak ada cinta di luar pernikahan.
Mungkin ada banyak teori, tapi kita cukup ambil satu bukti terbaru sebagai sebuah data, bahwa cinta yang tidak dalam pernikahan akan menjadi sebab dari kerugian-kerugian besar.
Baru-baru media mengabarkan perihal kematian Masra (21) seorang mahasiswi Fakultas Kehutanan Unhas, Makassar.
Masra menjadi korban pembunuhan dari kekasihnya sendiri M. Joshua (24) lengkap dengan penganiayaan di pelipis mata dan kepala bagian belakang.
Ironisnya, Masra mengalami itu semua, saat ia sedang hamil empat bulan. Padahal ia berpacaran dengan Joshua baru satu bulan.
Korban kemudian mengambil pilihan mengonsumsi obat-obatan dengan maksud menggugurkan kandungan, tetapi malah keracunan dan meninggal dunia pada Sabtu malam (10/6/23). Selengkapnya bisa baca dengan klik ini.
Landasannya Iman
Sekadar jatuh cinta, itu bisa siapa saja dan kapan saja.
Bahkan orang yang telah menikah pun jika gagal memahami hakikat cinta akan mudah terperosok pada cinta-cinta yang membelah kebahagiaannya sendiri.
Cina yang Islam ajarkan adalah yang landasannya iman, bukan semata-mata perasaan suka, senang, kagum dan lain sebagainya.
Ketika Khadijah ra mencintai Nabi SAW maka itu karena adanya sebuah keyakinan besar, bahwa pernikahan mereka akan melahirkan satu kemaslahatan bagi umat.
Saat Umar bin Khattab menikahkan putranya Ashim dengan gadis penjual susu itu juga karena cinta Umar kepada Allah. Dari pernikahan itu, kelak lahir cucu bernama Umar bin Abdul Aziz, pemimpin hebat yang menginspirasi dunia.
Begitu pula ketika Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar dan lahir Nabi Ismail, kemudian melahirkan sosok bernama Muhammad. Itu adalah buah cinta yang menghadirkan kebahagiaan berkepanjangan.
Artinya, cinta yang kemudian berlabuh dengan pernikahan atas dasar iman, mulai dari awal hingga akhir, bahkan keturunannya pun akan Allah berikan keutamaan-keutamaan.
Oleh karena itu, Allah menegaskan bahwa orang beriman itu sangat besar cintanya kepada Allah.
وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِلهِ
“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
Derita
Derita karena cinta lahir karena landasannya bukan iman.
Beberapa waktu lalu saya membaca tulisan seorang teman di Batu, Jawa Timur.
Ia mengisahkan perihal kehidupan sahabatnya yang kini menduda karena bercerai dan simpelnya “terbuang” dari keluarga besar mertuanya.
Sumber masalah ada pada niat sang pria, yang mana kala itu, ia menikahi pujaan hatinya bukan atas dasar cinta karena iman.
Akan tetapi ia mengambil keputusan itu karena harta yang ada pada istri dan keluarga besarnya. Singkat kata, setelah memiliki satu anak, pria itu harus rela kehilangan istri dan anaknya.
Dengan demikian, peliharalah cinta dalam dada. Jangan ia jatuh pada person yang tidak tepat apalagi terkontaminasi oleh niat atau hasrat yang sesat.
Sebab cinta adalah anugerah Allah kepada setiap makhluk, maka pahami, jaga dan jangan ia sampai menjadi boomerang bagi diri sendiri.
Kepada Allah kita berlindung dari cinta yang membabi buta, yang tidak lagi meneguhkan iman kepada-Nya.
*********
Penulis: Ustadz Imam Nawawi, M.Pd.I
(Ketua Umum Pemuda Hidayatullah dan Pengasuh masimamnawawi.com)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)