Khutbah Pertama
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ (9x)
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
الْحَمْدُ ِلِلّهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالذُّرِّيَّة
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى نَبِيِّنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd
Gema takbiran terdengar di mana-mana, seraya mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita berkumpul di tempat ini berhari raya, bergembira ria, bersama datang dengan tujuan sama melaksanakan shalat Idul Adha. Tidak memandang bulu, kulit, ras, suku, yang kaya dan yang miskin, yang tua maupun anak muda, para pejabat pemerintahan ataupun rakyat jelata, bersatu padu dalam barisan shaf shalat, demi terealisasinya persatuan dan kesatuan ummat Islam.
Hari ini adalah hari terakhir dari 10 hari pertama bulan Zulhijjah, terkumpul padanya banyak keutamaan, dari segi keutamaan bulan Zulhijjah sebagai bulan suci, dari sisi keutamaan hari-hari terbaik dalam setahun, dan di antara Ulama memandang inilah hari terbaik sepanjang tahun lebih utama dari hari arafah.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُرْطٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
Dari Abdullah bin Qurth dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Sesungguhnya hari yang teragung di sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah hari Nahr (Hari Raya Kurban), kemudian hari qarr (setelah hari Nahr).” (H.R. Abu Dawud 1765)
Oleh karena itu, mari mempergunakan hari yang ke-10 ini dengan semangat yang membara, dan motivasi yang berkobar, serta mutu ibadah diperhatikan, juga kuantitasnya diperbanyak.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd
Dalam surah al-Nahl, Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ * شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ ۚ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sungguh, Ibrahim adalah seorang ummah (imam yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hānīf. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah), dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus. (Qs. An-Nahl: 120-121)
Ketika kita berbicara tentang kisah nabi Ibrahim ‘alaihissalam maka ada banyak pelajaran yang akan kita temukan, termasuk di antaranya: seputar tauhid, kurban, keluarga, haji, zam-zam, sai, dan seterusnya.
Pada Khutbah idul adha kali ini, kita akan menengok sejenak menelaah fawaid yang dapat dipetik dari sosok teladan bapak kakek banyak para Nabi ‘alaihimussalam.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd
Dalam perkara tauhid, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam telah memulai dakwahnya kepada keluarga beliau lalu kaumnya, Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (26) إِلَّا ٱلَّذِی فَطَرَنِی فَإِنَّهُۥ سَیَهۡدِینِ (27) وَجَعَلَهَا كَلِمَةَۢ بَاقِیَةࣰ فِی عَقِبِهِۦ لَعَلَّهُمۡ یَرۡجِعُونَ (28)
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali (kalian menyembah) Allah yang menciptakanku; karena sungguh, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” Dan (Ibrahim) menjadikan (kalimat tauhid) itu kalimat yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali (kepada kalimat tauhid tersebut).” (Qs Az-Zukhruf: 26-28)
Begitupun menanamkan perkara tauhid kepada keturunannya agar tidak wafat kecuali dalam keadaan muslim dan berdoa kepada Allah agar menjauhkannya dari kesyirikan, Allah Ta’ala berfirman
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. (Qs Ibrahim: 35)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd
Dalam perkara kurban, ibadah ini berasal dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ibrahim ‘alaihimassalam yang disebutkan dalam surah as-Shaffat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Isma’il) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (Q.S. Ash-Shaffat, Ayat 102)
Ketika perintah Allah Ta’ala hendak beliau kerjakan, maka Allah Ta’ala gantikan dengan sembelihan hewan kurban. Allah Ta’ala berfirman,
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Q.S. Ash-Shaffat, Ayat 107)
وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِ فِي ٱلۡأٓخِرِينَ
Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (Q.S. Ash-Shaffat, Ayat 108)
سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ
“Selamat sejahtera bagi Ibrahim.” (Q.S. Ash-Shaffat, Ayat 109)
كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Ash-Shaffat, Ayat 110)
إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (Q.S. Ash-Shaffat, Ayat 111)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd
Dalam perkara keluarga, beliau adalah sosok anak berbakti, beliau adalah sosok suami idaman, beliau adalah sosok ayah teladan, hingga beliau disifati oleh Allah Ta’ala sebagai hamba yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
Nabi Ibrahim alaihissalam terus mendakwahkan tauhid kepada bapaknya, sampai pada tingkatan mendoakan ampunan kepada Allah Ta’ala agar mengampuni bapaknya yang musyrik, saat itu belum jelas bagi beliau bahwa bapaknya sebagai musuh Allah. Allah Ta’ala berfirman
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ ۚ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
Adapaun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (Qs At-Taubah: 114)
Kaum muslimin rahimakumullah
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah sosok suami yang sangat penyabar, tidak menyalahkan istrinya yang lama tidak kunjung hamil, namun kesabaran beliau sehingga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada mereka anak-anak yang suatu saat dilantik sebagai nabi-nabi oleh Allah Ta’ala, bahkan beliau dijuluki sebagai Abul Anbiya bapaknya para Nabi.
Begitupun Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sebagai sosok ayah teladan, bahkan dalam persoalan jodoh anaknya. Dikisahkan bahwa Nabi Ismail alaihissalam awalnya menikah dengan wanita yang tidak pandai bersyukur, sehingga sang ayah memperhatikan hal tersebut dan mengabarinya secara tidak langsung untuk mengganti istrinya dengan perkataan beliau yang terkenal “Nanti apabila suamimu datang, sampaikan salam dariku dan katakan kepadanya agar mengubah daun pintu rumahnya”. Setelah itu tergantilah dengan menantu shalihah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd
Jama’ah shalat id yang berbahagia
Hari ini dan 3 hari berikutnya, yaitu 10, 11, 12, dan 13, seorang muslim tidaklah diperkenankan berpuasa, kecuali jamaah haji pada hari tasyriq yang tidak mendapatkan hadyu.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berpuasa pada dua hari, yaitu pada hari Idul Adha dan Idul Fithri.” (HR Muslim 1138)
عَنْ عَائِشَةَ وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ
Dari ‘Aisyah dan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari tasyriq kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan Hadyu”. (HR Al Bukhari rahimahullah no. 1997, dan 1998)
Kaum muslimin rahimakumullah
Berdzikir kepada Allah Ta’ala dilakukan setiap hari, tapi untuk hari-hari mulia ini, dimulai dari awal masuknya bulan Dzulhijjah beberapa hari lalu dan terlebih lagi di hari ini serta 3 hari ke depan, lebih ditekankan untuk memperbanyak berdzikir kepada Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
Dan berdzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan.” (Qs Al-Baqarah: 203)
Dzikir yang dimaksud adalah dzikir apa saja yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, seperti takbir mutlaq dan muqayyad.
Takbir mutlaq kapan saja, mulai masuknya magrib malam pertama bulan Dzulhijjah hingga terbenamnya matahari tanggal 13 Dzulhijjah.
Adapun takbir muqayyad maka terikat, setiap selesai shalat fardhu 5 waktu, dimulai setelah shalat subuh tanggal 9 Dzulhijjah hari Arafah hingga shalat ashar tanggal 13 Dzulhijjah.
Perlu juga diingatkan ketika makan dan minum diniatkan untuk memperkuat beribadah, jangan asal mengenyangkan perut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdabda,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ
“Hari-hari tasyriq adalah hari makan, minum, dan dzikir kepada Allah.” (HR Muslim 1141)
Kemudian memperbanyak doa
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (Q.S. Al-Baqarah, Ayat 201)
Begitu juga dzikir-dzikir lainnya yang dianjurkan untuk kita membacanya dalam aktifitas keseharian kita, seperti dzikir pagi petang, dzikir ketika masuk masjid, keluar masjid, dzikir saat naik kendaraan, dan seterusnya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd
Sebagai penutup, mari kita memperbanyak doa kepada Allah Ta’ala
Ya Allah, lindungilah negeri ini dari segala mara bahaya dan musibah, jadikanlah negeri kami negeri baldatun thayyibah, baldatun aminah muthmainnah, dan negeri yang senantiasa tercukupi, dan terhindar dari ketakutan dan kelaparan. Begitu juga negeri kaum muslimin lainnya.
Ya Allah, jadikanlah pemuda pemudi di antara kami menjadi manusia-manusia yang tangguh tumbuh taat kepada-Mu agar kekuatan fisik dan berpikir mereka digunakan dalam kebaikan, ketaatan, dan perbaikan pada ummat ini.
Ya Allah, sayangilah kedua orangtua kami, jagalah mereka yang masih hidup, dan rahmatilah mereka yang telah meninggal dunia, berilah kami taufiq untuk senantiasa menjadi anak-anak yang shalih dan berbakti, merekalah yang telah berjuang untuk kehidupan kami, jagalah mereka, rahmatilah mereka.
Ya Allah, bantulah kami membimbing anak-anak kami, keturunan kami, jadikanlah mereka anak-cucu yang bisa membanggakan kami di dunia terlebih lagi di akhirat.
Ya Allah, mudahkanlah urusan para jomblowan jomblowati kami dalam menuju pernikahan, berikanlah keturunan di antara kami yang telah menikah bagi yang belum memilikinya.
Ya Allah, jadikanlah kami yang telah Engkau karuniai pasangan yang sah menjadi pasangan yang Engkau ridhai, masukanlah kami semua ke dalam surga firdaus-Mu. Berikanlah kami keberkahan selalu dalam kehidupan rumah tangga kami.
Ya Allah, ampunilah kami, rahmatilah kami, berkahilah kami, jagalah kami, jauhkanlah kami dari neraka-Mu, dan masukkanlah kami ke dalam surga-Mu. Berikanlah pertolongan kepada hamba-hamba-Mu yang lemah, balaslah kebaikan orang-orang baik dan dermawan kami, berikanlah curahan rahmat-Mu kepada kaum muslimin dan muslimat yang telah mendahului kami, dan matikanlah kami semuanya dalam keadaan husnul khatimah.
Aamiin, aamiin, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِی خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسࣲ وَٰحِدَةࣲ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالࣰا كَثِیرࣰا وَنِسَاۤءࣰۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِی تَسَاۤءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَیۡكُمۡ رَقِیبࣰا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
سُبۡحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا یَصِفُونَ وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِینَ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
*********
Penulis: Tim Ilmiyah Yayasan Amal Jariyah Indonesia
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)