Pada dasarnya, masjid dan kuburan memiliki fungsi yang berbeda. Masjid sebagai tempat ibadah, sedang kuburan adalah tempat penguburan jasad. Membangun masjid di atas kuburan atau menjadikan kuburan sebagai masjid adalah sesuatu yang terlarang. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah melaknat kaum Yahudi dan Nashrani, mereka menjadikan kuburan para Nabi sebagai masjid.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagian kaum muslimin saat ini membuat kuburan dipekarangan masjid. Hal itu biasanya karena ada wasiat dari penghibah tanah atau yang membangun masjid itu agar dikuburkan di samping masjidnya. Mereka berdalih bahwa Nabi Shallalllahu ‘alaihi wasallam juga di kuburkan di samping masjid.
Hal yang lebih baik tentunya kaum muslimin dikuburkan dipekuburan kaum muslimin dan tidak dikuburkan di samping masjid. Adapun para Nabi, mereka dikuburkan di tempat mereka meninggal dunia. Dan pada saat itu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia di hujrah ‘Aisyah yang terletak di samping masjid Nabawi, sehingga pemakaman dilakukan di hujrah Aisyah. Dahulu para sahabat berbeda pendapat dimana Nabi Shallalllahu ‘alaihi wasallam akan dikuburkan, kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu mengatakan kalau beliau pernah mendengar Nabi bersabda bahwa para Nabi dikurbukan ditempat mereka meninggal dunia. Karena alasan itu, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dikurbukan di hujrah Aisyah.
Di zaman al-Walid, terjadi perluasan masjid Nabawi berdasar perintahnya, maka dimasukkanlah kuburan Nabi Shallalllahu ‘alaihi wasallam di dalamnya, dengan dibuatkan satu dinding baru untuk memisahkan antara kuburan dan masjid, serta arah kuburan sedikit dirubah agar orang-orang tidak sholat menghadap ke arahnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
لما ادخلت الحجرة في مسجده المفضل في حلاقة الوليد بن عبد المليك بنوا عليها حائطا وسنموه وحرفوه لئلا يصلي احد إلى قبره المكرم
“Ketika hujrah ‘Aisyah di masukkan dalam area masjid Nabi yang mulia pada masa kekhalifahan Al-Walid bin Abdul Malik, maka mereka membangun di atasnya satu dinding lalu ditinggikan dan arahnya digeser agar orang-orang tidak sholat mengarah pada kubur Nabi yang mulia.” (Ibnu Taimiyah, al-Jawabul Bahir Fi Zuwwar al-Maqabir, hal 18, Maktabah Imam az-Zuhri-Beirut, t cet, 1438 H)
Hal ini menunjukkan bahwa jika kuburan telah dipisahkan dengan satu dinding yang tinggi, maka itu sudah cukup untuk memisahkan antara masjid dan kuburan dan orang-orang boleh sholat di dalam masjid itu selama orang-orang sholat tidak menghadap kuburan.
Syaikh Abdul Aziz Bin Baz rahimahullah pernah ditanya:
عندنا مسجد وحيد في القرية التي أسكنها، ولكن بجواره من جهة القبلة ضريح، ويفصل بينهما حائط، ولا يوجد باب بين الضريح والمسجد، فهل الصلاة في هذا المسجد جائزة أو لا؟
“Kami memiliki satu masjid di desa yang kami tinggal. Akan tetapi, di sampingnya, tepat mengarah kiblat terdapat makam, namun dipisah antara keduanya oleh dinding. Tidak ada pintu antara keduanya. Apakah sholat di masjid ini boleh atau tidak?.”
Beliau menjawab:
نعم، إذا كان المسجد ليس في المقبرة، ولم يبن على المقبرة، ولا على قبور، فالصلاة فيه صحيحة، إذا كان مفصول عن القبور، محجوزًا بينهما بالجدار، أما إذا كانت القبور أمام المصلي فلا؛ لقول النبي ﷺ: لا تصلوا إلى القبور، ولا تجلسوا عليها.
والواجب أن يكون مفصولًا بينهما بجدار حتى لا يصلى إليها، وإذا كان مبني على طرف البناء لتعظيم القبور وجب هدمه، أما إذا كان مبني في أرض سليمة ليس فيها قبور، أو كانت القبور حادثة قدامه فلا يضر، نعم.
ولكن ينبغي للمؤمن أن يبتعد عن أسباب الفتنة مهما أمكن، فإذا كان يخشى أن يظن ظان أن هذا المسجد من أجل القبور يجعله في محل آخر بعيد عن أسباب الفتنة؛ لأن بعض الناس عنده جهل كثير فربما ظن أن المسجد بني من أجل القبور التي حوله، فينبغي في هذا للمؤمن وأهل الخير أن يحتاطوا، وأن تكون المساجد بعيدة عن القبور حتى لا يظن ظان أنها بنيت لأجل القبور.
“Ya, jika masjid itu tidak berada dalam area pemakaman, tidak dibangun di atas pemakaman dan tidak pula dibangun di atas kuburan, maka sholat di dalamnya sah, jika masjid itu terpisah dari kubur dan dibatasi oleh dinding. Adapun jika tepat di depan orang yang sholat, maka tidak boleh. Berdasarkan sabda Nabi Shallalllahu ‘alaihi wasallam, ‘Janganlah kalian sholat di depan kubur dan jangan pula duduk di atasnya’.”
Memisah antara masjid dan kuburan itu dengan dinding adalah sesuatu yang wajib, agar orang tidak sholat menghadap kubur. Jika masjid itu dibangun di sebelah bangunan kubur untuk mengagungkan kubur maka wajib menghancurkan masjid itu. Adapun, jika masjid itu dibangun di tanah yang tidak terdapat kubur di atasnya atau kubur itu baru dibuat, lebih di dahului oleh pembuatan masjid, maka keberadaan kubur itu tidak mengapa. Ya.. seperti itu.
Hanya saja, hendaknya bagi seorang mukmin untuk menjauhkan diri dari sebab-sebab fitnah semampunya. Jika dikhawatirkan seseorang akan mengira bahwa masjid itu dibangun untuk kuburan, maka hendaknya ia membuat kubur di tempat lain, yang jauh dari sebab-sebab fitnah. Sebab pada sebagian manusia, mereka memiliki kejahilan, sehingga mereka menganggap masjid dibangun demi (pengagungan) pada kuburan yang berada disekitarnya. Karena itu, hendaklah bagi seorang mukmin dan orang-orang yang menghendaki kebaikan berhati-hati dan berupaya menjadikan masjid jauh dari kubur agar seseorang tidak mengira bahwa masjid itu dibangun untuk kubur.
Sumber: website resmi Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah terakhir diakses tanggal 7 Juni 2022 (https://binbaz.org.sa/fatwas/17676)
Fatwa beliau ini juga menunjukkan bahwa boleh sholat di masjid yang telah dipisah antara kuburan dan masjid dengan adanya dinding. Kemudian, jika masjid terdapat di samping kiri atau kanannya kuburan, maka tidak masuk dalam larangan. Yang dilarang adalah yang tepat menghadap kubur. Hanya sebaiknya dipisah oleh dinding dan pagar agar tidak masuk dalam area pemakaman.
Namun yang lebih baik dari semua itu adalah tidak membuka pintu fitnah dengan menguburkan seorang di dekat masjid agar tidak membuka ruang bagi orang-orang jahil melakukan perbuatan-perbuatan syirik di dalamnya.
***********
Penulis: Muhammad Ode Wahyu al-Munawy, SH.
(Pembina Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’am an-Nail, Alumni Jurusan Syariah Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum Islam STIBA Makassar dan Kontributor mujahiddakwah.com)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)