Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek dalam kehidupan manusia. Bahkan segala bentuk pergaulan, pertemanan dan hubungan antar manusia, semuanya telah dijelaskan secara baik oleh agama Islam. Belajar mengenai adab-adab terhadap sesama manusia sangatlah penting dan menjadi utama dalam berinteraksi dengan orang lain. Adab atau tata krama inilah yang bisa menjadikan seseorang mulia dihadapan Allah dan Manusia.
Sebagian kita (mungkin juga saya), semakin dekat dengan teman malah semakin menggampangkan, semakin berkurang kesopanannya dan berkurang akhlaknya kepada temannya.
Berteman secara baik dan bahkan telah mendapatkan predikat sahabat merupakan suatu keharusan dalam Islam. Bahkan kita harus bisa memperhatikan adab adab berteman dengan sesama manusia. Anjuran saling menghargai teman dan memperhatikan adab telah dijelaskan oleh Imam al-Ghazali dalam karangannya yang berjudul Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali halaman 444 yang berbunyi:
آداب الإخوان: الاستبشار بهم عند اللقاء، والابتداء بالسلام، والمؤانسة والتوسعة عند الجلوس، والتشييع عند القيام، والإنصات عند الكلام، وتكره المجادلة في المقال، وحسن القول للحكايات، وترك الجواب عند انقضاء الخطاب، والنداء بأحب الأسماء
Artinya: “Adab berteman, yakni: Menunjukkan rasa gembira ketika bertemu, mendahului beruluk salam, bersikap ramah dan lapang dada ketika duduk bersama, turut melepas saat teman berdiri, memperhatikan saat teman berbicara dan tidak mendebat ketika sedang berbicara, menceritakan hal-hal yang baik, tidak memotong pembicaraan dan memanggil dengan nama yang disenangi.”
tulisan imam Al Ghazali diatas dapat ditarik benang merah bahwa adab berteman itu sebagai berikut:
1. Menunjukan rasa gembira ketika bertemu artinya menumbuhkan selalu rasa senang ketika berjumpa, jangan memberikan wajah yang membuat hati teman menjadi tidak enak untuk berbicara dan terkadang menjadi awal dari permusuhan.
2. Mendahului beruluk salam artinya medahului bersalaman kepada teman tanpa memandang rendah sosial seseorang.
3. Bersikap ramah dan lapang dada ketika duduk bersama maksudnya tidak bersikap kasar atau sombong ketika sedang duduk bersama dalam satu majelis atau semisalnya.
4. Turut melepas saat teman berdiri ini bertujuan untuk saling menghargai dan sebagai rasa hormat kepada sesama teman.
5. Tidak berdebat ketika sedang berbicara dan memperhatikan teman ketika berbicara, ini merupakan sikap menghargai teman agar tidak menyakiti hati teman karena berdebat dapat memutuskan hubungan pertemanan bahkan menyinggung hati teman.
6. Menceritakan hal-hal baik artinya saat berbicara dengan teman tanpa berbicara keburukan apalagi keburukan orang lain atau keburukan teman sendiri, hal ini dapat menyakiti hati teman.
7. Tidak memotong pembicaraan dan memanggil dengan nama yang disenengi, memotong pembicaraan menimbulkan rasa tidak menghargai atau menghormati teman yang sedang bebicara begitunpun dengan memanggil teman dengan nama baik agar membahagiakan hati teman dan hubungan pertemanan tetap langgeng sampai anak cucu.
Adab tersebut juga berlaku bagi orang yang belum terlalu dekat dengan kita. Jadi kita harus tetap menghargai dan menghormati siapapun status dan predikat orang tersebut. Entah itu sudah dekat dengan kita ataupun belum.
Menjaga persahabatan sangatlah dianjurkan serta kita harus bisa selalu menjaga tali silaturahim. Karena dengan menjaga tali silaturahim, kita bisa dipermudahkan oleh Allah dalam urusan rezeki dan kepanjangan umur.
Kedekatan yang memangkas adab?
Fenomena ini biasa terjadi oleh teman teman Muslim dan Muslimah yang telah merasa sangat dengan seseorang. Karena telah dekat, maka segala aib yang semulanya ditutupi kemudian dengan santainya dibuka begitu saja. Alasan sederhananya karena teman kita tersebut sudah kenal dekat dengan kita. Tapi apakah kita harus melunturkan nilai nilai islami dalam menjalin persahabatan? Bagaimana Rasulullah mencontohkannya?
“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang terbaik di antara mereka terhadap sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik di antara mereka terhadap tetangganya.” HR. At Tirmidzi 1944, ia berkata:”hasan gharib”, disahihkan Al Albani dalam silsilah Ash Shahihah.
Dari hadist di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa untuk menjadi teman yang baik, kita harus bisa berbuat baik terhadap sahabat kita sendiri. Berbuat baik itu bisa berupa menjaga tutur kata yang baik, menjaga sopan santun, menjaga etika dan lain sebagainnya. Dengan begini, hubungan dengan sahabat akan tetap langgeng.Pesan yang bisa diambil adalah kita harus bisa menjaga keakraban sekaligus adab dengan sahabat kita. Walaupun nantinya kita saling memaafkan, namun kita harus menjalankan adab tersebut agar tidak ada rasa kebencian diantara kedua insan.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”
Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Muslim no.64 dengan lafaz
إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang muslim yang paling baik ?’Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”.
Al-Hafizh (Ibnu Hajar Al-Asqalani) menjelaskan hadits tersebut. Beliau berkata, “Hadits ini bersifat umum bila dinisbatkan kepada lisan. Hal itu karena lisan memungkinkan berbicara tentang apa yang telah lalu, yang sedang terjadi sekarang dan juga yang akan terjadi saat mendatang. Berbeda dengan tangan. Pengaruh tangan tidak seluas pengaruh lisan. Walaupun begitu, tangan bisa juga mempunyai pengaruh yang luas sebagaimana lisan, yaitu melalui tulisan. Dan pengaruh tulisan juga tidak kalah hebatnya dengan pengaruh tulisan”.
Berkata Imam An- nawawi dalam mensyarahkan hadits tersebut: “Telah berkata Imam Asy Syafi’i: makna hadits tersebut adalah apabila ia ingin untuk berbicara maka hendaklah ia pikirkan terlebih dulu, apabila ia melihat tidak akan berbahaya diatasnya baru ia bicara, dan apabila ia melihat bahwa didalamnya ada bahaya atau ia ragu-ragu antara berbahaya atau tidaknya, maka lebih baik ia memilih diam”.
Anehnya, dikehidupan sehari-hari justru banyak ditemukan Semakin tidak sopan malah semakin akrab.
Saudariku, kenal lama dan menjadi sangat dekat bukan alasan untuk sesuka hatimu berperilaku. Kita harus tetap menjaga adab pertemanan sampai kapanpun dan dimanapun. Selayaknya diawal berkenalan yang sangat santun, tutur kata yang baik, memiliki sifat dan sikap malu, menjaga haknya, saling menghormati, mengasihi, tidak merendahkan, tidak menyakiti perasaannya dan masih banyak lagi. Sudah seharusnya adab dan tingkah laku yang terbaiklah yang ditunjukkan.
***********
Bulukumba, 16 November 2021
Penulis: Wahyuni Subhan
(Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Pengurus Mujahid Dakwah Media)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)