Dunia pendidikan di Indonesia porak poranda akibat COVID 19. Lembaga pendidikan diliburkan sementara. Kegiatan pembelajaran dialihkan ke rumah. Majlis ta’lím diistirahatkan. Rumah ibadah “diamankan”. Aktifitas yang sifatnya berjama‘ah dihentikan.
Dalam keadaan seperti ini, pembelajaran tidak berhenti. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kemudian menjadi alternatif pengganti kegiatan pendidikan. Dalam kaidah fikih dikatakan, “mâ lâ yudraku kulluhu, lâ yutraku kulluhu.” Artinya, apa yang tidak bisa didapat semua, jangan tinggalkan semuanya. Atau seperti kata pepatah, “tiada rotan, akar pun jadi.”
Pendidikan, apapun bentuknya adalah usaha penanaman adab (ta’díb). PJJ adalah bagian dari pendidikan. Oleh karena itu, PJJ adalah media penanaman adab. Sekitar seribu tahun lalu, Imam al-Ghazali (450-505 H / 1058-1111 M) pernah melakukannya. Kitab Ayyuhal Walad menjadi bukti PJJ itu.
Kitab ini berawal dari sepucuk surat murid al-Ghazali. Surat yang berisi pertanyaan dan harapan kepada gurunya. Sebagai guru, al-Ghazali menjawab surat itu dengan satu risalah singkat. Singkatnya, al-Ghazali menjadikan korespondensi sebagai media PJJ ketika itu.
Di setiap pesannya, al-Ghazali selalu menulis Ayyuhal Walad. Dua puluh empat kali al- kata Ayyuhal Walad disebutnya. Risalah ini akhirnya dikenal dengan nama Ayyuhal Walad. Sang Hujjatul Islam menganggap muridnya itu seperti anaknya sendiri. Inilah pentingnya kasih sayang guru kepada muridnya.
Dalam risalah itu, al-Ghazali menggunakan metode dialog. Seperti mengajak muridnya berbicara secara langsung. Di awal risalah itu al-Ghazali melempar pertanyaan“Tebaran nasehat telah digoreskan dari sumber risalah Nabi Muhammad SAW. Jika nasehat itu telah sampai kepadamu, untuk apa lagi engkau meminta nasehatku? Dan jika belum sampai, maka apa saja yang telah engkau dapatkan selama belajar bertahun-tahun yang lalu?”.
Dalam dialog lainnya al-Ghazali kembali mengingatkan“Hai Ananda tersayang, sudah berapa malam engkau hidupkan untuk mengulang-ulang ilmu? Menelaah kembali buku-buku? Engkau biarkan dirimu tidak tidur. Aku tidak tahu, apa motivasimu di balik semua itu? Jika motivasimu untuk meraih kenikmatan dunia, mendapatkan harta, memperoleh jabatan, atau membanggakan diri di hadapan kawan, maka celakalah dirimu. Celakalah dirimu. Namun jika motivasimu demi menghidupkan syariat Nabi SAW, memperbaiki akhlak, memecahkan belenggu nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan, maka bahagialah kamu, bahagialah kamu.”
Dialog semacam ini mengajak sang murid evaluasi diri; berpikir, merenung dan mengingat kembali pelajaran yang telah dijalani. Antara motivasi (targhíb) dan peringatan (tarhíb) terpadu rapi. Satu metode pendidikan yang baik dan penting sekali. Itu supaya sifat adil tertanam lebih kuat lagi.
Pesan al-Ghazali juga memiliki dasar yang kuat. Dari al-Qur’an, al-Sunnah dan hikmah ulama. Tentang pentingnya mengamalkan ilmu al-Ghazali berkata “Seandainya engkau telah mengkaji ilmu selama seratus tahun, dan engkau telah menguasai seribu kitab, kamu tetap tidak akan mendapat rahmat Allah, kecuali dengan mengamalkannya.” Kemudian al-Ghazali mengutip QS al-Najm : 29, QS al-Kahfi : 110, dan beberapa ayat lainnya. Dua Hadits dan dua hikmah ulama juga disampaikannya.
Pesan al-Ghazali juga disampaikan melalui kisah. Ada kisah al-Junaid yang diimpikan orang pasca wafatnya. Ada kisah hamba yang ikhlas beribadah. Ada juga kisah panjang yang penuh makna. Kisah Hatim al-Asham yang berguru puluhan tahun kepada Syaqiq al-Balkhi.
Ini adalah metode pendidikan al-Qur’an, yang sepertiganya berisi kisah. Kisah orang terdahulu di setiap zamannya. Murid diajak berpikir sambil mengambil ibrah dan hikmah. Agar semakin yakin dan semangat mengamalkan illmunya. Sehingga bisa mencapai maqam ma’rifah.
Hikmah yang singkat tapi padat juga disampaikan. Baik dari al-Ghazali sendiri atau dari ulama lainnya. Hikmah dari al-Ghazali misalnya “Nasehat itu mudah, yang susah itu adalah menerimanya.” Di tempat lain sang Imam berkata “Ilmu tanpa amal adalah gila, amal tanpa ilmu adalah sia-sia.”
Hikmah lain, Sang Hujjatul Islam mengutip kata-kata Luqman al-Hakim “Hai anakku, jangan sampai ayam jantan lebih pintar dari kamu. Dia sudah berkokok di pagi hari, sedangkan kamu masih saja tidur.” Juga hikmah dari Nabi Isa as “Aku mampu menghidupkan orang yang mati, tapi aku tidak mampu mengobati orang yang dungu.”
Pesan lainnya al-Ghazali sampaikan melalui perumpamaan. Memiliki banyak pedang tapi tak digunakan ketika musuh di hadapan. Hapal nama obat, tapi ketika sakit tak meminumnya. Itulah perumpamaan orang yang berilmu tapi tidak beramal. Semua yang dia miliki, menjadi tak berguna.
Terakhir, al-Ghazali berpesan kepada muridnya. Jangan pernah tinggalkan berdoa. Doa- dari al-Qur’an, Hadits atau para ulama. Kemudian Sang Guru Besar menuliskan doa untuk muridnya. Doa yang baik dibaca selepas shalat lima waktu.
Demikianlah gambaran PJJ yang dilakukan al-Ghazali. Dengan media seadanya, tokoh Sufi ini menyampaikan PJJ yang luar biasa. Hal ini karena PJJ yang dijalankan berasaskan adab. Bukan hanya transfer ilmu sebanyak-banyaknya. Konsep PJJ ini memang sudah lama, namun masih relavan hingga kini.
Kandungan adabnya perlu dipertahankan. Metode penyampaiannya bisa disesuaikan sesuai zaman. Dengan teknologi yang canggih, semoga hasilnya bisa lebih baik. Ini sesuai dengan satu kaidah “al-muhâfazhah ‘ala al-qadím al-shâlih wa al-akhdzu bi al-jadíd al-ashlah. Artinya, menjaga kebaikan dari masa lalu, mengambil yang lebih baik dari yang baru.
PJJ online saat ini sudah bagus dan bermanfaat. Adab dalam pelaksanaannya jangan sampai ditinggalkan. Mulai dari tujuan, materi, guru, metode, sampai kepada evaluasinya. Semua yang terlibat harus memahami dan mengamalkannya. Guru, orangtua juga muridnya.
PJJ yang beradab bukanlah tontonan tapi tuntunan. Bukan yang penting materinya sampai, tapi harus menyampaikan materi yang penting. Wabah COVID 19 memang menyebabkan kematian manusia, tapi jangan menghalangi lahirnya arsitek peradaban Islam yang beradab.
************
Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Ardiansyah, M.Pd.I
(Pengasuh Ponpes at-Taqwa Depok, Penulis Buku dan Kontributor mujahiddakwah.com)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)