Berbagai pengalaman hidup yang tak pernah dikenyam menjadi hal lazim, ketika penulis mengabdikan diri sebagai guru sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan teringgal ( SM-3T ) Kemendikbud tahun 2011 di Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua. Pengalaman mengajar di daerah yang penuh keterbatasan telah membangun kekuatan mental dengan segala kesulitan hidup tersebut.
Proses pengajaran di daerah terdepan, terluar dan tertinggal yang bertolak belakang 180 derajat dengan kondisi perkotaan, segala sesuatu sangat sulit didapatkan, mulai dari peralatan sekolah hingga penggunaan teknologi merupakan barang yang langka.
Namun di era ini, penggunaan teknologi secara massif dalam proses pengajaran dan pendidikan kembali menjadi keharusan setelah pemerintah menjadikan kesehatan dan keselamatan adalah unsur terpenting dalam masa pendemi Covid 19 yang melanda belahan dunia ini. Covid 19 suatu virus yang harus tersikapi dengan ilmu yang benar serta menyerahkan permasalahan ini pada ahli yang kredibel dan amanah.
Covid 19 perlu kesungguhan dalam pencegahannya, namun perlu juga disadari bahwa Covid 19 bukanlah penyakit aib bagi setiap yang telah ditakdirkan. Ketika seorang terpapar Covid-19, itu disebabkan karena ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan penanganan Covid-19. Maka ini bentuk kelalaian setiap diri manusia.
Dengan dasar ini tahun ajaran baru 2020/2021, setiap satuan pendidikan menerapkan pola pembelajaran jarak jauh dalam jaringan dengan berbagai aplikasi pendukung sebagai media pembelajaran. Seperti aplikasi Google Meet, Zoom, Microsof Teams, Webex dan lain-lain serta pembelajaran luar jaringan ( luring ) dengan keaktifan guru ngeround dari rumah ke rumah untuk memberi bahan ajar.
Tentu dengan protokol kesehatan, serta kebijakan pemerintah bagi siswa yang kesulitan akses internet untuk menonton siaran televisi kerjasama Kemendikbud dengan program pembelajaran dari rumah.
Proses pembelajaran jarak jauh menuntut guru memiliki peran dalam memberikan pengalaman belajar yang bermakna di setiap proses pembelajaran, mulai dari jenjang pendidikan usia dini sampai sekolah menengah. Kedudukan guru dalam sistem persekolahan jarak jauh terus memiliki posisi strategis, berada digaris paling terdepan, mendidik dan mengajar dengan situasi dan konsisi apapun.
Keberhasilan peserta didik menguasai pengetahuan dan mengasah ketajaman keterampilan, itu bergantung pada guru yang memberi arahan, tuntutan, bimbingan keteladanan yang baik. Dengan demikian guru bukan hanya menjadi ujung tombak pendidikan, di masa pendemi Covid 19 tetapi akan menjadi kunci keberhasilan pendidikan secara nasional.
Namun di tengah pembelajaran jarak jauh akhir-akhir ini, guru juga harus menjadi guru yang memberi kebermutuan layanan. Mengapa tidak, pembelajaran jarak jauh ini bukan tanpa reaksi dari berbagai pihak, yang tentu pihak yang dimaksud adalah para orangtua, siswa dan masyarakat secara umum yang memiliki berbagai keterbatasan ekonomi, akses jaringan internet dan ketidakmilikan gedget, serta banyaknya orang tua tersadar betapa tidak mudahnya mendidik dan mendampingi anak belajar dari rumah.
Reaksi negatif atas ketimpangan yang disebutkan di atas terhadap pembelajaran virtual tidak seharusnya terjadi dari pihak manapun. Karena menghadirkan pendidikan ke anak adalah kebutuhan pokok, yang tentu harus segera diatasi.
Berbagai kebutuhan keluhan dari orangtua siswa sudah selayaknya pemerintah dan pihak-pihak lain hadir dan membantu untuk memenuhinya. Amanah undang –undang dasar juga menitikberatkan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, dalam lagu Indonesia Raya terdapat kata “Bangunlah jiwanya, baru bangun badannya”.
Ini menunjukkan bahwa secara historis tokoh dan pendiri bangsa ini menekankan pendidikan yang berkeadaban dan berkelanjutan dalam situasi dan kondisi apapun.
Perang orangtua di tengah pembelajaran virtual menjadi lebih dominan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan pihak sekolah. Maka sinergitas orangtua dan sekolah menjadi keharusan. Seperti, orangtua harus terlibat langsung dalam mengawasi kegiatan pembelajaran dengan mengontrol jadwal pembelajaran anak dan memberikan motivasi agar semangat mengikuti pembelajaran jarak jauh. Hal lain yang patut menjadi sinergitas adalah mendampingi anak belajar dengan menjadi teman diskusi dan mengarahkan anak menjadi pembelajar aktif dengan tetap memperhatikan adab-adab dalam menuntut ilmu.
Maka dalam pembelajaran virtual ada tiga unsur yang tidak bisa terpisahkan, yakni guru, orang tua dan murid. Ketiga unsur ini harus bersinergi dalam menciptakan pembelajaran yang kondusif, aman dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Sudah selayaknya guru dalam proses pendidikan virtual di masa pandemi fokus pada pendidikan kecakapan hidup yang bersifat inklusif dan kontekstual, serta dalam memberi penugasan yang bervariasi kepada peserta didik sesuai minat dan kondisi setempat. Di sisi lain satuan pendidikan terus mengedepankan pola interaksi dan komonikasi yang positif antara guru dengan orang tua / wali murid.
Ke semua ini ketika tersinergi dengan baik akan mendorong kaloborasi sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah agar pembelajaran jarak jauh di tengah pendemi ini bisa berjalan sesuai rencana.
***********
Penulis: Ustadz Muhammad Ilyas, S.Pd., Gr
(Guru SMA IT Wahdah Islamiyah, Seorang Penulis dan Kontributor mujahiddakwah.com)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)