Hari Asyyura adalah hari yang merujuk pada tanggal ke sepuluh serta terdapat di tanggal 10 Muharram, yang mana tanggal kesepuluh Muharram adalah peristiwa sampainya peroses perjalanan hijrah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam dari kota Mekkah ke Madinah, yang mana dalam catatan sejarah sebagaimana yang dikabarkan dari Ibnu Abbas Radiallahu Anhu bahwa ketika Rasulullah Sallalahu Alaihi Wassalam sampai di kota Madinah bersama sahabatnya mereka menemui orang-orang dari bangsa yahudi merayakan hari Assyura dengan bersuka cita, serta Rasulullah bertanya “Hari yang kalian bersuka cita ini adalah hari apa? Orang Yahudi itu menjawab, ini adalah hari yang sangat mulia.
Ini adalah dimana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya, ketika itu pula fir”au dan kaumnya ditenggelamkan, Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur , maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini. Rasulullah Sallahu Alaihi Wassalam lantas berkata, kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa dari pada kalian. Lalu setelah itu Rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa. ( HR Muslim No 1130 ).
Peristiwa Kisah Nabi Musa di tanggal 10 Muharram tentu jauh sebelum Nabi Muhammad diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Rasul terakhir di muka bumi ini, tetapi kita bisa mengambil pelajaran sebagai Ummat Nabi Muhammad bahwa hari Assyura adalah hari kemenangan, kemenangan pada kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa Alaihi Salam atas kebatilan, keangkuhan, keserakahan, arogansi, kemegahan, kesombongan serta ingin menang sendiri terhadap apa yang dilakukan fir”aun dimasa itu.
Yang pada hakikatnya berbagai sifat tersebut perlu untuk disingkirkan pada setiap pribadi-pribadi manusia yang hidup di zaman ini, karena keangkuhan dan keegoisan serta ketidak pedulian dengan kondisi yang ada akan mengakibatkan timbulnya sifat kesombongan pada diri manusia, maka untuk menghindari sifat keangkuhan itu ada dua penyakit yang perlu dijauhkan, yakni sifat sombong dan hasad, karena ketika dua penyakit ini dibiarkan akan menyebabkan berbagai masalah ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Maka sepatutnya kita ambil pelajaran dari kisah tersebut disetiap tanggal sepuluh Muharram, dengan mengamalkan apa yang di contohkan dari Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wassalam yakni berpuasa, berpuasa adalah bahagian amalan di bulan Muharram, khususnya di dihari Asyyura, sebagaimana hadist Nabi yang artinya, dari Abu Qotadah Al-Anshari Radiallahu Anhu.
Rasulullah Sallahu Alaihi Wassalam ditanya tentang puasa assyura , maka beliau bersabda puasa assyura dapat menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu (HR. Muslim).
Sepantasnya pula kita bisa mengambil pelajaran dari hadist ini, bahwa selain pengampunan yang kita inginkan, kita juga ingin hidup dengan penuh kepedulian, apatahlagi kita hidup dimasa ini dalam kondisi darurat dan susah.
Maka janganlah kita berperilaku seperti kondisi normal, berpelikulah seperti dengan kondisi ketidak normalan saat ini, tidak ada diantara ummat Islam yang menginginkan sholat berjamaah di masjid dengan sahf berjarak, pakai masker, begitu juga semua pihak tidak ada berkeinginan secara berlarut-larut dalam pembelajaran daring generasi bangsa ini disetiap satuan pendidikan tetapi kondisi itu memaksa berdasarkan pemaparan para ahli kesehatan yang kredibel dan amanah bahwa pandemi wabah ini belum berakhir.
Begitu juga himbauan majelis ulama Indonesia terkait masalah tersebut, kita bisa melihat hampir setiap hari ada saja yang terpapar dengan penyakit yang berbahaya ini, yang ujungnya hanya dua kalau tidak sembuh maka akan meninggal dunia, tentu dengan harapan yang besar semua yang tertakdirkan terapapar dengan penyakit menular ini segera sembuh dan berkumpul bersama keluarganya kembali.
Maka pada kondisi saat ini, mari mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa hari Asysura sebagai simbol kemenangan, kemenangan untuk saat ini ketika kita menjauhkan diri-diri ini dari sifat tidak peduli, acuh dan bahkan angkuh dan sombong terhadap keadaan, paling minimal kita mengikuti anjuran dari kepakaran para ahli terhadap penyakit menular ini dengan pakai masker, menjaga jarak, selalu mencuci tangan ketika berada diberbagai tempat-tempat umum.
Akhirnya penulis mengajak pembaca untuk menjadikan ikhtiar dan tawakkal sebagai bentuk kepedulian kita dimasa pandemi ini sebagaimana hikmah dari peristiwa hari assyura dan peristiwa hijrahnya Rasulullah dari kota Mekkah Ke Madinah, Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna telah mengajarkan juga kepada Ummat manusia bahwa mencegah itu jauh lebih utama dari pada mengobati atau memberi terapy kepada sesiapa yang tertimpah musibah penyakit menular tersebut.
Seraya mari terus kita berikan dukungan doa kepada para tenaga medis agar segera menemukan vaksinnya, agar benar-benar Insya Allah kita segera kembali dalam aktifitas ditempat-tempat umum dalam keadaan dan kehidupan normal.
***********
Penulis: Ustadz Muhammad Ilyas, S.Pd., Gr
(Guru SMA IT Wahdah Islamiyah, Seorang Penulis dan Kontributor mujahiddakwah.com)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)