Sebenarnya, sejak awal kakek buyut kami, Para Ulama dan Mujahid Islam, berjuang hanya untuk Islam, bukan untuk Pancasila. Kakek buyut kami, para Ulama dan Mujahid Islam, mengusir penjajah dengan semangat jihad, bukan semangat aku Pancasila. Kakek buyut kami, para Ulama dan Mujahid Islam, menginginkan Syariah Islam, bukan Pancasila.
Menjelang kemerdekaan, Soekarno secara tiba-tiba datang justru menawarkan ide Pancasila, bukan syariah Islam yang diperjuangkan kakek buyut kami. Membawa nilai-nilai Pancasila, melalui manifesto 1 Juni.
Pancasila yang tidak akomodatif, pancasila yang ditafsirkan sepihak, Pancasila yang bisa diperas menjadi Trisila bahkan hingga Ekasila.
Kakek buyut kami, para Ulama dan Mujahid Islam akhirnya mengalah, membuat kesepakatan dan mengoreksi Pancasila manifesto 1 Juni. Kakek buyut kami, membuat kesepakatan dimana Soekarno terlibat didalamnya, dengan mendeklarasikan Piagam Jakarta, Pancasila 22 Juni.
Kemudian, kakek buyut kami ditinggalkan, dikhianati, Piagam Jakarta direduksi. Syariah Islam yang dicita-citakan kakek buyut kami, dicoret secara sepihak. Hapuslah tujuh kata dalam Piagam Jakarta.
Pun demikian, kakek buyut kami mengalah, demi persatuan dan kesatuan, menerima Pancasila Deklarasi 18 Agustus yang kemudian di diadopsi dalam Mukaddimah Konstitusi.
Dalam perjalanannya, pancasila selalu dibawa kearah yang menjauhi Islam. Pada era Soekarno, Pancasila bercorak sosialisme. Pada era Soeharto, Pancasila bercorak Liberalisme. Pada era Jokowi, Pancasila bercorak Liberalisme Komunisme.
Penetapan 1 Juni sebagai hari Pancasila, adalah titik awal mengoyak luka sejarah. Anak cucu PKI, merengsek mengilfitrasi Kekuasaan, dan memaksakan pancasila versi 1 Juni.
Dan kini, RUU HIP memaksakan tafsiran Pancasila 1 Juni menjadi tafsir resmi negara. Tentu saja, kami tidak terima.
Kami, tak mau lagi dikhianati sebagaimana dahulu kakek buyut kami kalian khianati. Kami tak lagi mau berkompromi, sebagaimana kalian dahulu licik menipu para pendahulu kami.
Kami inginkan Islam, sebagaimana dahulu kakek buyut kami inginkan Islam. Kami siap berjihad membela Islam, sebagaimana dahulu kakek buyut kami telah banyak meraih syahid demi membela Islam.
Opsinya hanya tinggal satu. Hentikan pembahasan RUU HIP, atau luka sejarah akan menjadi dendam sejarah, dan kami tak akan merelakan bangsa yang diperjuangkan oleh para syuhada, diperjuangkan oleh para ulama, dikangkangi oleh anak cucu PKI.
Kami akan mengikuti jejak kakek buyut kami, memperjuangkan Islam, menolak Komunisme, dan siap berkorban hingga titik darah penghabisan.
Wahai anak cucu PKI, pengusung Ideologi Sosialisme Komunisme, keluarlah ! Disetiap ujung jalan, kami telah siap menyongsong kalian.
************
Penulis: Ahmad Khozinudin
(Aktivis Islam)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah